Tertolaknya Hadiah Pahala
Oleh H. Zulkarnain El-Madury
Masalah hadiah pahala kian marak di ditengah umat Islam,
mereka tanpa beban melaksanakan amalan yang tidak ada contohnya dari generasi
pertama, seolah tanpanya kurang lengkap Islam, padahal hanya semata rekayasa
manusia yang menciptakan agama baru / atau keyakinan baru yang bersumber dari
agama dan keyakinan lain. Hadiah pahala menjadi pilihan, sehingga banyak tokoh
umat menggunakan media transfer pahala ini menjadi pilihan utama dalam proyek
pengentasan kebangkrutan pahala. Menarik memang, apalagi bila disertai manakan
yang mengundang perut menyerbu datangnya kematian tersebut. Namun apakah “hadiah
pahala” ini legal dalam agama, apakah benar perselisihan furuk semata, atau sekedar
perkumpulan biasa atau justru proyek dosa ?
DALIL DALIL QURAN TIDAK ADANYA HADIAH PAHALA
DALIL DALIL QURAN TIDAK ADANYA HADIAH PAHALA
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ﴾ Al
Baqarah:286
﴿
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ
فَعَلَيْهَا
Barangsiapa yang
mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, [Fushilat 46 ]
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya
itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [Al’ankabut 6]
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ
وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, [A Isro’
15]
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ
مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا
تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَمَنْ
تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Dan jika seseorang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul
bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya
itu) kaum kerabatnya Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya
orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak
melihat-Nyadan mereka yang mendirikan shalat. Dan barang siapa yang menyucikan
dirinya sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan
kepada Allah-lah tempat kembali [ Al fathir 18 ]
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ
شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
Dan takutlah kamu
kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain
sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan
memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan
ditolong. [
Al Baqarah 123]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا
يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ
شَيْئًا
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu
hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan
seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. [Luqman 33]
كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ
تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan
amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu
kerjakan [Al Jatsiyah 28]
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا
تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun
dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. [Yaasiin
54]
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
(yaitu) bahwasanya seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya
[An-Najm 38-39]
PENDAPAT ULAMA
TAFSIR DALAM MENAFSIRKAN AYAT MENOLAK
HADIAH PAHALA
أنه لا يُجَازي عامل إلا بعمله، خيرا كان ذلك أو
شرّا
Sesungguhnya siapa
yang beramal tidak akan dibalas melainkan dengan amalnya sendiri, baik atau
jelek [Ath- Thobary 27 : 39 ]
لا يؤاخذ بعقوبة ذنب غير عامله، ولا يثاب على صالح
عمله عامل غيره
Tidak akan disiksa
dengan siksaan orang berdosa melainkan mereka yang berbuat dosa, tidak akan
mendapat balasan pahala , bagi mereka yang tidak beramal baik [Ath. Thobary 27:40]
أن حسنة الغير لا تجدي نفعاً ومن لم يعمل صالحاً
لا ينال خيراً فيكمل بها ويظهر أن المسيء لا يجد بسبب حسنة الغير ثواباً ولا يتحمل
عنه أحد عقاباً
Bahwasanya kebaikan
orang lain tidak bisa memberi mamfaat guna, siapa yang tidak mengerjakan amalan
sholeh , dia tidak akan mendapatkan kebaikan , benar dan nyatalah ayat ini yang
menjelaskan , bahwa orang yang berdosa tidak akan mendapatkan pahala oleh sebab
amalan orang lain , dan tidak bisa seorangpun menanggung dosa orang lain
[Fathur Razi 7:738]
كما لا يحمل عليه وزر غيره، كذلك لا يحصل من الأجر
إلا ما كسب هو لنفسه
ومن وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي، رحمه الله،
ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى
Sebagaimana dosa
yang tidak bisa dibebankan kepada yang lainnya, yang demikian pahala tidak akan
didapat mereka, melainkan hasil panen usahanya sendiri. Pada ayat yang mulya
ini juga terdapat Istimbat Imam Syafii rahimahullah dan pengikutnya, bahwa
bacaan Quran tidaklah sampai , bila pahalanya diahadiahkan kepada yang mati. [Ibnu
Katsir 198]
"وَأَنْ" أَيْ أَنَّهُ "لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إلَّا مَا سَعَى"
مِنْ خَيْر فَلَيْسَ لَهُ مِنْ سَعْي غَيْره الْخَيْر شَيْء
Bahwasanya, tidaklah bagi manusia mendapatkan pahala melainkan apa yang ia kerjakan dari kebaikan . Tidaklah padanya dapat kebaikan dari sebab usaha orang lain “ [ Jalalain 3 :198]
ليس له إلاّ أجر سعيه ، وجزاء عمله ، ولا ينفع أحداً
عمل أحد
Dia tidak akan
mendapatkan pahala melainkan pahala dari usahanya sendiri, balasan amalnya ,
tidak bermanfaat amalan seseorang kepada orang lain [fathul Qadir 5 : 11]
أن النفوس إنما تجازى بأعمالها إن خيرًا فخير، وإن شرًا فشر، وأنه لا يحمل من خطيئة
أحد على أحد
Sesungguhnya tiap
tiap jiwa dibalas menurut amalnya masing masing, jika baik dibalas dengan
kebaikan, jika jelek dibalas dg kadar kejelekannya, dan seseorang tidak bisa
membebankan dosanya atas orang lain [Ibnu Katsir 3 : 444]
PERKATAAN SAHABAT TENTANG TAK ADA HAADIAH PAHALA
PERKATAAN SAHABAT TENTANG TAK ADA HAADIAH PAHALA
ابن عباس بأنه قال (لا يصل أحد عن أحد ولا يصوم
أحد عن أحد)
Dari Ibnu Abbas :
Tidak boleh orang lain mengganti sholatnya orang lain , dan tidak boleh
seseorang menggantikan puasanya orang lain [ Ibnu Abbas, Ibnu Umar oleh Imam
Malik dan Nasai]
عن ابن عمر بإسناد صحيح: أنه لا يحج أحد عن أحد
Dari Ibnu Umar
menurut riwayat shahi : Bahwasanya tidaklah boleh seseorang mengerjakan hajinya
orang lain [ Shahi dalam Fathul Bari , shahi Ibnu Hibban, shahi Ibnu Aisyah]
HADITS HADITS HADIAH PAHALA YANG BERTENTANGAKAN DENGAN QURAN ;
Ibnu Abbas :
HADITS HADITS HADIAH PAHALA YANG BERTENTANGAKAN DENGAN QURAN ;
Ibnu Abbas :
أنّ اِمْرَأَةٌ مَنْ خَثْعَمَ قَالَتْ: يَا رَسُولَ
اَللَّهِ, إِنَّ فَرِيضَةَ اَللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ فِي اَلْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِي
شَيْخًا كَبِيرًا, لَا يَثْبُتُ عَلَى اَلرَّاحِلَةِ, أَفَأَحُجُّ عَنْهُ? قَالَ: نَعَمْ
“Sesungguhnya seorang perempuan dari Kats’am
berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya haji yang diwajibkan Allah atas
hamba-Nya itu turun ketika ayahku sudah tua bangka, tidak mampu duduk di atas
kendaraan. Bolehkah aku berhaji untuknya? Beliau menjawab: “Ya Boleh.” ( HR
Bukhari dan Muslim )
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ قَالَ مَنْ شُبْرُمَةُ
قَالَ أَخٌ لِي أَوْ قَرِيبٌ لِي قَالَ حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ قَالَ لَا قَالَ حُجَّ
عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ
“Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shalla Allahu
'alaihi wa sallam mendengar seseorang mengucapkan; Labbaika 'An Syubrumah (ya
Allah, aku memenuhi seruan-Mu untuk Syubrumah), beliau bertanya: "Siapakah
Syubrumah tersebut?" Dia menjawab; saudaraku! Atau kerabatku! Beliau
bertanya: "Apakah engkau telah melaksanakan haji untuk dirimu sendiri?"
Dia menjawab; belum! Beliau berkata: "Laksanakan haji untuk dirimu,
kemudian berhajilah untuk Syubrumah." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan hadist
ini dishahihkan Ibnu Hibban)
Dalam hal ini sikap segolongan Fuqaha’ menyebutkan :
وقال القرطبي مالك وأصحابه رأوا أن ظاهر حديث الخثعمية
مخالف لقوله تعالى ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ] آل عمران
79 [
Imam Qurtuby
berkata : Imam Malik dan pendukungnya menyebutkan , mereka memandang hadits
hadits al Khos’amiyah[ Menghajikan orang tua ] bertentangan dengan Firman Allah
Ta’ala : “ Allah mewajibkan haji baitullah kepada manusia, bagi siapa yang
mampu dijalannya “ [ al Imron 79 ]. Ini terkandung makna orang yang tidak mampu
berhaji karena sebab hal hal yang menjadi penyebabnya tidak memikul tanggung jawab
kewajiban, termasuk dalam hal ini bukan saja tidak mampu dananya, juga
kesehatannya. Membuktikan bahwa ayat tersebut juga tidak membenarkan hadiah
pahala kepada orang yang bersangkutan.
وقال القرطبي رأى مالك أن ظاهر حديث الخثعمية مخالف
لظاهر القرآن فرجح ظاهر القرآن
Imam Qurtubi
berkata : Imam Malik memandang bahwa dzahirnya hadits wanita Khos’amiyati bertentangan
dengan Quran, maka Imam Malik memilih dhahirnya Quran [ Fathul Bari 4 : 49 ]
فأعلم رسول الله مثل ما أعلم الله من أن جناية كل
امرئ عليه كما عمله له لا لغيره ولا عليه
Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam memberi tahu sebagaimana Allah memberi tahu, bahwa
tiap orang yang berbuat dosa hanya kebinasaan dirinya sendiri, sebagaimana amal
baiknya tidaklah untuk lainnya , juga tidak kebinasan orang lain akan menimpa
atasnya [ Catatan Pinggir al Um 7 : 269 ]
Berdasarkan perkataan dua Imam tersebut, hadits menghajikan orang tua, meskipun sanadnya shahi, namun matannya mengandung berita batil. Dalam hal ini ulama hadits menyebutkan :
الحديث الصحيح ما سلم لفظه من ركاكة ومعناه من مخالفة
آية أو خبر متواتر أو إجماع وكان رواية عدل
Kesimpulan : Hadiah Pahala dalam Islam bukanlah ajaran agama, apalagi bila memahami amaliyah atau kaifiyat hadiah pahala yang dilakukan umat Islam, nyata sekali, amal perbuatan mereka bukanlah ajaran Islam. Islam itu adalah agama, bila itu bagian agama sudah pasti generasi pertama hingga tabiin berlomba melakukannya dg cara caranya, kenyataannya, hadiah pahala itu bukanlah datang dari Islam, tetapi produk gagal orang orang yang ingin melakukan aborsi terhadap Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar