OLeh Zulkarnain Elmadury
اَمَّا بَعْدُ
فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1) مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى
الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ اللهُ مِنَ العَدَمِ
وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2) وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى
الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ اللهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3) وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى
بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.
Matan HPT: Kemudian dari pada
itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin
keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam
seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan
dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam
pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib
menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan
pokok-pokok kepercayaan yang benar.
Syarah : Soal Firqatun
Najiyah bisa di dapatkan dalam berbagai kitab, selain akan menggambarkan masa
depan Islam yang terpecah belah, hanya satu yang selamat menurut Tarjih, Yaitu
Fiqatun Najiyah, lalu siapa Firqatun Najiyah?.
Ada empat belas
sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits pecahnya umat, hanya dua hadits yang di tulis dalam HPT. Diantara para
sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut adalah:
1. Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu.
2. Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu.
3. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma.
4. ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
5. Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.
6. ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
7. Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
8. Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu.
9. Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu.
10 Watsilah bin Asqa’ radhiyallahu ‘anhu.
11. ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani radhiyallahu ‘anhu.
12. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
13. Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu.
14. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Kalaui kita rinci riwayat riwayat sahabat tersebut diantaranya adalah :
2. Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu.
3. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma.
4. ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
5. Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.
6. ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
7. Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
8. Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu.
9. Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu.
10 Watsilah bin Asqa’ radhiyallahu ‘anhu.
11. ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani radhiyallahu ‘anhu.
12. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
13. Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu.
14. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Kalaui kita rinci riwayat riwayat sahabat tersebut diantaranya adalah :
1. Hadits Abu
Hurairah
Hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً،
وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan
atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi
tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.
Riwayat :
1. Abu Dawud, Kitab
as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas adalah
lafazh Abu Dawud.
2. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.)
3. Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991.
4. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa me-nyebutkan kata “Nashara.”
5. Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”
6. Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834.
7. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut).
8. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66.
9. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi.
10. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.
2. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.)
3. Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991.
4. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa me-nyebutkan kata “Nashara.”
5. Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”
6. Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834.
7. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut).
8. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66.
9. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi.
10. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.
Derajat Hadits
Hadits di
atas derajatnya hasan, karena terdapat Muhammad bin ‘Amr, akan tetapi hadits
ini menjadi shahih karena banyak syawahidnya.
2. Hadits Mu’awiyah
bin Abi Sufyan :
عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ
الْهَوْزَنِيِّ عَبْدِ اللهِ بْنِ لُحَيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ
أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ
هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ
وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .
Dari Abu ‘Amir
al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia
(Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami,
kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu
dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua)
golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh
tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu
golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh:
1. Abu Dawud, Kitabus Sunnah Bab Syarhus Sunnah no. 4597, dan lafazh hadits di atas adalah dari lafazh-nya.
2. Ad-Darimi, dalam kitab Sunan-nya (II/241) Bab fii Iftiraqi Hadzihil Ummah.
3. Imam Ahmad, dalam Musnad-nya (IV/102).
4. Al-Hakim, dalam kitab al-Mustadrak (I/128).
5. Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah (I/314-315 no. 29).
6. Ibnu Abi ‘Ashim, dalam Kitabus Sunnah, (I/7) no. 1-2.
7. Ibnu Baththah, dalam kitab al-Ibaanah ‘an Syari’atil Firqah an-Najiyah (I/371) no. 268, tahqiq Ridha Na’san Mu’thi, cet.II Darur Rayah 1415 H.
8. Al-Lalikaa-iy, dalam kitab Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah (I/113-114) no. 150, tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghaamidi, cet. Daar Thay-yibah th. 1418 H.
9. Al-Ashbahani, dalam kitab al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah pasal Fii Dzikril Ahwa’ al-Madzmumah al-Qismul Awwal I/107 no. 16.
Semua Ahli Hadits di
atas telah meriwayatkan dari jalan:
Shafwan bin ‘Amr, ia berkata: “Telah menceritakan kepadaku Azhar bin ‘Abdillah al-Hauzani dari Abu ‘Amr ‘Abdullah bin Luhai dari Mu’awiyah.”
Shafwan bin ‘Amr, ia berkata: “Telah menceritakan kepadaku Azhar bin ‘Abdillah al-Hauzani dari Abu ‘Amr ‘Abdullah bin Luhai dari Mu’awiyah.”
Derajat Hadits
Derajat hadits di
atas adalah hasan, karena ada seorang perawi yang bernama Azhar bin ‘Abdillah,
akan tetapi hadits ini naik menjadi shahih dengan syawahidnya.
3. Hadits ‘Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.
عَنْ عَوْفِ بْنِ
مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي
الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي
الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى
ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ
وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ:
الْجَمَاعَةُ.
Dari ‘Auf bin Malik,
ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Yahudi
terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga
dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh
puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang
satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku
benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di
Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada
beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’
Hadits ini telah
diriwayatkan oleh:
1. Ibnu Majah, dalam
kitab Sunan-nya Kitabul Fitan bab Iftiraaqil Umam no. 3992.
2. Ibnu Abi ‘Ashim,
dalam kitab as-Sunnah I/32 no. 63.
3. Al-Lalikaa-i,
dalam kitab Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunah wal Jama’ah I/113 no. 149.
Derajat Hadits
Derajat hadits ini hasan, karena ada ‘Abbad bin Yusuf, tetapi hadits ini menjadi shahih dengan beberapa syawahidnya
Derajat hadits ini hasan, karena ada ‘Abbad bin Yusuf, tetapi hadits ini menjadi shahih dengan beberapa syawahidnya
Hadits tentang
terpecahnya ummat menjadi 73 golongan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik
dengan mempunyai 8 (delapan) jalan (sanad) di antaranya dari jalan Qatadah
diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993:
4.Lafazh-nya adalah
sebagai berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ
بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اِفْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ
أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي
النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Dari Anas bin Malik,
ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya
Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan sesungguhnya
ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang semuanya
berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.”
Imam al-Bushiriy
berkata, “Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah.
Hadits ini
dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227.
(Lihat tujuh sanad
lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/360-361)
5. Imam at-Tirmidzi
meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil Ummah no.
2641 dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan Imam al-Laalika-i juga
meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah
(I/111-112 no. 147) dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan
pertanyaan, yaitu: “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab:
مَاأَنَا
عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ
“Ialah golongan yang
mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.” Lafazh-nya secara lengkap adalah
sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ
بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ
النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً
لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى
ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً،
قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِيْ.
Dari ‘Abdullah bin
‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh
akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil
sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang
menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku
yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh
dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu
millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku
berada di atasnya.’”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)
Derajat Hadits
Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, karena banyak syawahid-nya. Bukan beliau menguatkan perawi di atas, karena dalam bab Adzan beliau melemahkan perawi ini.
(Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah no. 1348 dan kitab Shahih Tirmidzi no. 2129.)
Selebihnya hadits hadits tersebut penuh dengan masalah rawi yang menjadi sanad hadits pecahnya umat berfirqah firqah, sekalipun demikian jumlah hadits yang begitu banyak sebenarnya, juga tidak menyisakan masalah, hanya saja AlQuran menjamin kalau umat kita, Islam akan berada dalam perpecahan terus menerus, meskipun Allah tidak menyukai
Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, karena banyak syawahid-nya. Bukan beliau menguatkan perawi di atas, karena dalam bab Adzan beliau melemahkan perawi ini.
(Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah no. 1348 dan kitab Shahih Tirmidzi no. 2129.)
Selebihnya hadits hadits tersebut penuh dengan masalah rawi yang menjadi sanad hadits pecahnya umat berfirqah firqah, sekalipun demikian jumlah hadits yang begitu banyak sebenarnya, juga tidak menyisakan masalah, hanya saja AlQuran menjamin kalau umat kita, Islam akan berada dalam perpecahan terus menerus, meskipun Allah tidak menyukai
Persatuan dan kesatuan adalah salah satu perkara yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:
واعتصموا بحبل الله
جميعا ولا تفرقوا
“Dan
berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Allah, dan jangan sekali-kali kamu
bercerai berai.” (QS.
Ali Imran: 102)
Allah Ta’ala juga
berfirman:
ولا تكونوا كالذين
تفرقوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البينات وألئك لهم عذاب عظيم يوم تبيض وجوه وتسود
وجوه
“Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih
sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih
berseri dan ada pula muka yang hitam muram.”(QS. Ali Imran: 104-105)
Sahabat Ibnu Abbas
dan Ibnu Umar –radliallahu ‘anhum– berkata: “Wajah-wajah Ahlis
Sunnah wal Jama’ah lah yang akan menjadi putih berseri dan wajah-wajah ahli
bid’ah dan perpecahanlah yang akan hitam lagi muram.”
إِنَّ الَّذِينَ
فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا
أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka setelah sebelumnya mereka bersatu di atas tauhidulloh dan mengamalkan syariat-Nya, sehingga menjadi berkelompok-kelompok, maka sesungguhnya engkau -wahai Rosul- telah berlepas diri dari mereka itu. Sesungguhnya hukum mereka hanyalah terserah kepada Alloh ta'ala. Kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat, sehingga akan membalas siapa yang bertaubat di antara mereka dengan kebaikan-Nya dan menghukum siapa yang berbuat jelek dengan adzab-Nya.” (Tafsir Muyassar QS. Al-An’am: 159)
Rosululloh
-shollallohu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah sabda beliau:
من خرج من الطاعة
وفارق الجماعة ثم مات مات ميتة جاهلية ومن قتل تحت راية عمية يغضب للعصبة ويقاتل
للعصبة فليس من أمتي ومن خرج من أمتي على أمتي يضرب برها وفاجرها لا يتحاش من
مؤمنها ولا يفي بذي عهدها فليس مني
“Siapa yang keluar
dari ketaatan dan menyimpang dari jama’ah kemudian ia mati, maka matinya
seperti kematian jahiliyah. Siapa yang berperang di bawah bendera fanatisme
buta, marah dan berperang karenanya, maka dia bukan dari umatku. Siapa yang
keluar dari umatku, menghantam yang sholeh maupun jahat, tidak peduli dengan
kaum mukminnya dan tidak menepati perjanjian dengan ahli dzimmahnya (orang
kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin), maka dia bukanlah bagian
dariku.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh -rodhiyallohu ‘anhu-)
UMAT ISLAM HANYA
HARUS ADA SATU JALAN..
Demikian juga
firman Alloh -ta’ala-:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Bahwa termasuk yang telah Alloh wasiatkan kepada kalian adalah Islam ini. Ia adalah jalan Alloh ta'ala yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang sesat, karena hal itu mencerai-beraikan dan menjauhkan kalian dari jalan-Nya yang lurus. Yang demikian itu diperintahkan Alloh agar kalian takut akan adzab-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.” (Tafsir Muyassar QS. Al-An’am: 153)
MESKIPUN ALQURAN
MENYATAKAN UMAT ISLAM TIDAK BISA BBERSATU
Alloh -ta’ala-
berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ * إِلَّا
مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ
لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Jikalau Robb-mu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu di atas agama yang
satu yaitu Islam. Akan tetapi, Alloh belumlah menghendakinya. Maka manusia
senantiasa berselisih dalam agama-agama mereka sesuai konsekuensi hikmah-Nya,
kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Robb-mu, maka mereka beriman
kepada-Nya dan mengikuti Rosul-Nya. Mereka tidak berselisih dalam mentauhidkan
Alloh dan ajaran Rosul-Nya. Maka sudah menjadi konsekuensi hikmah-Nya subhanahu
wa ta'ala untuk menciptakan mereka berbeda-beda, sebagian celaka dan sebagian
lainnya berbahagia. Setiap orang dimudahkan jalannya masing-masing. Dengan itu,
terwujudlah janji Robbmu pada takdir-Nya, bahwasanya Dia akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia yang mengikuti Iblis beserta tentaranya serta
tidak mengambil petunjuk kepada keimanan.” (Tafsir Muyassar QS. Hud: 118-119)
Alloh -ta’ala-
berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ
حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
“Jikalau Robb-mu
-wahai Rosul- menghendaki keimanan bagi seluruh penduduk bumi, tentulah akan
beriman orang yang ada di muka bumi ini seluruhnya terhadap apa ajaran yang
engkau bawa. Akan tetapi ada hikmah Alloh di balik itu. Sesungguhnya Dia memberikan
hidayah bagi siapa yang dikehendakinya dan menyesatkan siapa yang
dikehendakinya sesuai dengan hikmah-Nya. Maka engkau tidak bisa memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?!” (Tafsir Muyassar QS.
Yunus: 99)
Firqah Firqah dalam Islam
Firqah Firqah dalam Islam
1.GOLONGAN
MUKTAZILAH
terbagi menjadi dua
puluh kelompok , iaitu:
1. Al Washiliyah
2. Al Amriyah
3. Al Hudzailiyah
4. An-Nizhamiyah
5. Al Aswariyah
6. Al lskafiyah
7. Al Ja'fariyah
8. Al Basyariyah
9. Al Mizdariyah
10. Al Hisyamiyah
11. Ash-Shalihiyah
12. Al Khithabiyah
13. Al Hadbiyah
14. Al Ma'mariyah
15. Ats-Tsamaniyah
16. Al Khiyathiyah
17. Auahiziyah
18. Al Ka'biyyah
19. Al Jabaiyah
20. Al Bahsyamiyah
2.GOLONGAN SYIAH
pertama kali terbagi
menjadi tiga kelompok
1. Ghulah
2. Zaidiyah
3. Imamiyah
Golongan Syiah
Ghulah
terbagi menjadi
delapan belas kelompok kecil, iaitu:
1. As-Sab'iyyah
2. Al Kamiliyah
3. Al Bayaniyah
4. Al Mughiriyah
5. Al Janahiyah
6. Al Manshuriyah
7. Al Khithabiyah
8. Al Gharabiyah
9. Adz-Dzammiyah
10. Al Hisyamiyah
11. Az-Zarariyah
12. Al Yunusiyah
13. Asy-Syaithaniyah
14. Ar-Razamiyah
15. Al Mufawadhah
16. Al Bidaiyah
17. An-Nashariyah
18. Al Ismailiyyah
Syiah Zaidiyah
terbagi menjadi tiga
kelompok, iaitu:
1. Jarudiyah
2. As-Sulaimaniyah
3. Al Batiriyah
Golongan Al Imamiyah
[ Satu Kelompok ]
3.Golongan Khawarij
terbagi menjadi
tujuh kelompok, iaitu:
1. Al Mahkamiyah
2. Al Baihasiyah
3. Al Azariqah
4. An-Najdat
5. Al Abadhiyah
terbagi menjadi
empat kelompok, iaitu:
a.Al Hafshiyah
b. Al Yazidiyah
c. Al Haritsiyah
d. Al Muthi'iyah
6. Al Ajaridah
terbagi menjadi
sebelas kelompok, di antaranya iaitu:
a. Al Maimuniyah
b. Asy-Sya'ibiyah
c. Al Hazimiyah
d. Al Hamziyah
e. Al Ma'lumiyah
f. Al Majhuliyah
g. Ash-Shalatiyah
h. Ats-Tsa'labiyah
Ats-Tsa'labiyah
terbagi lagi menjadi empat kelompok, iaitu:
a.AI Akhnasiyah
b.AI Ma'badiyah
c.Asy-Syaibaniyah
d.Al Mukramiyah
Jadi, semuanya
berjumlah enam puluh dua kelompok.
4.Golongan Murjiah
terbagi menjadi lima
kelompok, iaitu:
1. Al Ubaidiyah
2. Al Yunusiyah
3. Al Ghasaniyah
4. Ats-Tsaubaniyah
5. Ats-Tsaumaniyah
5.Golongan
An-Nujariyah
terbagi menjadi tiga
kelompok, iaitu:
1. Al Barghutsiyah
2. Az-Za'faraniyah
3. Al Mustadrakah
6.Al Jabariyah
terbagi menjadi satu
kelompok.
7.Al Musyabbahah
terbagi menjadi satu
kelompok.
8.An- Najiyah
Terbagi menjadi satu
klompok
Jumlahnya 73
Muhammadiyah ada
pada kelompok yang ke 8
Rincian Nama
Golongan dan Dasar Kepercayaan Yang Membedakan Dengan Yang Lain
1. Jarudiyah
Para pengikut dari
Abul-Jarud, mereka mempercayai nabi (s.a.w.) mencalonkan Ali (ra) sebagai Imam
dengan ciri-ciri khas beliau tapi bukan dengan nama.
2. Sulaimaniah/
Jaririyah
Para pengikut dari
Sulaiman ibnu-Jarir az-Zaidi, mereka mempercayai Imamah merupakan masalah
pertemuan (musyawarah) dan dapat dikuatkan oleh dua orang Muslim terbaik.
3. Butriyah/
Hurariyah
Mereka tidak
memperselisihkan Khilafat of Utsman(r.a.), tidak pula mereka menyerang beliau
atau pun memuji beliau.
4. Yaqubiyyah
Mereka menerima
Khilafat dari Abu Bakar(r.a.) dan Umar(r.a.), tapi tidak menolak (menentang)
orang-orang yang menolak para Khulafa ini. Mereka juga percaya bahwa orang
Muslim pelaku dosa-dosa besar akan berada di neraka selamanya.
5. Hanafiyah
Para pengikut dari
Imam Muhammad ibnu al-Hanifah. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mempunyai
permulaan.
6. Karibiyah
Mereka percaya bahwa
Imam Muhammad ibnu al-Hanifah tidak meninggal dan adalah Imam Ghaib
(menghilang) dan Mahdi yang diharapkan.
7. Kamiliyah
Para pengikut dari
Abu-Kamil. Mereka mempercayai para sahabat sebagai murtad karena mereka
meninggalkan bai’at kepada Ali(r.a.) dan mengutuk Ali karena berhenti memerangi
mereka. Mereka mempercayai kembalinya orang mati sebelum hari kiamat dan bahwa
setan adalah benar dalam kelebihan api dari pada tanah.
8. Muhammadiyyah /
Mughairiyah
Para pengikut dari
Muhammad ibnu-’Abdullah ibnu al-Hassan. Mereka tidak percaya bahwa Imam
Muhammad ibnu ‘Abdullah meninggal dunia dan bahwa beliau adalah Imam Ghaib dan
Mahdi yang dinantikan.
9. Baqiriyah
Para pengikut dari
Muhammad ibnu ‘Ali al-Baqir. Mereka mempercayai beliau sebagai Imam Ghaib dan
Mahdi yang diharapkan.
10. Nadisiyah
Mereka mempercayai
bahwa orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik dari pada orang lain
adalah kafir (tak beriman).
11. Sya’iyah
Mereka percaya bahwa
orang yang telah mengucapkan La Ilaha Illa-Llah (Tiada Tuhan yang patut
disembah selain Allah), apa pun yang dia lakukan, tak akan pernah dihukum.
12. Ammaliyah
Mereka percaya bahwa
keimanan bagi seseorang adalah apa yang dia amalkan secara ikhlas.
13. Ismailiyah
Mereka mempercayai
keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan Ismail ibnu Ja’far.
14. Musawiyah /
Mamturah
Mereka mempercayai
Musa ibnu Ja’far sebagi Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan.
15. Mubarikiyah
Mereka mempercayai
keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan dari Muhammad ibnu Ismail ibnu
Ja’far.
16. Katsiyah / Itsna
‘Asyariyah (Imam dua belas)
Mereka percaya bahwa
Mahdi yang diharapkan akan merupakan Imam kedua belas di antara keturunan dari
‘Ali ibnu Abi-Talib.
17. Hasyimiyah /
Taraqibiyah
Mereka menisbahkan
tubuh jasmani kepada Allah dan juga menuduh Nabi (s.a.w.) tidak taat kepada
Allah.
18. Zarariyah
Mereka mempercayai
bahwa Allah tidak hidup tidak pula mempunyai sifat-sifat hingga Dia menciptakan
kehidupan bagi-Nya Sendiri dan sifat-sifat-Nya.
19. Yunusiyah
Para pengikut dari
Yunus ibnu ‘Abdurl-Rahman al-Kummi. Mereka percaya bahwa Allah dipikul oleh
para pembawa singasana-Nya, walaupun Dia lebih kuat dari pada mereka.
20. Syaitaniyah /
Syirikiyah
Mereka mempercayai
pandangan bahwa amal perbuatan hamba-hamba Allah adalah hakikat; dan seorang
hamba Allah dapat benar-benar menghasilkan satu hakikat.
21. Azraqiah
Para pengikut dari
Nafi ibnu al-Azraq. Mereka tidak mempercayai mimpi dan kasyaf yang benar (baik)
dan mendakwakan bahwa segala bentuk wahyu telah berakhir.
22. Najadat
Para pengikut dari
Najdah ibn-’Amir al-Hanafi. Mereka membatalkan hukuman bagi peminum arak juga
mereka mempercayai bahwa para pendosa dari golongan ini tidak akan dimasukkan
di neraka tapi pada suatu tempat lain sebelum diizinkan ke surga.
23. Sufriyah
Para pengikut dari
Ziyad ibnu al-Asfar. Mereka mempercayai bahwa para pendosa itu sebenarnya
adalah musyrik.
24. Ajaridah
Para pengikut dari
Abdul Karim ibnu-Ajrad. Mereka mempercayai bahwa seorang anak seharusnya diseru
kepada Islam sesudah ia mencapai kedewasaannya. Juga mereka mempercayai
rampasan perang itu haram hingga pemiliknya dibunuh.
25. Khazimiyah
Mereka mempercayai
Allah mencintai manusia dari semua agama bahkan jika orang telah menjadi kafir
pada sebagian besar kehidupannya.
26. Shuaibiyah /
Hujjatiyah
Mereka mempercayai
bahwa apa yang Allah kehendaki sungguh terjadi tak peduli apa pun itu dan apa
yang tidak terjadi artinya itu tidak dikehendaki Allah.
27. Khalafiyah
Para pengikut dari
Khalaf. Mereka tidak mempercayai perjuangan kecuali di bawah kepemimpinan
seorang Imam.
28. Ma’lumiyah /
Majhuliyah
Mereka percaya bahwa
barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan seluruh nama-Nya adalah jahil
terhadap Dia dan orang yang jahil terhadap Dia adalah orang kafir.
29. Saltiyah
Para pengikut dari
Salt ibnu Utsman. Mereka percaya pada keimanan dewasa saja dan jika bapak telah
masuk Islam anak-anak dianggap kafir hingga mereka mencapai kedewasaan.
30. Hamziyah
Para pengikut dari
Hamzah ibnu Akrak. Mereka percaya bahwa anak-anak orang musyrik dilaknat dengan
neraka.
31. Tsa’libiyah
Para pengikut dari
Tsa’labah ibnu Masykan. Mereka percaya bahwa para orang tua tetap menjadi
penjaga atas anak-anak mereka hingga anak-anak itu menjelaskan kepada orang tua
mereka bahwa mereka berpaling dari kebenaran.
32. Ma’badiyah
Mereka tidak percaya
dalam mengambil dan memberikan sedekah dari atau untuk para hamba sahaya.
33. Akhnasiyah
Mereka tidak
mempercayai peperangan dikobarkan kecuali dalam pertahanan atau ketika lawan dikenali
secara pribadi.
34. Syaibaniyah /
Masybiyah
Para pengikut dari
Syaiban ibnu Salamah al-Khariji. Mereka mempercayai Allah menyerupai
makhluk-makhluk-Nya.
35. Rasyidiyah
Mereka percaya bahwa
tanah yang diairi dengan mata air, terusan atau sungai yang mengalir harus
dibayarkan zakatnya setengah bagian, sedangkan tanah yang diairi hanya dengan
hujan harus dibayarkan zakat seluruhnya.
36. Mukarramiyah /
Tehmiyah
Para pengikut dari
Abu-Mukarram. Mereka percaya bahwa kejahilan merupakan kekafiran. Juga bahwa
permusuhan atau persahabatan dari Allah tergantung pada keadaan keimanan
seseorang pada kematiannya.
37. Ibadiyah /
Af’aliyah
Menganggap Abdullah
ibnu Ibad sebagai Imam mereka. Mereka mempercayai amal-amal baik yang dilakukan
tanpa niat membuat Allah ridha.
38. Hafsiyah
Menganggap Hafs ibnu
abil Mikdam sebagai Imam mereka. Mereka percaya bahwa hanya Allah yang
mengetahui seseorang bebas dari kemusyrikan.
39. Haritsiyah
Para pengikut dari
Harits ibnu Mazid al-Ibadi. Mereka percaya bahwa kemampuan mendahului
perbuatan-perbuatan.
40. Ashab Ta’ah
Mereka percaya bahwa
Allah dapat mengutus seorang nabi tanpa memberinya suatu tanda untuk
membuktikan kebenarannya.
41. Syabibiyah /
Salihiyah
Para pengikut dari
Syabib ibnu Yazid as-Syaibani. Mereka mempercayai Imamah dari seorang wanita
bernama Ghazalah.
42. Wasiliyah
Para pengikut dari
Wasil ibnu-’Ata al-Ghazza. Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang melakukan
dosa-dosa besar akan dihukum di neraka tapi masih tetap sebagai orang-orang
yang beriman.
43. ‘Amriyah
Para pengikut dari
‘Amr ibnu Ubaid ibn-Bab. Mereka menolak kesaksian yang sah dari khalayak umum
demi mendukung pihak mereka dalam perang Jamal (unta).
44. Hudhailiyah /
Faniyah
Para pengikut dari
Abu-al-Hudhail Muhammad ibnu al-Hudhail. Mereka percaya bahwa neraka dan surga
kedua-duanya akan binasa dan bahwa ketetapan Allah dapat berhenti, yang pada
waktu itu Allah tidak akan lagi menjadi penguasa.
45. Nazzamiyah
Para pengikut dari
Abu-Ishaq Ibrahim ibn-Saiyar. Mereka tidak percaya pada mukjizat alami
Al-Qur-an Suci tidak pula mereka mempercayai mukijzat Nabi Suci(s.a.w.) seperti
pembelahan bulan.
46. Mu’ammariyah
Mereka mempercayai
bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan tidak pula kematian tapi itu merupakan
tindakan alami dari tubuh yang hidup.
47. Basyriyah
Para pengikut dari
Basyr ibnu al-Mu’tamir. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mengampuni dosa-dosa
manusia dan mungkin mengubah keputusan tentang pengampunan-Nya dan menghukumnya
jika dia membangkang lagi.
48. Hisyamiyah
Para pengikut dari
Hisyam ibnu ‘Amr al-Futi. Mereka percaya bahwa jika satu masyarakat Muslim
bersepakat perlunya Imam dan jika ia memberontak dan membunuh Imam, hendaknya
tak seorang pun yang dipilih sebagai Imam selama pemberontakan.
49. Murdariyah
Para pengikut dari
Isa ibnu Sabih. Mereka percaya bahwa berhubungan dekat dengan Sultan (penguasa)
membuat orang jadi kafir.
50. Ja’friyah
Para pengikut dari
Ja’far ibnu Harb dan Ja’far ibnu Mubasysyir. Mereka percaya bahwa minum arak
tak dapat dihukum dan bahwa hukuman neraka dapat diduga dengan proses mental.
51. Iskafiyah
Para pengikut dari
Muhammad ibnu Abdallah al-Iskafi. Mereka percaya bahwa Allah mempunyai
kekuasaan untuk memaksa anak-anak dan orang-orang gila tapi tidak kepada
orang-orang yang mempunyai akal sempurna.
52. Tsamamiyah
Para pengikut dari
Tsamamah ibnu Asyras al-Numairi. Mereka percaya bahwa dia yang Allah tidak
paksa untuk mengenal-Nya, tidak dipaksa untuk mengenal dan digolongkan dengan
hewan-hewan yang tidak bertanggung jawab.
53. Jahiziayh
Para pengikut dari
‘Amr ibnu Bahr al-Jahiz. Mereka percaya bahwa Allah dapat menciptakan sesuatu
tapi tak dapat melenyapkannya.
54. Syahhamiyah /
Sifatiyah
Para pengikut dari
Abu-Yaqub al-Syahham. Mereka percaya setiap sesuatu ditakdirkan dengan dua
takdir, satu Pencipta dan yang lain penerima.
55. Khaiyatiyah /
Makhluqiyah
Para pengikut dari
Abu-al-Husain al-Khaiyat. Mereka percaya bahwa setiap sesuatu yang tidak ada
merupakan satu tubuh sebelum ia muncul, seperti manusia sebelum kelahiranya
adalah tubuh dalam ketiadaan. Juga setiap sifat menjadi ada ketika ia
mengadakan kemunculannya.
56. Ka’biyah
Para pengikut dari
Abu-Qasim Abdullah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Banahi dikenal sebagai al-Ka’bi.
Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat Diri-Nya Sendiri tidak pula orang lain
kecuali dalam perasaan bahwa Dia mengetahui Diri-Nya Sendiri dan yang lain.
57. Jubbaiyah
Para pengikut dari
Abu-’Ali al-Jubbai. Mereka percaya bahwa Allah mengikuti hamba-hamba-Nya ketika
Dia memenuhi keinginan mereka.
58. Bahsyamiyah
Para pengikut dari
Abu-Hasyim. Mereka percaya bahwa orang yang berniat untuk berbuat buruk, walau
dia mungkin tidak melakukannya, dianggap berbuat jahat dan menerima hukuman.
59. Ibriyah.
Mereka percaya bahwa
Nabi Suci Muhammad (s.a.w.)adalah seorang bijak tapi bukan seorang nabi.
60. Muhkamiyah
Mereka percaya bahwa
Tuhan tak punya kendali atas makhluk-makhluk-Nya.
61. Qabariyyah
Mereka tidak percaya
azab kubur.
62. Hujjatiyah
Mereka tidak percaya
pada hukuman (balasan) bagi perbuatan atas dasar bahwa karena setiap sesuatu
ditakdirkan maka apa pun yang orang lakukan dia tidak bertanggung jawab untuk
itu.
63. Fikriyyah
Mereka percaya bahwa
amal Dzikr and Fikr (ingat dan berpikir tentang Allah) adalah lebih baik dari
pada ibadah.
64. ‘Aliwiyah /
Ajariyah
Mereka percaya bahwa
Hadhrat Ali(ra.) berbagi kenabian dengan Muhammad (s.a.w.).
65. Tanasikhiya
Mereka percaya pada
penitisan ruh.
66. Raji’yah
Mereka percaya bahwa
Hadhrat Ali ibnu Abi-Talib akan kembali ke dunia ini.
67. Ahadiyah
Mereka percaya pada
Fardhu (wajib) dalam agama tapi menolak sunnah.
68. Radidiyah
Mereka percaya bahwa
dunia ini akan hidup (ada) selamanya.
69. Satbiriyah
Mereka tidak percaya
pada penerimaan taubat.
70. Lafziyah
Mereka percaya bahwa
Al-Qur-an adalah bukan kalam Tuhan tapi hanya artinya dan inti sarinya adalah
kalam Tuhan. Kata-kata dari Al-Qur-an adalah hanya perkataan orang yang
menuturkan.
71. Asyariyah
Percaya bahwa Qiyas
(mengambil misal) adalah salah dan mengandung kekafiran.
72. Bada’iyah
Mereka percaya bahwa
taat kepada Amir adalah wajib tak peduli apa pun yang dia perintahkan.
73. An-Najiyah
73. An-Najiyah
Inilah golongan
golongan dalam Islam sebagaimana yang dikatakan oleh hadits hadits Nabi, semua
golongan ini terjadi karena sebab latar belakang pemahaman aqidah yang berbeda
beda. Lalu Muhammadiyah termasuk golongan yang mana, sesuai dengan hadits
Nabikah ?. Jelas Muhammadiyah bergabung dengan ahlul hadits, mendukung
kebiasaan kebiasan agama sesuai dengan karakter dengan ahlul hadits