Populer

Selasa, 21 Juni 2016

KITAB SHALAT-SHALAT TATHAWWU’ [ Himpunan Tarjih Muhammadiyah ] Format Baru



كِتَابُ صَلَوَاتِ التَّطَوُّعِ
KITAB SHALAT-SHALAT TATHAWWU’

مُقَدِّمَةٌ
Pendahulu 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

(Dengan nama Allah Maha pengnyayang, Maha pengasih)

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ( الحج: 77)

Firman Allah Ta’ala: “ Wahai orang-orang yang beriman! Ruku’, sujud dan sembahlah Tuhanmu serta bebuatlah kebaikan supaya kamu berbahagia”. (Quran surat Haj ayat 77).

وقال أيضا: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا ( الأحزاب 21 )

Dan firman Allah Ta’ala: “Benar-benar adalah ada pada Rasulullah itu percontohan yang bagus bagi kamu sekalian, bagi yang mengharapkan (ridla) Allah dan (kebahagiaan) Hari Kemudian dan banyak ingatnya kepada Allah”. (Quran surat Ahzab ayat 21).

رَوَى مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيْثِ رَبِيْعَةَ بْنِ كَعْبٍ اْلأَسْلَمِىِّ قَالَ: كُنْتُ أَبِيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوُضُوْئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى سَلْ! فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ قَالَ: أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ؟ قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ قَالَ: فَأَعِنىِّ عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ.

Diriwayatkan oleh Muslim sebagian dari hadits Rabi’ah bin Ka’ab Aslami yang berkata: “Adalah aku bermalam di tempat Rasulullah saw, maka aku membawakan air wudlunya dan keperluan hajatnya. Maka sabda Rasulullah saw: (Engkau mengharap apa?), mohonlah!”. Maka aku menjawab:”Aku mohon menyertai kau di dalam Syurga. “Sabda nabi saw. pula: “Atau ada lainnya lagi?” Aku jawab: “ Itu sajalah!” Maka sabda Nabi saw: “Bantulah aku, untuk dirimu dengan memperbanyak sujud (shalat)!”.

وَفِى حَدِيْثِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ قَالَ: جَآءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدِ ثَائِرَ الرَّأْسِ نَسْمَعُ دَوِىَّ صَوْتِهِ وَلاَنَفْقَهُ مَا يَقُوْلُ حَتىَّ دَنَا، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ اْلإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟  قَالَ: لاَ, إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ ( الحديث متفق عليه(

            Ada lagi hadist Thalhah bin “Ubaidilah yang berkata: “Telah menghadap kepada Rasulullah saw, seorang lelaki dari Ahli najeb yang tidak teratur rambutnya, yang mana kami dengar suaranya tetapi kami tidak mengerti apa yang dikatakannya, sehingga mendekati Rasulullah saw dan tiba-tiba menanyakan tentang Islam. Maka Rasulullah saw manjawab: “ Shalat lima waktu dalam sehari semalam.” Maka menanya pula: “Adakah kewajibanku lagi selainnya ?” Jawab Nabi saw :”Tidak ada, kecuali kalau engkau bertathawwu’ (menambah shalat sunnat)…..” seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim).

وَفِى حَدِيْثِ تَمِيْمٍ الدَّارِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: أَوَّلُ مَايُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلاَتُهُ فَإِنْ كَانَ  أَتَمَّهَا كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً. وَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَتَمَّهَا قَالَ اللهُ لِمَلاَئِكَتِهِ: أُنْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ لِعَبْدِىْ مَنْ تَطَوَّعَ فَتُكْمِلُوْنَ بِهَا فَرِيْضَتَهُ؟ ثُمَّ الزَّكَاةَ كَذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ حَسْبَ ذَلِكَ ( رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهٍ وَالْحَاكِمُ(.

Dan hadits Tamim Addari dari Nabi saw bersabda: “Perbuatan orang yang pertama kali dihisap (diteliti) kelak Hari Qiyamat ialah tentang shalatnya. Maka jika ia telah kerjakan dengan sempurna, dicatat baginya sempurna. Tetapi jika ia tidak kerjakan dengan sempurna, maka Allah akan berkata kepada Malaikat-Nya:”Periksalah ! Apakah kamu dapati perbuatan tathawwu’ bagi hambaku untuk kamu lengkapkan dengannya shalat fardlunya?”. Demikian juga tentang zakat, lalu diperhitungkan segala perbuatan semacam itu.” (diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Hakim).

وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَ لِى وَلِيًّا فَقَدْ أَذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبَ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِى أَعْطَيْتُهُ وَلَئِنِ اسَتَعَاذَنِى َلأَعِيْذَنَّهُ ( رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ(

  Dan hadits lagi dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah saw, bersabda: “ Seseungguhnya Allah Ta’ala berfirman : “Barang siapa memusuhi seseorang kakasihku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Dan tiada sesuatu yang lebih Aku sukai bagi hambaKu, labih dari hal yang aku wajibkan padanya. Dan hambaKu yang selalu mendekatkan kepada-Ku enggan segala perbuatab sunnat, pasti Aku sayangi dia. Maka apabila Aku sayangi dia, Aku jadi pendengarnya untuk mendengar, penglihatannya untuk melihat, tangannya untuk mengerjakan sesuatu dan kakinya untuk berjalan. Dan kalau dia mohon kepadaKu, akan Ku berikan dia dan kalau ia berlindung kepadaKu, paati Aku lindungi dia” (Diriwayatkan oleh Bukahri).

وَأَخْرَجَ اَبُودَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِكْلَفُوْا مِنَ الْعَمَلِ مَاتُطِيْقُوْنَهُ فَإِنَّ اللهَ لاَيَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا فَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ‘Aisyah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Bebanilah (kuat-kuatlah) dirimu dengan ‘amalan sekuasamu, karena Tuhan Allah tidak akan jemu, sehingga kamu sendiri merasa jemu.  Dan sesungguhnya Allah ialah yang tetap terus-menerus, meskipun sedikit.

وَكَانَ إِذِا عِمِلَ عَمَلاً أَثْبَتَهُ.

            Dan adalah Rasulullah saw,  itu apabila melakukan sesuatu, beliau kerjakan dengan tetap.

تَمْهِيْدٌ
PENGANTAR

صَلَوَاتُ التَّطَوُّعِ الْمَأْثُوْرَةُ كَمَا دَلَّتْ عَلَيْهِ اْلأَحَادِيْثُ هِىَ:

Shalat-Shalat Tathawwu’ Yang Berdasarkan Tuntunan Dari Nabi Saw. Yang Berdalil Hadits Yang Shahih, Ialah:

1-       1سُنَّةُ الْوُضُوْءِ.
1.Shalat Sesudah Wudlu,
2-      وَ-2- رَكْعَتَانِ بَيْنَ اْلأَذَانَيْنِ،
2. Shalat Antara Adzan Dan Qamatnya).
3-       وَ-3- تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ،
3. Shalat Tahiyat (Hormat Ketika Masuk) Masjid
4-       وَ-4- صَلاَةُ الرَّوَاتِبِ،
4. Shalat Rawatib,
5-      وَ-5- صَلاَةُ اللَّيْلِ،
5. Shalat Malam
6-       وَ-6- صَلاَةُ الضُّحَى،
6.Shalat Dhuha
7-       وَ-7- صَلاَةُ السَّفَرِ،
7. Shalat Akan Bepergian,
8-      وَ-8- صَلاَةُ اسْتِخَارَةِ
8. Shalat Istikharah (Mohon Dipilihkan),
9-       وَ-9- صَلاَةُ العِيْدَيْنِ،
 9. Shalat Kedua Hari Raya (Fitrah Dan Adlha),
10-   وَ-10- صَلاَةُ الْكُسُوْفَيْنِ،
10. Shalat Gerhana Dua (Matahari Dan Bulan)
11-    وَ-11- صَلاَةُ اْلإِسْتِسْقَاء
11. Shalat Istisqa’ (Mohon Huja


تَطَهَّرْ لِهَذِهِ الْمَسْنُوْنَاتِ طُهُوْرَكَ لِلْفَرَائِضِ (1)
Berwudlulah Untuk Shalat Sunat, Sunat Itu Sebagaimana Shalat Fardlu (1).

لِحَدِيْثِ عَلِىٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِفْتَاحُ الصَّلاَة الوُضُوءُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيْرُ وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيمُ ( رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ) وَلِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:اِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: لاَتُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طَهُوْرٍ وَلاَصَدَقَةٌ مِنْ غُلُوْلٍ ( رَوَاهُ مُسْلِمٌ(


Karena hadits “Ali ra. Yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Kunci shalat itu thaharah (suci dari hadats), permulaannya takbir dan penutupnya salam”. (Diriwayatkan olah Abu Dawud).
Dan hadits Ibnu Umar yang berkata: Aku pernah dengar Rasulullah saw bersabda: “Tidak diterima shalat tanpa wudlu dan tidak diterima sedekah dari hasil serobotan (rampasan)”. (Diriwayatkan oleh Muslim).

 وَصَلِّهَا فِى اْلبَيْتِ (2)

Dan Kerjakanlah Shalat-Shalat Tersebut Di Rumah, Meskipun Tidak Ada Larangan Di Lain Tempat

لحديث زيدبن ثابت رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَفْضَلُ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ. (رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ)

Karena hadits Zaid binTsabit r.a yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Seutama-tamanya shalat ialah shalat orang dirumahnya, kecuali shalat fardlu (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

ولَحَدِيْثٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهِ فِى مَسْجِدِ هَذَا إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةِ. (رَوَاهُ التِّرْمِذِىُّ وَالنَّسَائِىُّ وَاَبُو دَاوُدَ وَاللَّفْظُ لَهُ وَأَخْرَجَ مَعْنَاهُ ابْنُ مَاجَهٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعْدٍ).

Dan hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda “Shalat seseorang dirumahnya itu lebih utama daripada di masjidku ini kecuali shalat fardlu. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan lafal daripadanya. Begitu juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abdullah bin Sa’ad, hadits yang sama artinya.

. وَعَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الصَّلاَةِ فِى بَيْتِِى أَوِ الصَّلاَةِ فِى الْمَسْجِدِ؟ قَالَ: قَدْ تَرَى مَا أَقْرَبَ بَيْتِى مِنَ الْمَسْجِدِ. وِلاَنْ أُصَلِّى فِى بَيْتِى أَحَبُّ إِلَى مَنْ أَنْ أُصَلِّيَ فِى اْلمَسْجِدِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَلاَةً مَكْتُوْبَةً (رَوَاهُ التِّرْمِذِىُّ فِى الشَّمَائِلِ

Dan dari ‘Abdullah bin Sa’ad  yang berkata bahwa aku menanya kepada Rasulullah saw tentang shalat dirumahku atau shalat dimasjid. Jawab Rasulullah saw: “Engkau lihat, betapa dekatnya rumahku dengan masjid ! Namun aku lebih suka shalat dirumahku dari pada shalat di masjid, kecuali shalat fardlu (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Syamail-nya)

. وَلِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلُوْا فِى بُيُوْتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ وَلاَتَتَّخِذُوْهَا قُبُوْرًا (رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ(

Dan karena hadits Ibnu ‘Umar r.a yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Kerjakanlah sebagian shalatmu dirumahmu dan janganlah kamu jadikan rumahmu itu (sebagai) kuburan.” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

 وَلاَمَانِعَ فِى غَيْرِهِ إِلاَّ مَا خَصَّصَ الشَّارِعُ مِنْهَا (3)

Dikecualikan Shalat Yang Sudah Ditentukan Oleh Syara’

لِحَدِيْثِ زَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً فِى الْمَسْجِدِ مِنْ حَصِيْرٍ فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْهَا لَيَالِىَ حَتىَّ اجْتَمَعَ إِلَيْهِ نَاسٌ – الْحَدِيْثَ- (رَوَاهُ مُسْلِمٍ). وَكَذَلِكَ مَاوَرَدَ مِنَ اْلأَحَادِيْثِ فِى ابْتِدَاءِ صَلاَةِ اللَّيْلِ. 

(3)    Karena hadits Zaid bin Tsabit r.a bahwa Rasulullah saw pernah membuat (semacam) bilik dari tikar di dalam masjid, lalu Rasulullah saw. Shalat didalamnya beberapa malam, sehingga orang banyak berkerumun (makmum) ……seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Muslim). Demikian juga yang diberitakan dari beberapa hadits pada waktu permulaan Shalat Lail.

وَلِحَدِيْثِ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعْتُهُ فَأَكَلَ مِِنْهُ ثُمَّ قَالَ: قُوْمُوْا فَأُصَلِّىَ لَكُمْ قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: فَقُمْتُ إِلَى حَصِيْرٍ لَنَا قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُوْلِ مَالُبِسَ فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ فَقَامَ عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفَفْتُ أَنَا وَالْيَتِيْمُ وَرَاءَهُ وَالْعَجُوْزُ مِنْ وَرَاءِنَا فَصَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفَ ( رَوَاهُ مُسْلِمٌ(

Dan hadits Anas bin Malik ra. Bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah saw pada jamuan yang dibuatnya. Maka setelah Nabi saw makan dari hidangannya, beliau bersabda: “Marilah shalat, aku imami kamu!”. Berkata Anas bin Malik: “Aku mengambil sehalai tikar yang telah menghitam karena lama dipakai dan aku sekanya dengan air; lalu Rasulullah berdiri diatas tikar itu dan aku serta si Yatim berbaris dibelakangnya dan wanita tua itu dibelakang kami; maka Rasulullah saw mengimami kami shalat dua raka’at; kemdian beliau pergi.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

 وَيَجُوْزُ عَلَى الرَّاحِلَةِ فِى السَّفَرِ أَيْنَمَا تَوَجَّهَتْ (4)

Dan Boleh Dikerjakan Di Atas Kendaraan Dalam Perjalanan Di Atas Kendaraan Dalam Perjalanan, Kemana Kendaraan Itu Mengarah (4).

(4)   لِحَدِيْثِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ فِى السَّفَرِ حَيْثُُمَا تَوَجَّهَتْ بِهِ (رَوَاهُ الشَّيْخَانِ) وَلِحَدِيْثِ عَامِرٍ بْنِ رَبِيْعَةَ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ : ( رَوَاهُ الشَّيْخَانِ) وَفِى رِوَايَةِ الْبُخَارِىِّ يُوْمِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ

(4) Karena hadits Ibnu ‘Umar ra.yang berkata; “aku pernah melihat Nabi saw shalat diatas untanya kearah manapun unta itu menghadap. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

. وَلَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ.

Dan di dalam riwayat Bukhari menyebutkan bahwa Nabi saw. memberi isyarat dengan kepalanya (di dalam ruku’ dan sujudnya). Akan tetapi Rasulullah saw tidak mengerjakan hal yang sedemikian itu didalam shalat fardlu.

وَلِحَدِيثِ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَافَرَ فَاَرَادَ أَنْ يَتَطَوَّعَ اسْتَقْبَلَ بِنَاقَتِهِ الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ ثُمَّ صَلَّى حَيْثُ وَجَّهَهُ رِكَابُهُ. (رَوَاهُ اَبُودَاوُدَ).


Dan hadits Anas bin Malik ra. Bahwa Rasulullah saw itu apabila sedang dalam perjalanan hendak shalat tathawwu’, beliau menghadapkan untanya kearah Qiblat, lalu bertakbir dan (meneruskan) shalat menghadap arah kemana untanya menuju. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

وَلِحَدِيْثِ سَعِيْدٍ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ قَالَ:  كُنْتُ اَسِيْرُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ بِطَرِيْقِ مَكَّةَ. قَالَ سَعِيْدٌ: فَلَمَّا خَشِيْتُ الصُّبْحَ نَزَلْتُ فَاَوْتَرْتُ ثُمَّ اَدْرَكْتُهُ، فَقَالَ لِى ابْنُ عُمَرَ: : اَيْنَ كُنْتَ؟ فَقُلْتُ لَهُ: خَشِيْتُ الْفَجْرَ فَنَزَلْتُ فَاَوْتَرْتُ, فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: اَلَيْسَ لَكَ فِى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُسْوَةٌ ؟ فَقُلْتُ: بَلَى . قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوْتِرُ عَلَى الْبَعِيْرِ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ(

Dari hadits Sa’id bin Yasar yang berkata: “Pernah aku pergi bersama Ibnu ‘Umar di jalan Makkah-kata Sa’id: maka ketika aku khawatir terkejar Subuh, lali aku turun untuk shalat Witir, kemudian aku susul dia. Maka Ibnu Umar menanya: “Dimana engkau tadi?” jawabku: “Aku khawatir akan terkejar fajar, maka aku turun untuk shalat witir”. Maka kata Abdullah (Ibnu Umar: “Tidakkah engkau mau mencontoh Rasulullah saw?” Jawabku; “Sudah tentu!” Kata Abdullah: “Rasulullah saw shalat witir diatas untanya”. (Diriwayatkan oleb Muslim).

 وَلَكَ أَنْ تُصَلِّيَهَا مُنْفَرِدًا وَفِى جَمَاعَةٍ (5)

Boleh Juga Engkau Kerjakan Sendirian Atau Berjamaah (5);

لمِاَ ثَبَتَ فِى اَفْعَالِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا سَبَقَ فِى 3 مِنْ حَدِيْثِ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ وَمَا سَيَأْتِى فِى 7 مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ فِى صَلاَتِهِ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Karena yang telah ternyata dari perbuatan Nabi saw. dan yang telah diterangkan pada dalil no. 3 diatas dari hadits Anas bin Malik serta yang tersebut dibelakang pada dalil no 17 dari hadits Ibnu Umar dalam shalatnya bersama Nabi saw.

 قَائِمًا كُنْتَ أَوْقَاعِدًا، أَوْ بَعْضَهَا قَائِمًا وَبَعْضَهَا قَاعِدًا وَالْقِيَامُ فِيْهَا أَفْضَلُ إِلاَّ لِعُذْرٍ(6)

Dengan Berdiri Atau Duduk, Atau Sebagian Dengan Berdiri Dan Sebagian Dengan Duduk; Dan Dengan Berdiri Dalam Hal Itu Diutamakan Kacuali Ada ‘Udzur (6).

لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى لَيْلاً طَوِيْلاً قَاعِدًا وَكَانَ إِذَا قَرَأَ وَهُوَ قَائِمٌ رَكَعَ وَسَجَدَ وَهُوَ قَائِمٌ وَإِذَا قَرَأَ قَاعِدًا رَكَعَ وَسَجَدَ وَهُوَ قَاعِدٌ. (رَوَاهُ الْجَمَاعَةُ اِلاَّ الْبُخَارِىُّ(.

Karena hadits ‘Aisyah r.a yang berkata: “ Adakalanya Rasulullah saw. diwaktu malam shalat lama sambil berdiri dan adakalanya sambil duduk. Dan apabila beliau membaca sambil berdiri, beliar kerjakan ruku’ dan sujud sebagai orang shalat dengan berdiri. Dan apabila beliau membaca sambil duduk, beliau kerjakan ruku’ dan sujud seperti orang shalat dengan duduk. (Diriwayatkan oleh jama’ah kecuali Bukhari).

وَعَنْهَا اَيْضًا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي جَالِسًا فَيَقْرَأُ وَهُوَ جَالِسٌ وَإِذَا بَقِيَ مِنْ قِرَاءَتِهِ قَدْرُ مَا يَكُونُ ثَلاَثِينَ أَوْ أَرْبَعِينَ آيَةً قَامَ فَقَرَأَهَا وَهُوَ قَائِمٌ ثُمَّ رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ يَفْعَلُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذَلِكَ. (رَوَاهُ اَبُودَاوُدَ).

Dan dari Aisyah r.a juga bahwa adakalanya Nabi saw. shalat sambil duduk, dan membacanya dalam duduk, tetapi apabila tinggal 30 atau 40 ayat dari bacaannya, beliau berdiri dan meneruskan bacaannya sambil berdiri itu. Kemudian beliau ruku’ dan sujud. Beliau kerjakan serupa itu juga pada raka’at yang kedua. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

وَرُوِىَ عَنْهَا مِثْلَهُ مُسْلِمٌ وَلِحَدِيْثِ عُمَرُبْنِ حُصَيْنٍ أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلاَةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا. قَالَ: إِنَّ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ اَفْضَلُ, وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ اَجْرِ الْقَائِمِ. وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ اَجْرِ الْقَاعِدِ. (رواه الجماعة الامسلما).

Dan ada hadits yang serupa dari “Aisyah juga yang diriwayatkan oleh Muslim.Dan karena hadits ‘Umarbin hushain bahwa pernah ia bertanya kepada Nabi saw tentang shalat (tathawwu) sambil duduk. Jawab Nabi saw: “kalau ia shalat dengan berdiri itu lebih utama. Dan siapa yang shalat dengan duduk mendapat pahala separuh dari orang yang shalat dengan berdiri; dan siapa yang shalat dengan berbaring dapat pahala separuh dari orang yang shalat dengan duduk.” (Diriwayatkan oleh Jama’ah kecuali Muslim).

وَمِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ قَالَتْمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي شَيْءٍ مِنْ صَلاةِ اللَّيْلِ جَالِسًا حَتَّى إِذَا كَبِرَ قَرَأَ جَالِسًا حَتَّى إِذَا بَقِيَ عَلَيْهِ مِنْ السُّورَةِ ثَلاثُونَ أَوْ أَرْبَعُونَ آيَةً قَامَ فَقَرَأَهُنَّ ثُمَّ رَكَعَ. (رواه مسلم).

Dan dari hadits ‘Aisyah ra. Yang berkata:”Aku tidak pernah lihat Rasulullah saw membaca ayat-ayat pada shalat Lail dengan duduk, melainkan setelah lanjut usia beliau membaca sambil duduk (itupun) apabila tinggal 30 atau 40 ayat dari surat, baliau bangunlah dan berdiri membacanya kemudian ruku’.” (Diriwayatkan oleh Muslim).

 وولحديث أَنَسٍ قَالَ دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسْجِدَ وَحَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ سَارِيَتَيْنِ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا لِزَيْنَبَ تُصَلِّي فَإِذَا كَسِلَتْ أَوْ فَتَرَتْ أَمْسَكَتْ بِهِ فَقَالَ حُلُّوهُ لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ فَإِذَا كَسِلَ أَوْ فَتَرَ قَعَدَ-وَفِى لَفْظٍ: فَلْيَقْعُدْ – (رواه مسلم).

Dan juga hadits Anas yang berkata; “Rasulullah saw pernah masuk masjid dan melihat seutas tali (terbentang) antara dua tiang lalu bertanya; “Apakah ini?”. Orang -orang menjawab:”Kepunyaan Zainab untuk shalat, agar ia bila merasa payah atau lemah berpeganglah padanya”. Maka sabda Rasulullah saw.:”Lepaskanlah itu, hendaklah orang mengerjakan shalat selama ia kuasa sedang payah atau lemah bolehlah duduk”. Dan dalam lafal lain:”hendaklah ia duduk!”(Diriwayatkan oleh Muslim)

 ولحديث عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا لاَ تَدَعْ قِيَامَ اللَّيْلِ فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَدَعُهُ وَكَانَ إِذَا مَرِضَ أَوْ كَسِلَ صَلَّى قَاعِدًا.(رواه ابوداود(

Dan hadits “Aisyah ra. Yang berkata:”Jangalah engkau tinggalkan shalat malam, karena Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya.” Dan apabila ia sakit atau payah, baliau shalat denga duduk”.(Diriwayatkan dengan Abu Dawud).


 وَإِنْ كُنْتَ فِى جَمَاعَةٍ مَعَ اْلإِمَامِ كَمَا يُصَلِّيهَا، إِنْ قَائِمًا فَصَلِّ مَعَهُ قَائِمًا، وَإِنْ قَاعِدًا فَقَاعِدًا (7)

Dan Kalau Engkau Shalat Tathawwu’ Berjama’ah, Ikutlah Imam Sebagaimana Ia Kerjakan, Kalau Ia Sedang Berdiri Hendaklah Engkau Berdiri Dan Kalau Ia Sedang Duduk Hendaklah Engkaupun Dengan Duduk (7)

(7) لِحَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَلا تُكَبِّرُوا حَتَّى يُكَبِّرَ وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَلا تَرْكَعُوا حَتَّى يَرْكَعَ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ قَالَ مُسْلِمٌ وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَلاَ تَسْجُدُوا حَتَّى يَسْجُدَ وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ. (رواه احمد وابوداود واللفظ له(
Karena hadits Abu Hurairah r.a yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Seorang imam itu memang dijadikan untuk ditakuti; maka apabila ia telah takbir, (barulah) kamu takbir dan janganlah kamu takbir sebelum ia takbir. Dan apabila ia telah ruku’ (barulah) kamu ruku’. Dan apabila ia membaca: “Sami’allahuliman hamidah”, maka bacalah “Alla-humma rabbana lakalhamd”, dan apabila ia telah sujud, (barulah) kamu sujud, dan jangan kamu sujud sebelum ia sujud. Dan apabila ia shalat dengan berdiri, hendaklah kamu shalat dengan berdiri, dan apabila imam shalat dengan duduk”, maka shalatlah kamu semua dengan duduk:. (Diriwayatkan oleh Ahmad begitu juga oleh Abu Dawud dengan lafal hadits daripadanya).

 وَلَكَ فِى اللَّيْلِ أَنْ تَجْهَرَ بِالْقِرَاءَةِ  أَوْ تُسِرَّهَا، وَيَحْسُنُ بِكَ الْوَسَطُ (8)
Dan Pada Waktu Malam Engkau Boleh Membaca Dengan Nyaring Atau Tidak Nyaring Dan Sebaliknya Yang Tengah-Tengah (8)

لِحَدِيْثِ  عَائِشَةَ اَنَّهَا سُئِلَتْ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ؟ فَقَالَتْ: كُلُّ ذَلِكَ قَدْكَانَ يَفْعَلُ رُبَمَا اَسرَّ وَرُبَمَا جَهَرَ. (رَوَاهُ الْخَمْسَةُ). وَلِمَا رَوَاهُ اَبُودَاوُدَ عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ اَنَّهُ قَالَ: كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ يَرْفَعُ طَوْرًا وَيَخْفِضُ طَوْرًا.

Karena hadits “Aisyah ra. yang ditanya tentang bagaimana bacaan Nabi saw di waktu shalat malam; maka jawabnya; “Semuanya pernah beliau kerjakan, kadang-kadang membaca tidak nyaring, dan kadang-kadang beliau baca nyaring”, (Diriwayatkan oleh Lima Ahli Hadits).

Dan hadits Abu Hurairah yang berkata: “Adapun bacaan Rasulullah saw. diwaktu malam, sekali-kali nyaring dan sekali-kali tidak nyaring”.(Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

 وَلِقَوْلِهِ تَعَالَى: وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً. (سورة الاسراء:110(

Dan karena firman Allah Ta’la yang:”Dan janganlah engkau teriakkan do’amu dan jangan engkau lirihkan; usahakanlah tengah-tengah (antara nyaring dan lirih) (Al-Quran surat  Isra’ ayat 110).

وَلِحَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَدْرِ مَا يَسْمَعُهُ مَنْ فِي الْحُجْرَةِ وَهُوَ فِي الْبَيْتِ. (رواه ابوداود(.
Dan hadits Ibnu ‘Abbas yang berkata; “Bacaan Nabi saw adalah sekedar di dengar oleh yang ada dikamar, kalau beliau berada dirumah”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).


 وَإِذَا اَرَدْتَ الْمَكْتُوْبَةَ بَعْدَ انْقِضَائِهَا أَوِ الْعَكْسِ فَافْصِلْ بَيْنَهُمَا بِالْكَلاَمِ أَوِ الْخُرُوْجِ (بِنَحْوِ اْلإِنْتِقَالِ، (9(
Dan apabila telah selesai shalat tathawwu’ kemudian akan shalat fardlu-atau sebaliknya-hendaklah engkau pisahkan antara keduanya dengan berbicara atau keluar (seumpama pindah tempat) (9)
لِحَدِيْثِ عُمَرِ بْنُ عَطَاءِ بْنِ أَبِي الْخُوَارِ أَنَّ نَافِعَ بْنَ جُبَيْرٍ أَرْسَلَهُ إِلَى السَّائِبِ ابْنِ أُخْتِ نَمِرٍ يَسْأَلُهُ عَنْ شَيْءٍ رَآهُ مِنْهُ مُعَاوِيَةُ فِي الصَّلاةِ فَقَالَ نَعَمْ صَلَّيْتُ مَعَهُ الْجُمُعَةَ فِي الْمَقْصُورَةِ فَلَمَّا سَلَّمَ الإِمَامُ قُمْتُ فِي مَقَامِي فَصَلَّيْتُ فَلَمَّا دَخَلَ أَرْسَلَ إِلَيَّ فَقَالَ لاَ تَعُدْ لِمَا فَعَلْتَ إِذَا صَلَّيْتَ الْجُمُعَةَ فَلاَ تَصِلْهَا بِصَلاَةٍ حَتَّى تَكَلَّمَ أَوْ تَخْرُجَ فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَنَا بِذَلِكَ أَنْ لاَ تُوصَلَ صَلاةٌ بِصَلاَةٍ حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ. (رواه مسلم(

(1) Karena hadits ‘Umar bin ‘Atha’ bin Abu Khuwar, bahwa Nafi bin Jubair pernah menyuruhnya pergi kepada Saib bin Ukhti Namir, untuk menanyakan tentang sesuatu yang pernah ia lakukan di dalam shalat yang mendapat perhatian Mu’awiyah. Ia menjawab:”Memang aku pernah shalat Jum’ah bersama Mu’awiyah di dalam kerepyak. Setelah imam selesai shalat (membaca salam), aku lalu berdiri ditempat dan  shalat (sunnat). Maka setelah kembali di menyuruh aku datang kepadanya dan berpesan: “Janganlah engkau mengulangi perbuatanmu. Apabila engkau shalat Jumah, dan janganlah langsung engkau ikuti dengan shalat lain, sebelum engkau berbicara atau keluar; karena Rasulullah saw. memerintahkan kita melakukan demikian, ialah agar kita tidak langsung menyambung shalat dengan shalat lain, sebelum kita berbicara atau keluar.

تَحِيَةُ الْمَسْجِدِ،
TAHIYAT MASJID


 إِذَِا دَخَلْتَ الْمَسْجِدِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُلْ: اللهُمَّ افْتَحْ لِى أًبْوَابَ رَحْمَتِكَ، (10)

Apabila engkau masuk masjid hendaklah engkau membaca salam untuk Nabi saw. dan berdo’alah: ”Alla-hummaftahli-abwa-ba rahmatik”(10)

لِحَدِيْثِ ابى حُمَيْدٍ أَوْ أَبَا أُسَيْدٍ الأَنْصَارِيَّ يَقُولُ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيُسَلِّمْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ فَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ. (رواه مسلم وابوداود والنسائى وابن ماجه وغيرهم بأسانيد صحيحة(.

Karena hadits Abu Hamid dari Abu Usaid yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang masuk masjid, hendaklah membaca shalawat kepada Nabi lalu berdo’a:”Alla-humma inni as aluka min fadlik”. (Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad yang shahih).

وَلاَتَجْلِسْ حِتىَّ تُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ (حَقُّ الْمَسْجِدِ) وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ أَثُنَاءَ خُطْبَةِ الإِمَامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ (11)

Dan Janganlah Engkau Duduk Sebelum Engkau Shalat 2 Raka’at (Itulah Hak Masjid) Walaupun Imam Sedang Berkhutbah Pada Hari Jum’ah (11).

لِحَدِيْثِ أَبي قَتَادَةَ بْنَ رِبْعِيٍّ الأنْصَارِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ. وَلِحَدِيْثِ جَابِرِبْنِ عَبْدُ اللهِ قَالَ: دَخَلَ رَجُلٌ يَوْمٌ الْجُمُعَةَ وَالنَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ. فَقَالَ: اَصَلَّيْتَ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: قُمْ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ. (رَوَاهُمَا الشَّيْخَانِ(.

Karena hadits Abi Qatadah yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila seorang masuk masjid, janganlah duduk sebelum ia shalat dua raka’at.” Dan hadits Jabir bin Abdullah yang berkata bahwa pernah ada orang masuk masjid pada hari Jum’ah ketika Nabi saw. sedang berkhutbah, lalu ditegurnya; “Sudahkah engkau shalat?”.  Dia menjawab:”Belum!”. Maka sabda Nabi saw.: Berdirilah dan shalatlah dua raka’at!”. (keduanya diriwayatkan oleh Syaikhan atau Bukhari dan Muslim).


 ثُمَّ قُلْ عِنْدَ خُرُوجِكَ مِنْهُ : اللّهٌمَّ إِنَِى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ (12(
Kemudian Pada Waktu Engkau Keluar Berdo’alah: “Alla-Humma- Inni As Aluka Min Fadlik” (12)

لِحَدِيْثِ الْمُتَقَدِّمِ فِى (10) إِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ.
Karena hadits yang tersebut dalil no. 10 diatas:”Apabila keluar (dari masjid) hendaklah berdo’a:”Alla-humma inni-as aluka min fadlik!”.

صَلاَةُ الرَّوَاتِبِ
SHALAT RAWATIB

 إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ فَصَلَّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ تَطَوُّعًا (13)

Apabila Fajar Telah Menyingsing, Hendaklah Engkau Kerjakan Shalat Tathawwu’ 2 Rakaat Singkat-Singkat (13);

 لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا. (رواه مسلم والترمذى).

Karena hadits “Aisyah r.a yang berkata bahwa Nabi saw bersabda:”Dua raka’at fajar itu lebih baik dari dunia seisinya”. (Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi).

وَعَنهَا اَيْضًا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مُعَاهَدَةً مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ. (رواه الشيخان)

Dari Aisyah ra. juga, bahwa tidaklah Nabi saw. mengerjakan shalat sunat setekun beliau mengerjakan dua raka’at sebelum Shubuh. (Diriwayatkan oleh Syaikhan).

و لِحَدِيْثِ حَفْصَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ لاَ يُصَلِّي إِلاَّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ.

Dan karena hadits Hafshah ra. yang berkata bahwa Nabi saw. itu apabila fajar telah menyingsing, Rasulullah hanya shalat dua raka’at singkat-singkat.

ولحديث عَائِشَةَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فَيُخَفِّفُ حَتَّى إِنِّي أَقُولُ هَلْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ؟ (اخرجهما مسلم(

Juga karena hadits ‘Aisyah ra. yang berkata: “Rasulullah saw. mengerjakan dua raka’at-fajar itu singkat sekali, sehingga aku berkata (dalam hati)”apakah beliau sudah membaca Fatihah dalam kedua raka’at itu?”(Keduanya diriwayatkan oleh Muslim).

. تَقْرَأُ فِى أُوْلاَهُمَا: قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ بَعْدَ اْلفَاتِحَةِ وَفىِ الثَّانِيَةِ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (14)

Pada Rakaat Pertama Fatihah Engkau Baca “Surat Al-Kafirun” Dan Pada Raka’at Ke Dua “Surat Qul Huwal Lahu Ahad” (14)

لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَمَقْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا فَكَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَاَحْمَدَ وَاَهْلُ السُّنَنِ وَرَوَاهُ اَيْضًا مُسْلِمٌ وَابْنُ حِبَّانَ وَاَبُودَاوُدَ وَالنَّسَائِى وَابْنُ  مَاجَهٍ مِنْ حَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ(.

Karena hadits Ibnu ‘Umar yang berkata bahwa ia telah mengikuti Nabi sebulan lamanya. Maka beliau dalam shalatnya dua raka’at sebelum fajar membaca surat “Qulya-ayyuhal ka-firu-n” dan surat “Qulhu walla-hu-ahad” (Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Ahli Sunah. Sebagai hadits tersebut diriwayatkan juga oleh Muslim, Ibnu Hibban, Abu Dawud, Nasai Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

 أَوْ فِى الأُوْلَى مِنْهُمَا: قُوْلُوْا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا اُنْزِلَ إِلَيْنَا. اْلأَيَةُ. وَفِى الثَّانِيَةِ: يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنا  وَبَيْنَكُم . اْلأَيَةُ أَوْ مَا نيسر مِنَ الْقُرآن. (15)

 Atau Pada Rakaat Pertama Membaca: “Qulu- A- Man Na-Billa-Hi Wama Unzila Ilaina,”……” Seterusnya Ayat Dan Pada Raka’at Kedua Membaca: “Ya Ahlal Kita-Bi Ta’alau Ila Kalimatin Sawa- In Bain-Na Wa Bainakum …” Seterusnya Ayat Atau Dari Ayat Qur’an Mana Yang Mudah (15)

لِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ{ قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا }وَالَّتِي فِي آلِ عِمْرَانَ { تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ. (رَوَاهُ مُسْلِمٍ وَاَبُودَاوُدَ وَالنَّسَائِى

(15) Karena hadits Abu Hurairah r.a yang berkata bahwa Rasulullah saw.ada kalanya membaca dalam shalat fajar:”Qu-lu-a-manna billa-hi wa ma-unzila ilaina-….”seterusnya ayat 136 surat Baqarah dan “Ya-ahlal kita-bi ta’a-lau ila-kalimatin sawa-in bai nana-wa bainakum…..” seterusnya ayat 64 surat Ali-Imran. (Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Nasai).

). وَفِى رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: وَفِى الآخِرَةِ: { آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ }.

Dan dalam riwayat Muslim: “Pada raka’at akhir membaca: :a-manna- billa-hi wasyhad bianna-muslimu-n.” (Surat Ali ‘Imran ayat 52).
وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ اْقرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنَ وَبِمَا شَاءَ اللهُ. (رَوَاهُ اَبُودَاوُدَ).

Dan karena hadits Abu Hurairah r.a bahwa Nabi saw.bersabda:”Kemudian engkau bacalah Ummul-Qur’an (Fatihah) dan apa yang disukai Allah”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

وَفِى رِوَايَةٍ ابْنِ حَِّانَ بِلَفْظِ: ثُمَّ بِمَاشِئْت

Dan pada riwayat Ibnu Hibban dengan kata; “Kemudian (engkau baca) apa yang engkau sukai.

 ثم صَلِّ قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا وَكَذَلِكَ بَعْدَهُ ( اَىْ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا)، (16)

Dan Kerjakanlah Shalat Sebelum Dhuhur 2 Atau 4 Raka’at. Begitu Juga Sesudah Shalat Dhuhur (16)

لِحَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ عُمَرَ قَالَ : حَفِظْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءَ, وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمِ وَغَيْرِهِمَا). وَاَخْرَجَ نَحْوَهُ مُسْلِمٌ وَاَهْلُ السُّنَنِ مِنْ حَدِيْثِ أُمِّ حَبِيْبَةَ.

(16) Karena hadits Abdullah bin ‘Umar yang berkata:”Yang aku ingat dari Rasulullah saw. ialah 2 raka’at sebelum Dhuhur, 2 raka’at sesudah Dhuhur 2 raka’at sesudah Maghrib, 2 raka’at sebelum Shubuh. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan lain-lain). Dan diriwayatkan oleh Muslim dan Ahli Sunan seperti tersebut diatas dari Ummi Habibah.

وَلِحَدِيْثِهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ صَلَّى اَرْبَعَ رَكْعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ اَرْبَعًا بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّار. (رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَهْلُ السُّنَنِ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِى وَابْنُ حِبَّانَ(.

            Dan karena hadits Ummu Habibah berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”Barang siapa shalat 4 raka’at sebelum Dhuhur dan 4 raka’at sesudahnya, Allah mengaharamkannya dari api neraka”. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ahli Sunan yang dishahihkan Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرَ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَاَبُودَاوُدَ). -

            Dan hadits ‘Aisyah ra. yang berkata bahwa Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat 4 raka’at sebelum Dhuhur dan 2 raka’at sebelum shalat Shubuh. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Dawud).

وَرُوِىَ عَنْهَا اَيْضًا عِنْدَمَا سُئِلَتْ عَنْ صَلاَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ التَّطَوُّعِ قَالَتْ: كَانَ يُصَلِّى قَبْلَ الظَّهْرِ اَرْبَعًا فِى بَيْتِى ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُصَلِّى بِالنَّاسِ ثُمَّ يَرْجِعُ اِلَى بَيْتِى فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ يُصَلِّى بِالنَّاسِ الْمَغْرِبِ ثُمَّ يَرْجِعُ اِلَى بَيْتِى فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ يُصَلِّى بِهِمْ اْلعِشَاءَ ثُمَّ يَدْخُلُ بَيْتِى فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ-الْحَدِيْثُ

Dan diriwayatkan juga dari ‘Aisyah r.a bahwa ketika ditanya tentang (cara) Nabi saw. melakukan shalah tathawwu’, mengatakan;”Beliau mengerjakan shalat 4 raka’at sebelum Dhuhur di rumahku, kemudian mengimami orang banyak (di masjid), lalu kembali kerumahku untuk melakukan shalat 2 raka’at. Adakalanya beliau shalat Maghrib mengimami orang banyak lalu pulang kerumahku untuk mengerjakan shalat 2 raka’at. Dan adakalanya Nabi saw. shalat ‘Isya mengimami mereka, kemudian masuk kerumahku untuk shalat 2 raka’at …“seterusnya hadits.

وَلِحَدِيْثِ أُمِّ حَبِيْبَةَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ صَلَّى اثْنَتَى عَشْرَةَ رَكْعَةٍ فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بَنىَ بِهِ بِهِنَّ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. وِفِى رِوَايَةِ:تَطَوُّعًا. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)..

Dan karena hadits Ummu habibah yang berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa shalat 12 raka’at dalam sehari semalam, akan didirikan baginya rumah di Syurga”. Dan dalam riwayat hadits lain dengan tambahan kata “bertathawwu’”. (Diriwayatkan oleh Muslim).

وَقَدَرُوْهُ التِّرْمِذِى وَصَحَّحَهُ وَالنَّسَائِى. وَفِيْهِ اَرْبَعًا قَبْلَ  الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ. قَالَ النَّسَائِى: قَبْلَ الصُّبْحِ وَذَكَرَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْعَصْرِ بَدَلَ رَكْعَتَيْنَ بَعْدَ الْعِشَاءِِِ. وَِرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهُ

Dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan dishahihkannya dan oleh Nasai dengan sebutan:”4 rakaat sebelum Dhuhur, serta dua raka’at sesudahnya, dan 2 raka’at sesudah Maghrib, 2 raka’at sesudah ‘Isya’ dan 2 raka’at sebelum shalat fajar”. Berkata Nasai:”Sebelum Shubuh” dan disebutkan:”2 raka’at sebelum Ashar pengganti 2 raka’at sesudah ‘Isya’.”

 أَمَّا يَوْمُ الْجُمُعَةِ فَصَلِّ قَبْلَهَا مَا قَدَرَ لَكَ حَتىَّ يَحْضُرَ اْلاِمَامُ وَصَلِّ
بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ أَوْ اَرْبَعًا (17)

Adapun Pada Hari Jum’ah, Kerjakanlah Shalat Tathawwu Sebelumnya Sebanyak Engkau Sukai Sampai Imam Datang. Dan Kerjakanlan Shalat Tathawwu 2 Atau 4 Raka’at (17)

لِحَدِيْثِ نَافِعٍ قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُطِيلُ الصَّلاةَ قَبْلَ الْجُمُعَةِ وَيُصَلِّي بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ وَيُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ. (رَوَاهُ اَبُوْدَاوُدَ).

Karena hadits Nafi’ yang berkata:”Ada kalanya Ibnu ‘Umar lama bershalat sebelum Jum’ah, lalu shalat sesudahnya 2 raka’at dirumahnya” dan ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. menjalankan hal yang serupa itu. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

وَرَوَى مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيْثِهِ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الظُّهْرِ سَجْدَيْنِ وَبَعْدَ الْعِشَاءِ سَجْدَيْنِ وَبَعْدَ الْجُمُعَةِ سَجْدَيْنِ. فَأَمَّا الْمَغْرِبِ وَاْلعِشَاءِ وَالْجُمُعَةِ فَصَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى بَيْتِهِ. وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ الْجُمُعَةِ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا اَرْبَعًا (رَوَاهُ مُسْلِمٌ(

Dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ibnu ‘Umar yang berkata:”Aku pernah shalat bersama-sama Rasulullah saw. 2 raka’at sebelum Dhuhur, 2 raka’at sesudahnya, 2 raka’at sesudah Maghrib, 2 raka’at sesudah ‘Isya dan 2 sesudah Jum’ah. Adapun pada Maghrib, ‘Isya’ dan Jum’ah, aku kerjakan shalat bersama-sama Nabi saw. dirumahnya.

Dan karena hadits Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda:”Apabila orang mengerjakan shalat Jum’ah hendaklah ia shalat 4 raka’at sesudahnya.”(Diriwayatkan oleh Muslim)

Dan hendaklah engkau shalat Tathawwu‘sebelum ‘Ashar 2 raka’at (18)

(18) لِحَدِيْثِ حَبِيْبتة اْلأَخِيْرِ كَمَا سَبَقَ فِى 16 وَفِيْهِ وَذَكَرَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اْلعَصْرِ-بَدَلٌ- رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ.

(18) Karena hadits Ummu Habibah yang akhir sebagai dalil no 16 diatas, yang menyebutkan “2 raka’at sebelum ‘Ashar pengganti 2 raka’at sesudah “Isya.”

 وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلغُرُوْبِ قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ (19)

Dan sesudah matahari terbenam, hendaklah engkau shalat tathawwu’ 2 raka’at sebelum shalat Maghrib (19)

لِحَدِيْثِ اَنَسٍ  بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنَّا نُصَلِّى عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ فَقُلْتُ لَهُ: اَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  صَلاَهُمَا؟ قَالَ: كَانَ يَرَانَا نُصَلِّيْهِمَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Karena hadits Anas bin Malik r.a yang berkata:”Pada masa hidup Nabi saw. kami kerjakan 2 raka’at sesudah matahari terbenam sebelum shalat Maghrib”.aku tegor dia:”Adakah Rasulullah saw. sendiri yang mengerjakan itu?”. Jawabnya:”Beliau saw melihat kami mengerjakan 2 raka’at itu, tetapi tidak menyuruh ataupun melarang kami.” (Diriwayatkan Oleh Muslim).

وَلِحَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ مُغَفَلٍ اْلمُزَنِى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلُّوْا قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ-قَالَ فِى الثَّالِثَةِ: لِمَنْ شَاءَ- (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَابْنُ حِبَّانَ وَزَادَ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ(

            Dan karena hadits Abdullah bin Mughafffal Muzanni dari Nabi saw. yang bersabda:”Kerjakan shalat itu sebelum Maghrib”. Lalu pada tiga kalinya beliau mengatakan:”Bagi yang suka”.(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dengan tambahan bahwa Nabi shalat sebelum Maghrib 2 raka’at).

(20) لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ وَأُمِّ حَبِيْبَةِ الْمُتَقَدِّمِ فِى (16(

(20)Karena hadits Ibnu ‘Umar dari Ummu Habibah yang tersebut pada dalil no.16 diatas 2 raka’at sesudah Maghrib.
(21) لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ وَأُمِّ حَبِيْبَةِ الْمُتَقَدِّمِ فِى (16(

وَكَذَلِكَ مِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ فِيْهِ. 

(21)Karena hadits Ibnu ‘Umar dan Ummu Habibah yang tersebut dalam dalil no.16 diatas, demikian juga terdapat pada hadits “Aisyah tentang hal itu.


لِحَدِيْثِ عَاصِمِ بْنِ ضَمْرَةَ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي إِثْرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ رَكْعَتَيْنِ إِلاَّ الْفَجْرَ وَالْعَصْرَ (اخرجه ابواداود(
Karena hadits “Ashim bin Dlamrah dari Ali ra. yang berkata Rasulullah saw. setiap selesai shalat fardlu selalu mengerjakan shalat, selain Shubuh dan ‘Ashar. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

لِحَدِيْثِ زُرَارَةُ بْنُ أَوْفَى أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا سُئِلَتْ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ فَقَالَتْ كَانَ يُصَلِّي الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى أَهْلِهِ فَيَرْكَعُ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يَأْوِي إِلَى فِرَاشِهِ وَيَنَامُ….. (رواه ابوداود(

Karena hadits Zurarah bin Abi Aufa bahwa ‘Aisyah r.a pernah ditanya tentang shalat Rasulullah saw. ditengah malam, dan ia menjawab:”Adalah beliau shalat ‘Isya berjama’ah, kemudian pulang kepada keluarganya, lalu shalat 4 raka’at kemudian masuk tempat tidurnya dan tidur. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).