#Tanya: Saya belum begitu
mengetahui
tuntunan Muhammadiyah dalam melaksanakan ibadah. Oleh teman saya, saya
dikatakan bukan Ahli Sunnah wal Jamaah, karena saya melaksanakan shalat Tarawih
8 rakaat dan shalat Shubuh tanpa doa qunut. Mohon penjelasan. (Suwandi, SMA Muhammadiyah Jawa Tengah).
#Jawab: Untuk
mempelajari tuntunan ibadah menurut Muhammadiyah, sebaiknya membaca buku
Himpunan Keputusan Tarjih, atau buku-buku y ang disusun untuk pelajaran agama
di sekolah-sekolahMuhammadiyah.
Sedang untuk
mengetahui tentang masalah Ahli Sunah wal Jamaah, bacalah buku yang ditulis
oleh H.
Djarmawi Hadikusuma
dengan Judul “Ahli Sunnah wal Jamaah, Bid’ah, Khurafat”. Buku ini ditulis oleh orang
Muhammadiyah. Sebagai perbandingan, berikut ini saya kutipkan beberapa ungkapan
yang disampaikan oleh seorang tokoh di luar Muhammadiyah, yaitu DR.
Tolchah Mansyur, SH, dalam makalah yang berjudul “Ardhun ‘aamun
haula Ahlis Sunnati wal Jama’ati”.
Antara lain
dalam makalah itu disebutkan: Nahdlatul Ulama sejak mula berdiri telah
menyatakan dengan jelas dan tegas akan asasnya, yaitu Islam menurut Ahlus
Sunnah Wal Jamaah. Dalam perkembangannya hal ini mendapat tantangan, apakah
Islam yang dimaksud itu sama dengan Islam yang dikehendaki Allah, dan Nabi
Muhammad saw. tentu saja, sama! Bahkan Ahlus Sunnah wal Jamaah itulah yang
Islam. Mengapa? Sebab Islam itu tidak lain bersendikan kepada Al-Quran As
Sunnah Rasul saw. serta Jamaah Islam yang berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah
Rasul saw.
Melihat
pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti itu, tentu Muhammadiyah tidak bisa
lain kecuali juga termasuk pengertian Ahli Sunnah wal Jamaah. Lebih jauh dapat
dikemukakan pula dalam makalah itu yang dimuat majalah Bangkit no. 3 dan 4
tahun 1980, dinukilkan tulisan Asy Syaikh Ali bin Abu As Sunnah Saqqaf, setelah
menyebut 72 golongan yang termasuk Ahlul bid’ah, menyatakan sebagai berikut:
فتلك اثنان وسبعون
كلهم فى النار والفرقة الناجية هم اهل السنة البيضاء المحمدية والطريقة النقيم
Artinya:
Itulah 72 golongan yang kesemuanya akan berada di neraka, sedangkan golongan
yang selamat, mereka itulah Ahlus Sunnah Al Muhammadiyah yang suci bersih.
Kata “Al
Muhammadiyah*” di atas bukan nama organisasi kita, tetapi sifat sunnah
yang didasarkan pada sunnah yang datang dari Nabi Muhammad saw.
Penamaan
organisasi Muhammadiyah, oleh pendirinya KHA. Dahlan pun, pada hakikatnya
menginginkan adanya gerakan yang selalu mengikuti atau ittiba’ pada Nabi
Muhammad saw. karenanya Anda tidak usah berkecil hati menjadi anggota
Muhammadiyah dan beramal sesuai dengan tuntunan yang diberikan.
Tim Tarjih Muhammadiyah
Dari Penyusun :
Dari Penyusun :
* الأمة المحمدية : وهي الأمة التي اتبعت محمدا وما جاء به .المعجم: مصطلحات فقهية
Dalam kamus
Istilah fiqiyah disebut : MUHAMMADIYAH adalah orang orang yang mengikuti
Muhammad dan mengikuti risalah yang datang padanya
فَتِلْكَ اثْنَانِ وَسَبْعُونَ فِرْقَةً
كُلُّهُمْ فِي النَّارِ ، وَالْفِرْقَةُ النَّاجِيَةُ هُمْ أَهْلُ السُّنَّةِ
الْبَيْضَاءِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَالطَّرِيقَةِ النَّقِيَّةِ الْأَحْمَدِيَّةِ
Itulah 72 golongan yang kesemuanya dalam Neraka, sedangkan Firqatun Najiyah
[golongan selamat], mereka adalah kalangan ahlussunah Waljamaah , MUHAMMADIYAH
[para pengikut Nabi Muhammad] yang suci dan menempuh jalan yang . [Kitab Thfatul
ahwady]
Kata "Muhammadiyyah" tidak seharusnya selalu dikaitkan dengan
ormas atau sejenisnya. Karena perbendaharaan kata "Muhammadiyyah" itu
biasa dipakai sebagai istilah "Islam" oleh Ibnu Katsir, seorang
mufassir yang ahli dan sangat terkenal. Bagi Ibnu Katsir, "Muhammadiyyah"
adalah sinonim dari "Islam".
Menurut beliau, "Muhammadiyyah" adalah Islam dan Islam adalah
"Muhammadiyyah". Maaf kalau saya menyebut kata
"Muhammadiyah", jangan terbayang kalau yang dimaksud saya adalah
"Persyarikatan Muhammadiyah yg didirikan tahun 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan", tetapi K.H. Ahmad Dahlan sudah pasti menggunakan kata
"Muhammadiyyah" sebagai nama persyarikatannya karena beliau
mengadopsi nama tersebut dari "Tafsir Ibnu Katsir", dengan maksud
warga Muhammadiyah kelak akan mengikuti jejak nabi Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam ,Ibnu Katsir menamakan Syariat Islam dengan menyebut Syariat "Muhammadiyah"
yang suci
Kata Ibnu Katsir dalam
Tafsirnya, ketika mengomentari syariat sebelum Islam di mansukh oleh Islam :
وكذلك التوراة مع ما فيها من التبديل والتحريف، ثم هما منسوخان بعد ذلك بهذه الشريعة المحمدية المطهرة.
"Kemudian
syariat-syariat sebelum Islam di mansukh oleh SYARIAT MUHAMMADIYAH' YANG
SUCI" (Ibnu Katsir)
Ujarnya lagi ketika menjelaskan sebuah ayat Mahabbatillah, Syariat dari "Muhammadiyyah" menurut Ibnu Katsir harus meninggalkan perkara-perkara bid'ah
Ujarnya lagi ketika menjelaskan sebuah ayat Mahabbatillah, Syariat dari "Muhammadiyyah" menurut Ibnu Katsir harus meninggalkan perkara-perkara bid'ah
]قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ[ هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ ، حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُح َمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : " مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ "
"Ayat ini menjadi suatu ketetapan atas semua orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak di atas jalan atau manhaj 'MUHAMMADIYYAH' "."Sehingga mereka ittiba' atau mengikuti Syariat 'MUHAMMADIYYAH' dan agama nabawy dalam semua perkataan dan keadaannya, sebagaimana JELAS tertera dalam kitab shahih dari Rasulullah shallallahu'alahi wasallam, beliau bersabda : 'Barangsiapa beramal agama yang tidak terdapat perintah kami, maka tertolak' [Tafsir Ibnu Katsir ] .
Perkataan
Ibnu Katsir di kutip oleh sayyid ad’thantawy,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ
الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ .قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ كَثِيرٍ : يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ
الْمُحَمَّدِيَّةِ بِأَنَّهُمْ خَيْرُ الْأُمَمِ . فَقَالَ تَعَالَى كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
"Allah subhanahu wa taala mengabarkan tentang umat 'MUHAMMADIYYAH' bahwasanya mereka adalah sebaik-baik umat... "kalian adalah sebaik-baik Umat yang ditampilkan di tengah-tengah manusia" (Ibnu katsir ) Dengan hujjah yang nyata dan jelas beliau menyatakan kalau "MUHAMMADIYYAH"adalah ISLAM dan Islam adalah "Muhammadiyyah", dan mereka yang menentang syariat "Muhammadiyyah", secara tdk langsung sama saja dengan menentang Islam dan melecehkan "Muhammadiyyah" sama halnya dengan melecehkan syariat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. Hingga Imam Thirmidzy (Sang Muhaddits) menyusun sebuah kitab namanya
:
الشمائل المحمدية للترمذي
الشمائل المحمدية للترمذي
Keumuman
para pengikut nabi Muhammad (Muhammadiyyah) oleh Thirmidzy"Muhammadiyyah"
yg pertama dan utama dari umat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam adalah para
shahabat radhiyallahu'anhum, karena merekalah orang-orang yg pertamakali masuk
islam dan paling mengikuti syariat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam. Dan wajib
hukumnya bagi umat sesudah mereka utk mengikuti manhaj
"Muhammadiyyah" (yakni manhaj para shahabat radhiyallahu'anhum).
وَقَدْ
كَانَتِ الدَّعْوَةُ إِلَى الْإِسْلَامِ فِي صَدْرِ زَمَانِ الْبِعْثَةِ
الْمُحَمَّدِيَّةِ وَاجِبًا عَلَى الْأَعْيَانِ لِقَوْلِ النَّبِيءِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً أَيْ بِقَدْرِ
الِاسْتِطَاعَةِ . ثُمَّ لَمَّا ظَهَرَ الْإِسْلَامُ وَبَلَغَتْ دَعْوَتُهُ
الْأَسْمَاعَ صَارَتِ الدَّعْوَةُ إِلَيْهِ وَاجِبًا عَلَى الْكِفَايَةِ كَمَا
دَلَّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ الْآيَةَ فِي سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ[104[
Kedudukan dakwah
Islam wajib atas semua orang pasa awal permulaan penugasan “Umat Muhammad dan turunnya umatnya.
Sebagaimana sabda Nabi, “sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat”. , artinya
menurut ukuran kemampuannya, kemudian ketika Islam tersebar di mana mana dan
dakwahnya sampai ke semua telinga, maka dakwahnya berobah menjadi fardhu
kifayah , sebagaimana firman Allah : Hendaknya ada diantara kalian segolongan
umat yang mengajak pada kebaikan , surat al Imran ayat 104. Mukadimmah Tarjih ,
Menyebut Muhammadiyah sebagai Firqatun Najiyah
اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ آُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ اللهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ
Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni
mereka yang terjamin keselamatannya [Firqatun Najiyah], mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah
mereka yang terjamin keselamatannya [Firqatun Najiyah], mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah