Populer

Senin, 30 Mei 2016

KITAB THAHARAH [HPT]


THAHARAH


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (المائدة: 6)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu berjunub maka bersuci (mandi) lah. Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air (buang hajat) atau kamu sentuh wanita (bersetubuh), dan tidak kamu dapati air maka bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih maka usaplah mukamu dan tanganmu dengan debu itu”. Allah tidak menginginkan kesempitan kepadamu, tetapi hendak mensucikan kamu dan menyempurnakan ni’matnya kepadamu, supaya kamu bersyukur”. ( Qs. Maidah ayat 6).

اِذَا تَوَضَأْتَ فَقُلْ: بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحيْم)ِ (1) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ لِلّهِ.(2) وَاغْسِلْ كَفَّيْكَ ثّلاَثًا (3) وَاسْتَنَّ باِلاَرَاكِ اَوْ نَحْوِهِ (4) ثُمَّ تَمَضْمَضْ وَاسْتَنْشِقْ مِنْ كَفٍّ وَاحِدٍ وَاسْتَنْثِرْ تَفْعَلُ ذَالِكَ ثَلاَثًا (5) وَبَالِغْ فِيْهِمَا مَالَمْ تَكُنْ صَائِمًا (6) ثُمَّ اغْسِلْ وَجْهَكَ ثَلاَثًا بِمَسِّ المَاءَقَيْنِ (8) وَاِطَالَةِ غَسْلِهِ (9) مَعَ الدّلْكِ (10) وَتَخَلَّل لِـحْيَتَكَ (11) ثُمَّ اغْسِلْ يَدَيْكَ مَعَ المِرْفَقَيْنِ بِالدَّلْكِ ثَلاَثًا (12) وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ (13) مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهَمَا (14) وَابْدَأْ بِالْيُمْنَى (15) ثُمَّ امْسَحْ بِرَأْسِكَ (16) اَوْ بِنَاصِيَتِكِ وَعَلَى العِمَامَةِ (17) بِاِمْرَارِ اليَدَيْنِ مِنْ مُقَدَّمِهِ اِلَى القَفَا وَرَدِّهِمَا اِلَيْهِ (18) ثُمَّ امْسَحِ الاُذُنَيْنِ ظَاهِرَهُمَا بِالاِبْهَامَيْنِ وَبَاطِنَهُمَا بِالسَّبَّابَتَيْنِ (19) ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَيْكَ مَعَ الكَعْبَيْنِ بِالدَّلْكِ ثَلاَثًا (20) وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهِمَا (21) وَابْدَأْ بِاليُمْنَى (22) وَتَعَهَّدْ غَسْلَهُمَا (23) ثُمَّ قُلْ: أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ الاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ (24).

Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah: “Bismillahirrahmanirrahim”. (1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah (2) dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali (3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau sesamanya. (4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah; kamu kerjakan yang demikian 3 kali (5) sempurnakanlah dalam berkumur dan mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak berpuasa (6); kemudian basuhlah mukamu tiga kali (7) dengan mengusap dua sudut matamu (8) dan lebihkanlah membasuhnya (9) dengan digosok (10)dan selai-selailah jenggotmu (11); kemudian basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali (12) dan selai-selailah jari-jarimu (13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan kanan (15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu (16); dengan menjalankan kedua telapak tangan (17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada permulaan (18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan telunjuk (19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan  digosok tiga kali (20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah dengan yang kanan (22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23) kemudian ucapkan “Asyhadu alla-ila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu-wa rasu-luh (24)”.


الاَدِلَّةُ
(1) لِخَبَرِ النَّسَائِى بِاسْنَادٍ جَيِّدٍ: تَوَضَّؤُا بِاسْمِ اللهِ. قَالَ الحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ فِى تَخْرِيْجِ اَحَادِيْثِ الاَذْكَارِ: هَذَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ. قَالَ النَّوَوِىُّ بَعْدَ اِيْرَادِ الحَدِيْثِ عَنْ اَنَسٍ بِطُولِهِ: وَاِسْنَادُهُ جَيِّدٌ. وَلِحَدِيْثِ: كُلُّ اَمْرٍ ذِىْ بَالٍ لاَيُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَقْطَعُ. رَوَاهُ عَبْدُ القَادِرِ الرُّهَاوِى عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ.


الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(1) Karena hadits dan Nasa’i dengan sanad yang baik : “Wudlu-lah kamu dengan membaca “Bismillah!”. Ibnu Hadjar menyatakan dalam kitab “Takhrij Ahadits al-Adzkar”, bahwa hadits ini hasan shahih, Imam Nawawi setelah membawakan hadits dari Anas seluruhnya, menyatakan bahwa hadits itu sanadnya baik. Dan menurut hadits: “segala perkara yang berguna, yang tidak di mulai dengan Bismillahirrahmanirrahim itu tidak sempurna.” (Diriwayatkan oleh Abdul-Kadir Arruhawi dari Abu Hurairah ).

(2) لِحَدِيْثِ: اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ. (3) لِحَدِيْثِ حُمْرَانَ: اِنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنَى اِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ ثُمَّ مَسَحَ بَرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى اِلَى الكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ  ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ. ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.(4) لِحَدِيْثِ: لَولاَ اَنْ اَشُقَّ عَلَى اُمَّتِى لَاَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ. اَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَاَحْمَدُ وَالنَّسَائِى وَصَحَّه.ُ وَ لِحَدِيْثٍ رَوَاهُ البُخَارِىُّ فِى تَارِيْخِهِ وَالطَّبَرَانِىُّ عَنْ اَبِى خَيْرَةَ الصُّبَاحِىِّ رَضِىَاللهُ عَنْهُ: كُنْتُ فِى وَفْدِ عَبْدِ القَيْسِ الَّذِيْنَ وَفَدُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَمَرَ لَنَا بِاَرَاكٍ فَقَالَ: امْتَاكُوا بِهَذَا.(5)  لِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ آنِفًا, وَلِحَدِيْثِ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ: ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا. اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِى. وَلِحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ, ثُمَّ اَدْخَلَ يَدَهُ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدٍ يَفْعَلُ ذَالِكَ ثَلاَثًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ: اَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَضْمَضةِ وَالاِسْتِنْشَاقِ. رَوَاهُ الدَّارُ قُطْنِىِّ.

(2) Karena hadits: “sesuangguhnya pekerjaan itu disertai dengan niyatnya. (3) Karena hadits dari Humran: “Sungguh ‘Utsman telah minta air wudlu, maka dicucinya kedua telapak tanganya tiga kali, lalu berkumur dan mengisap air dan menyemburkan, kemudian membasuhnya tiga kali, lalu membasuh tangannya yang kanan sampai sikunya tiga kali dan yang kiri seperti demikian itu pula, kemudian mengusap kepalanya lalau membasuh kakinya yang kanan sampai kepada dua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti itu pula. Lalu berkata : ”Aku melihat Rasulullah s.a.w. wudlu seperti wudlu ini. ”(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). (4) Karena hadits: ” Kalau aku tidak khawatir akan menyusahkan ummatku, niscaya aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) pada tiap wudlu”. (Diriwayatkan oleh Malik, ahmad dan Nasa’i serta dishahihkannya). Dan karena hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dalam tarikhnya dan Thabrani dari Abu Khairah Shubahi r.a.” Dahulu saya termasuk utusan Abdul Qais yang menghadap Rasulullah, maka Rasulullah menyuruh mengambilkan kayu Arok, lalu bersabda:” bersiwaklah dengan ini”. (5) Karena hadits Humran tersebut nomor 3. Dan menurut hadits dari ‘Ali r.a dalam sifatnya wudlu:” kemudian berkumur dan menyemburkannya tiga kali”. (diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i).

Dan karena hadits dari Abdullah bin Zaid dalam sifatnya wudlu: “Kemudian memasukkan tangannya, maka berkumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah: beliau mengerjakan demikian tiga kali”.(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Dan menurut hadits Abu Hurairah: “Rasulullah memerintahkan berkumur dan mengisap air”. (Diriwayatkan oleh Daraquthni).

(6) لِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ: اَسْبِغِ الوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الاَصَابِعِ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ اِلاَّ اَنْ تَكُونَ صَائِمًا. اَخْرَجَهُ الاَرْبَعَةُ وَصَحَّهُ اَبُو هُزَيْمَةَ. وَفِى رِوَايَةِ الدَّوْلاَبِى صَحَّحَ ابْنُ القَطَّانِ اِسْنَادَهَا: اِذَا تَوَضَّأْتَ فَاَبْلِغْ فِى الْمَضْمَضَةِ وَ الاِسْتِنْشَاقِ مَالَمْ تَكُنْ صَائِمًا   (7) لِلأَيَةِ المّذْكُورَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3-(ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ).

 (6) Karena hadits Laqith bin Shaburah: “Sempurnakanlah wudlu, selai‑selailah di antara  jari‑jari dan sempurnakanlah dalam mengisap air, kecuali kamu sedang berpuasa.”, (Diriwayatkan oleh Imam Empat: Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah) dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). Dan dalam riwayat Daulabi, yang dishahihkan oleh Ibnu Qaththan dalam isnad‑nya: “A­pabila kamu wudlu, maka sem­purnakanlah dalam berkumur dan mengisap air, kecuali kalau kamu berpuasa.(7) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan: basuhlah (cucilah) mukamu: dan hadits Humran tersebut no.3. Kemudian membasuh mukanya tiga kali.

(8) وَلِحَدِيْثِ اَبُو دَاوُدَ بِاِسْنَادٍ جَيِّدٍ عَنْ اَبِى اُمَامَةَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ المَاقَيْنِ فِى الوُضُوءِ (9) لِمَا ثَبَتَ مِنْ حَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ عِنْدَ مُسْلِمٍ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَنْتُمُ الغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَومَ القِيَامَةِ مِنْ اِسْبَاغِ الوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَاليُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ. (10) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ اَنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا, يَدْلُكُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ.              (11) لِحَدِيْثِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ اَنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَلَّلُ لْحِيَتَهُ فِى الوُضُوءِ. اَخْرَجَهُ التِّرْمِذِى وَصَحَّحَهُ خُزَيْمَةَ وَالدَّارُ قُطْنِى وَالحَاكِمُ.

(8) Menurut hadits Abu Dawud dengan isnad yang baik, dari Abi Umamah: “Rasulullah s.a.w. mengusap dua sudut mata dalam wudlu”.(9) Menurut hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim, bahwa Ra­sulullah s.a.w. bersabda: “Kamu sekalian bersinar: muka, kaki dan tanganmu di hari kernudian. Sebab menyempurnakan wudlu, maka siapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinarnya”. (10) Karena hadits Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim, bahwa Rasulullah s.a.w. wudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni “menggosok”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). (11) Karena, hadits ‘Utsman bin ‘Affan, bahwa Rasulullah s.a.w. mensela‑selai janggutnya dalam wudlu. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Daraquthni dan Hakim).

(12) لِلآيَةِ السَّابِقَةِ (وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى المَرَافِقِ), وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3- (ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنَى اِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ). وَلِحَدِيْثِ عَبْدِالله بْنِ زَيْدِبْنِ عَاصِمٍ آنِفًا. وَحَدِيْثِهِ اَيْضًا قَالَ: اِنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُتِىَ بِثُلُثَىْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَيْهِ اَخْرَجَهُ اَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ.

 (12) Karena ayat dalam pendahuluan: Dan tanganmu sampai ke siku. Dan hadits Humran himpunan putusan majlis tarjih no. 3 Lalu membasuh tangannya yang kanan sampai sikunya tiga kali, dan yang kiri seperti itu pula. Dan karena hadits dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim tersebut no. 10 dan haditsnya ju­ga bahwa Nabi s.a.w. diberi air dua pertiga mud (±1,5 liter) lalu menggosok dua lengannya. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

(13) لِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-6-(وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ) (14) وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-9- (فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ) (15) لِمَا وُرِىَ عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (16) لِلآيَةِ (وَامْسَحُوا بِرُؤُسِكُمْ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3-(ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ). (17) وَلِحَدِيْثِ المُغِيْرَةِ عِنْدَ مُسْلِمٍ وَاَبِى دَاوُدَ وَ التِّرْمِذِىِّ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِِ.

(13) Karena hadits Laqith tersebut no. 6: Sela‑selailah di antara jari-jari. (14) Menurut hadits Abu Hurairah tersebut nomor 9: supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kaki. (15) Menurut yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah, telah berkata: bahwa Rasulullah s.a.w. suka men­dahulukan kanannya, dalam memakai sandalnya, bersisirnya, bersucinya dan dalam segala. hal‑nya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). (16) Karena ayat: dan usaplah kepalamu, dan hadits Humran tersebut nomor 3: kemudian mengusap kepalanya. (17) Menurut hadits Mughirah pada riwayat Muslim Abu Dawud dan Tirmidzi, bahwa Nabi s.a.w.berwudlu lalu mengusap ubun-ubun dan atas surbannya.

(18) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ قَالَ: وَبَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا اِلَى المَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(18) Karena hadits Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim dalam sifat wudlu, ia berkata: “Dan memulai dengan permulaan kepalanya se­hingga menjalankan kedua tangannya sampai pada tengkuknya, kemudian mengembalikanya pada tempat memulainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhad dan Muslim).

(19) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ قَالَ:ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَ اَدْخَلَ اِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَتَيْنِ فِى اُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِاِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ اُذُنَيهِ. اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِى وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ.

(20) لِلآيَةِ (وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الكَعْبَيْنِ ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3- ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى اِلَى الكَعْبَيْنِ ثُمَّ اليُسْرَى  مِثْلَ ذَالِكَ). وَحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ المُتَقَدِّمِ فِى-10-(يَدْلُكُ) (21) َلِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-6-(وَخَلَّلَ بَيْنَ الاَصَابِعِ). وَحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ فِى-9-(فَليُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ).

(19) Menurut hadits Abdullah bin Umar tentang sifatnya wudlu ia berkata: “Lalu, mengusap kepalanya dan memasukkan kedua telunjuknya pada kedua telinganya dan mengusapkan kedua ibu jari pada kedua telinga yang luar, serta kedua telunjuk mengusapkan pada kedua telinga yang luar serta kedua telunjuk mengusapkan pada kedua telinga yang sebelah dalam”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasai, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

(20) Karena melihat ayat: dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan hadits Humran tersebut no. 3: lalu mencuci kakinya yang kanan sampai kedua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti  demikian itu pula. Dan hadist Abdullah tersebut no. 10: menggosok.  (21) Menurut hadits laqith bin Saburah tersebut no.6 : sela‑selailah di antara jari‑jari. Dan hadits Abu Hurairah nomor 9: (supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kakinya).

 (22) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-15- (كَانَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ). (23) لِحَدِيْثِ عُمَرَبْنِ الخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ اّنَّ رَجُلاً جَاءَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَوَضَّأَ وَتَرَكَ عَلَى قَدَمَيْهِ مِثْلَ مَوْضِعِ الظُّفْرِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ فَاَحْسِنِ الوُضُوءَ. قَالَ: فَرَجَعَ فَتَوَضَّاَ فَصَلَّى اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ. وَلِحَدِيْثِ: وَيْلٌ لَلاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ عَنِ ابْنِ عَمْرٍ وَابْنِ العَاصِ.

(22) Karena. hadits ‘Aisyah r.a: tersebut nomor 15: Rasulullah s.a.w. suka mendahulukan kanannya. (23) Menurut Hadits ‘Umar bin Khathab r.a.: “Sungguh telah datang seorang kepada Nabi s.a.w. ia telah berwudlu tetapi telah meninggalkan sebagian kecil telapak kakinya selebar kuku: maka bersabda Rasulullah s.a.w.: kembali dan perbaikilah wudlumu.” Berkata ‘Umar. “Orang itu lalu kembali berwudlu lalu shalat, ” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud) Dan karena hadits: “Neraka Wail itu bagi orang yang tidak sempurna men­cuci tumitnya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Amer bin ‘Ash).

(24) لِمَا رَوَى عُمَرُبْنُ الخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اَنَّهُ قَالَ آنِفًا: مَا مِنْكُمْ مِنْ اَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الوُضُوءَ ثُمَّ يَقُوْلُ: لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ, اِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ اَيِّهَا شَاءَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَ اَحْمَدُ وَ اَبُو دَاوُدَ.

(24) Menurut hadits dari ‘Umar bin Khathab r.a. bahwa dia telah berkata: Nabi s.a.w. tadi bersabda: “Tidak ada seorang dari kamu yang berwudlu dengan sempurna lalu mengucapkan: Asyhadu alla‑ ila‑ha illa‑Ilahu-wa-asyhadu anna- Muhammadan ‘abduhu‑wa rasu‑luh” melainkan akan dibukakanlah baginya pintu Syurga yang delapan, yang dapat dimasuki dari mana yang ia hendaki”. (Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Abu Dawud).


مَسْحُ الخُفَّيْنِ

وَامْسَحْ اَعْلا الخُفَّيْهِ اَوْ نَحْوِهِمَا بَدَلَ غَسْلِ الرِّجْلَيْنِ فِى الوُضُوءِ (25) ثَلاَثًا فِى السَّفَرِ وَيَومًا وَلَيْلَةً فِى الاِقَامَةِ, مَالَمْ تَخْلَعْهُمُا وَكَانَ لُبْسُهُمَا عَلَى طُهْرٍ (26)

25) لمِاَ رَوَى المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ رَضِىَ الُله عَنْهُ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ عَلَى الخُفَّيْنِ فَقُلْتُ: يَارَسُولُ اللهِ نَسِيتَ؟ فَقَالَ: بَلْ اَنْتَ نَسِيتَ بِهَذَا اَمَرَنِى رَبِّى. رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ.  وَلِحَدِيْثِ عَلِىٍّ عِنْد اَبِى دَاوُدَ وَ الدَّارُ قُطْنِى قَالَ: لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ اَسْفَلُ الخَفِّ اَولَّى بِالمَسْحِ مِنْ اَعْلاَهُ لَقَدْ رَاَيْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيهِ. وَلِحَدِيْثِ بِلاَلٍ قَالَ: رَاَيْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى المُوقَيْنِ وَالخِمَارِ. رَوَاهُ اَحْمَدُ. وَلِاَبِى دَاوُدَ: كَانَ يَخْرُجُ يَقْضِى حَاجَتَهُ فَاَتَيتُهُ بِالمَاءِ فَيَتَوَضَّأْ وَ يَمْسَحُ عَلَى عِمَامَتِهِ وَمُوقَيْهِ. وَلِسَعِيدِ بْنِ مَنْصُورٍ فِى سُنَنِهِ عَنْ بَلاَلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اِمْسَحُوْا عَلَى النَّصِيفِ وَالمُوقِ. وَعَنِ المُغِيْرَةِ بْنُ شُعْبَةَ: اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الجَورَبَيْنِ وَالنَّعْلَيْنِ. رَوَاهُ الْخَمْسَةِ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِى.




MENGUSAP KEDUA KHUF (SEPATU)

Dan usaplah kedua khuf atau semisalnya sebagai pengganti membasuh (mencuci) kedua kaki dalam wudlu (25), untuk tiga hari dalam perjalanan dan satu hari dalam waktu tidak bepergian, selama tidak membuka keduanya, sedang waktu memakainya di waktu suci (belum batal wudlu-nya)(26).

الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(25) Menurut yang diriwayatkan oleh Mughirah bin Syu’bah r.a. bahwa sesungguhnya Nabi s.a.w. mengusap atas kedua Khuf, ma­ka saya berkata: “Hai Rasulullah apakah tuan 1upa?” Beliau menjawab: “Bahkan kamu yang lupa: dengan ini aku telah diperintahkan oleh Tuhanku”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Dan karena hadits ‘Ali pada riwayat Abu Dawud dan Daruquthni, ia berkata: “Jika agama itu mengikuti pendapat orang, niscaya yang sebelah bawah khuf itu lebih hak diusap dari pada atasnya. Sung­guh aku telah melihat Rasulullah s. a. w. mengusap khuf yang bagian atas.” Dan karena hadits Bilal: “Aku melihat Rasulullah s.a.w. mengusap kedua, khufnya, dan tutup kepalanya”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). Dan karena hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: “Adalah Nabi s.a.w. keluar melepaskan hajatnya, maka aku datang dengan membawa air, beliau Ialu ber­wudlu dan mengusap sorban dan kedua khufnya.” Dan karena hadits dari Sa’id bin Mansur dalam Sunanya dari Bilal: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Usaplah pada ikat kepa­lamu dan atas khufmu”. Dan dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Rasulullah s.a.w. berwudlu dan mengusap atas kedua kaos kaki dan kedua sandalnya. (Diriwayatkan oleh Imam Lima: Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan dishahihkan oleh Tirmidzi).

(26) لِحَدِيثِ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ قَالَ: اَمَرَنَا (يَعْنِى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) اَنْ نَمْسَحَ عَلَى الخُفَّيْنِ اِذَا نَحْنُ اَدْخَلْنَا هُمَا عَلَى طُهْرٍ, ثَلاَثًا اِذَا سَافَرْنَا, وَيَومًا وَلَيلَةً اِذَا اَقَمْنَا, وَلاَنَخْلَعُهُمَا مِنْ غَائِطٍ وَلاَ بَولٍ وَلاَ نَومٍ وَلاَ نَخْلَعُهُمَا اِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ خُزَيمَةَ. وَقَالَ الخَطَّابِىُّ: هُوَ صَحِيحُ الاِسْنَادِ.

(26) Menurut hadits Shafwan bin ‘Assal berkata: “Nabi s.a.w. memerintah kami supaya mengusap atas kedua khuf, kalau kami me­makai keduanya diwaktu suci, tiga hari jika kami bepergian dan satu hari satu malam jika tidak bepergian. Dan kami tidak perlu membuka keduanya karena buang air besar atau kecil dan karena tidur. Dan supaya kami tidak membuka keduanya kecuali kare­na janabah.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Khuzaimah. Berkata Khaththabi: “Ini hadits shahih isnadnya)”.




الحَدَثُ
وَبَعْدَ اَنْ تَوَضَّأَ بِالكَيْفِيَّةِ المُتَقَدِّمَةِ فَأَنْتَ طَاهِرٌ. مَالَمْ يَخْرُجْ مِنْكَ شَيئٌ مِنْ اَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ (27) وَلَمْ تُلاَمِسِ المَرْأَةَ (28) وَلَمْ تَمَسَّ فَرْجَكَ (29) وَلَمْ تَنَمْ مُضْطَجِعًا نَومًا ثَقِيْلاً  (30)

HADATS

Setelah kamu berwudlu dengan cara-cara yang tersebut diatas, maka kamu dalam keadaan suci, selagi belum ada sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan (27) dan selama kamu tidak menyentuh wanita (setubuh) (28) dan tidak menyentuh kemaluan (29) dan tidak tidur yang nyeyak dengan miring (30).
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(27) للآيَةِ السَّابِقَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (اَو جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الغَائِطِ). وَلِحَدِيْثِ صَفْوَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-26- وَلِمَا ثَبَتَ فِى الصَّحِيْحَيْنِ وَغَيرِهِمَا عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَيَقْبَلُ الله صَلاَةَ اَحَدِكُمْ اِذَا اَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأََ وَقَدْ فَسَّرَهُ اَبُو هُرَيْرَةَ, لَمَّا قَالَ لَهُ رَجُلٌ: مَالْحَدَثُ؟ قَالَ: فُسَاءٌ اَو ضُرَاطٌ. وَلِحَدِيثٍ: إِذَا كَانَ اَحَدُكُمْ فِى المَسْجِدِ فَوَجَدَ رِيحًا بَينَ الْيَتَيْهِ فَلاَ يَخْرُجْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوةً اَوْ يَجِدَ رِيحًا. اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِىُّ. وَلِحَدِيثِ عَلِىٍّ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ: كُنتُ رَجُلاً مَذَّاءً وَكُنْتُ اَسْتَحْيِى اَنْ اَسْأَلَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ فَاَمَرْتُ الْمِقْدَادَبْنِ الاَسْوَدَ  رَضِىَ الله عَنْهُ فَسَاَلَهُ فَقَالَ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ.

(27) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan : atau salah satu dari kamu datang dari kamar kecil. Dan hadist Safwan tersebut No 26 dan pula karena apa yang telah ditetapkan dalam Bukhari, muslim dan lainnya dari Abu Khurairah, telah berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: “Alllah tidak menerima shalat salah seorang dari kamu sekalian, jika ia berhadats kecuali ia berwudlu”. Dan Abu Khurairah telah menerangkan kepada orang yang telah bertanya kepadanya:” Apakah Hadats itu?” Jawabnya: “ Ialah kentut yang berbunyi atau yang tidak berbunyi”. Dan menurut hadits:” apabila salah seorang dari kamu ada dalam masjid maka ia merasa ada angin diantara pantatnya, maka jangan keluar sehingga mendengar suara atau mendapat bau (Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi). Dan menurut hadits Ali pada Bukhari dan Muslim : “Aku adalah orang yang sering mengeluarkan Madzi, maka aku malu menanyakan pada Rasulullah s.a.w. karena putrinya menjadi istriku, maka aku menyuruh Miqdad bin Aswad supaya menanyakannya”. Maka bersabda Nabi s.a.w. “ Hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudlu”.

(28) لِلآيَةِ (اَوْ لمَسْتُمُ النِّسَاءَ) بِتَفْسِيْرِ بْنِ عَبَّاسٍ, مِنْ اَنَ اللَّمْسَ مَعْنَاهُ الْجِمَاعُ, كَمَا هُوَ الصَّحِيحُ المُخْتَارُ. وَلِحَدِيثِ النَّسَائِىِّ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اِنْ كَانَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُصَلِّى وَ اِنِّى لَمُعْتَرِضَةٌ بَينَ يَدَيهِ اِعْتِرَاضَ الجَنَازَةِ, حَتَّى اِذَا اَرَادَ اَنْ يُوتِرَ مَسَّنِى بِرِجْلِهِ (وَاِسْنَادُهُ صَحِيحٌ). وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَالتَمَسْتُهُ فَوَضَعْتُ يَدَىَّ عَلَى بَاطِنِ قَدَمَيهِ (الحَدِيثُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالتِّرْمِذِىُّ وَصَحَّحَهُ.

(28) Menurut arti ayat dalam pendahuluan: atau kamu sentuh wanita, dengan tafsirnya Ibnu Abbas, bahwa menyentuh itu artinya bersetubuh, menurut pendapat yang terpilih oleh ahli bahasa. Dan karena hadits Nasa’i dari Aisyah r.a., berkata: “Sungguh Rasulullah s.a.w. bershalat dan aku berbaring di mukanya melintang seperti mayat, sehingga ketika beliau akan witir, beliau menyentuh aku dengan kakinya”. (Isnadnya shahih). Dan karena hadits ‘Aisyah r.a. yang berkata: “Aku kehilangan Rasulullah s.a.w. pada suatu malam dari tempat tidur, maka aku mencari dan memegang/meletakkan kedua tanganku pada telapak kakinya”…. seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dan dishahihkan oleh-nya).

(29) لِحَدِيْثِ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا: اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. اَخْرَجَهُ الاَرْبَعَةُ. وَلِحَدِيْثِ طَلْقٍ بْنِ عَلِىٍّ: مَنْ مَسَّ فَرْجَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ. اَخْرَجَهُ الطَّبْرَنِى وَصَحَّحَهُ. وَلِحَدِيْثِ عَمْرِ وَابْنِ شُعَيبٍ عَنْ اَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَيُّمَا رَجُلٍ مَسَّ فَرْجَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ. اَيُّمَا امْرَأَةٍ مَسَّتْ فَرْجَهَا فَلْيَتَوَضَّأْ. رَوَاهُ اَحْمَدُ. وَلِحَدِيْثِ أَبِى هُرَيرَةَ: اِذَا اَفْضَى اَحَدُكُمْ بِيَدِهِ اِلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ وَلاَ سَتْرٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيهِ الوُضُوءُ. اَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِى صَحِيحِهِ وَصَحَّحَهُ الحَاكِمُ وَابْنُ عَبْدُ البَرِّ. (30) لِحَدِيْثِ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:قَالَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العَينَانِ وِكَاءُ السَّهِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ. وَحَدِيْثِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ رَاَى رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ وَهُوَ سَاجِدٌ حَتَّى غَطَّ وَنَفَخَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّى فَقُلْتُ يَا رَسُولَ الله اِنَّكَّ نِمْتَ قَالَ: اِنَّ الوُضُوءَ لاَ يَجِبُ اِلاَّ عَلَى مَنْ نَامَ مُضْطَجِعًا فَاِنَّهُ اِذَااضْطَجَعَ اسْتَرْخَتْ مَفَاصِلُهُ. اَخْرَجَهُ اَصْحَابُ السُّنَنِ.

(29) Karena hadits Busrah binti, Shafwan r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa menyentuh kemaluannya, maka jangan shalat sebelum berwudlu. (Diriwayatkan oleh Ampat Imam). Dan karena hadits Thalq bin ‘Ali: “Barang siapa menyentuh kemaluanya, maka berwudlulah”. (Diriwayatkan oleh Thabrani dan dishahihkannya). Dan karena ha­dits ‘Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Ra­sulullah s.a.w. bersabda: “Siapa saja orang laki‑laki yang menyentuh kemaluannya maka berwudlulah dan siapa saja orang perempuan yang menyentuh kemaluannya, maka berwudlulah”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). Dan karena hadits Abu Hurairah; “Apabila seorang dari kamu sekalian memegang kemaluannya dengan tidak pakai tutup (alas), maka wajiblah berwudlu”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan dishahihkan o1eh Hakim dan Ibnu ‘Abdil‑Bar).

(30) Karena hadits ‘Ali r.a. bersabda Rasulullah s.a.w.: “Kedua mata itu bagaikan tali dubur. Maka siapa telah tidur, berwudlulah”.[1]) (Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Dan karena hadits Ibnu ‘Abbas r. a. bahwa ia melihat  Rasulullah s.a.w. tidur sedang beliau bersujud sehingga mendekur, kemudian berdiri shalat., Maka aku berkata:”Hai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah tertidur”. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya wudlu itu tidak wajib (tidak batal) melainkan bagi orang yang tidur berbaring: karena jika berbaring lemaslah sendi‑sendinya”. (Diriwayatkan oleh Imam‑lmam yang mempunyai kitab sunnah)[2])




الغُسْلُ
اِذَا اَجْنَبْتَ بِخُرُوجِ المَنِىِّ (31) اَوِالْتِقَاءِ الخِتَانَيْنِ (32) اَو اَرَدْتَ حُضُوْرَالجُمُعَةِ (33) اَوْ نَقَيْتِ مِنَ الحَيْضِ (34) اَوِ النِّفَاسِ (35) فَلْتَغْتَسِلْ وَابْدَأْ بِالغُسْلِ يَدَيْكَ (36) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ لله (37) ثُمَّ اغْسِلْ فَرْجَكَ بِشِمَالِكَ وَادْلُكْهَا فِى الاَرْضِ اَوْ مَا يَقُومُ مَقَامَهَا (38) ثُمَّ تَوَضَّأْ كَمَا تَقَدَّمَ ثُمَّ خُذِ المَاءَ وَاَدْخِلْ اَصَابِعَكَ فِى اُصُولِ الشَّعَرِ بِشَيْئٍ مِنَ الطِّيْبِ (39) بَعْدَ نَقْضَمِِه ِ(40) وَابْدَأْ بِالشِّقِّ الاَيْمَانِ (41) ثُمَّ اَفْرِغِ المَاءَ عَلَى رَأْسِكَ ثَلاَثًا, ثُمَّ اَفِضِ المَاءَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِكَ (42) مَعَ الدَّلْكِ (43) بِتَقْدِيْمِ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى (44) وَلاَ تُسْرِفْ فِى اسْتِعْمَالِ المَاءَ (45).



MANDI

Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya kedua persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah (33) atau kamu baru selesai dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi dan mulailah dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas niatmu karena Allah (37) lalu basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu dengan tanah atau apa yang menjadi gantinya (38) lalu berwudlulah seperti yang diatas; kemudian ambillah air dan masukkanlah jari-jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit wangi-wangian (39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang kanan (41), lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu semuanya (42), serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan berlebih-lebihan dalam menggunakan air (45).

الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(31) لِلآيَةِ (وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا) وَلِحَدِيْثِ اِنَّمَا لمَاءُ مِنَ المَاءِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ اَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِى. وَلِمَا رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَةْ وَالتِّرمِذِىُّ عَنْ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَسَاَلَتْ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: فِى المّذِىِّ الوُضُوءُ وَفِى المَنِىِّ الغُسْلُ. وَلِحَدِيْثِ اُمُّ سَلَمَةَ عِنْدَ البُخَارِىِّ وَمُسْلِمٍ قَالَتْ: يَا رَسُولَ الله اِنَّ الله لاَيَسْتَحْيِى مِنَ الحَقِّ فَهَلْ عَلَى المَرْاَةِ الغُسْلُ اِذَا احْتَلَمَتْ؟ قَالَ: نَعَمْ اِذَا رَاَتِ المَاءَ.

(31) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan: dan jika kamu junub, maka bersuci mandi)‑lah kamu. Dan hadits: “Sesungguhnya air itu dari air.” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Sa’id Khudri). Dan hadits dari Ali r.a. berkata: “Adalah aku se­orang yang sering mengeluarkan madzi, maka aku bertanya kepa­da Nabi s.a.w. maka jawabnya:”Keluar madzi harus wudlu, dan keluar mani harus mandi”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, lbnu Majah dan Tirmidzi). Dan hadits Ummi Salamah tersebut dalam Bukhari dan Muslim, berkata: “Hai Rasulullah s.a.w., sesungguhnya Allah tidak malu (sungkan) dari suatu kebenaran, apakah wajib mandi bagi wanita kalau bermimpi?”. Beliau menjawab: “Ya, kalau melihat, cairan”.

(32) لِحَدِيْثِ: اِذَا جَلَسَ بَينَ شُعَبِهَاالاَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ عَلَيهِ الغَسْلُ. اَخْرَجَهُ البُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ وَغَيْرُهُمَا مِنْ حَدِيثِ اَبِى هُرَيْرَةَ

(32) Menurut hadits: “Apabila seorang bersetubuh, maka wajiblah mandi”. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan lain‑lainnya dari Abu Hurairah).

(33) لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ عِنْدَ مُسْلِمٍ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِذَا اَرَادَ اَحَدُكُمْ اَنْ يَأْتِيَ الجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ.

 (33) Karena hadits Ibnu ‘Umar pada riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w.bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu sekalian akan menghadiri shalat Jum’ah, maka hendaklah mandi”.

(34-35) لِمَا دَلَّ عَلَى وُجُوبِهِمَا نَصُّ القُرْأَنِ (وَلاَ تَقْرَبُو هُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ, فَاِذَا تَطَهَّرْنَ……). وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِىَالله عَنْهَا قَالَتْ: اِنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ اَبِى حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَاَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ذَالِكَ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالحَيْضَةِ فَاِذَا اَقْبَلَتِ الحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ. وَاِذَا اَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِى فَصَلِّى. رَوَاهُ البُخَارِىُّ.

(34-35) Yang menunjukkan wajib mandi dalam keduanya, ialah nas dari Quran, surat Baqarah ayat 222: Dan janganlah kamu mendekati Isteri (yang sedang haid) sehigga bersuci, dan apabila sudah bersuci (mandi)….. Dan hadist dari ‘Aisyah r.a. bahwa Fathimah binti Abi Hubaisy istihadlah, lalu menanyakan kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda: “Itulah darah penyakit, bukan haidl maka kalau kamu berhaidl maka tinggalkanlah shalat dan kalau sudah selesai maka mandilah, lalu shalatlah.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).

(36) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَااغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيهِ ثُمَّ يَفْرِغُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْتَسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوئَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ المَاءَ وَيُدْخِلَ اَصَابِعَهُ فِى اُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى اِذَا رَاَى اَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيهِ. اَخْرَجَه البُخَارِىُّ وَ مُسْلِمٌ.

(36) Karena hadits ‘Aisyah r.a.bahwa Nabi saw. itu apabila mandi karena junub, ia mulai membasuh kedua tangannya, kemudian menuangkan dengan kanannya pada kirinya, lalu mencuci kemaluannya, lalu berwudlu sebagaimana beliau wudlu untuk shalat; kemudian mengambil air dan memasukkan jari‑jarinya di pangkal rambutnya sehingga apabila ia merasa bahwa sudah merata, ia siramkan air untuk kepalanya tiga tuangan, lalu meratakan seluruh badannya; kemudian membasuh kedua kakinya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(37) وَلِحَدِيْثِ: اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ المُتَقَدِّمِ. (38) لِحَدِيْثِ مَيْمُونَةَ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ ثُمَّ اَفْرَغَ عَلَى فَرْجِهِ وَغَسَلَهُ بِشِمَالِهِ ثُمَّ ضَرَبَ بِهَا الاَرْضَ. وَفِى رِوَايَةٍ فَمَسَحَهَا بِالتُّرَابِ.

(37) Karena hadits: “Sesungguhnya semua pekerjaan itu dengan niyat, tercantum pada No 2 diatas. (38) Karena menurut hadits Maimunah pada Bukhari dan Muslim: “Kemudian menuangkan air pada kemaluannya dan memba­suhnya dengan tangan kirinya, lalu digosokkan tangannya pada tanah”. Dan dalam riwayat lain: “maka ia mengusap tangannya dengan tanah

(39) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَااغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ دَعَا بِشَيْئٍ نَحْوَ الحِلاَبِ فَأَخَذَ بِكَفِّهِ بَدَاَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الاَيْمَنِ ثُمَّ الاَيْسَرِ. ثُمَّ اَخَذَ بِكَفَّيْهِ فَقَالَ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ. اَخْرَجَه الشَّيْخَانِ. وَعَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَسْمَاءَ سَاَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ المَحِيْضِ فَقَالَ: تَأْخُذُ اِحْدَا كُنَّ مَائَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ  عَلَيهَا المَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فُرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتُطَهِّرُبِهَا. الحَدِيْث. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

(39) Lihat hadits ‘Aisyah r.a.:  jika Nabi s.a.w. mandi karena janabah, beliau minta suatu wa­dah, (seperti ember) lalu mengambil air dengan telapak ta­ngannya dan memulai dari sisi kepalanya yang sebelah kanan lalu yang sebelah kiri, lalu mengambil air dengan kedua telapak tangannya, maka ia, membasuh kepalanya dengan keduanya.(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dan dari hadist ‘Aisyah r.a  “Sesungguhnya Asma menanyakan kepada Nabi s.a.w. tentang mandinya orang haidl, maka bersabda s.a.w.: “Ambillah seorang dari kamu sekalian air dan daun bidara, lalu mandilah dengan sebaik-baiknya, lalu curahkan air lagi dari  atas kepalanya dan gosok dengan sebaik‑baiknya, sehingga sampai ke dasar kepalanya, lalu curahkan air lagi dari atasnya, kemudian ambil sepotong kapas (kain yang diberi minyak kesturi), lalu usap­lah dengan kain itu…….seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Muslim).

(40) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا وَكَانَتْ حَائِضًا: اُنْقُضِى شَعَرَكِ وَاغْتَسِلِى. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ بِاِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

(40) Karena hadits ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda kepadanya padahal dia sedang haidl: “Lepaskanlah rambutmu dan mandilah.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan isnad atau rangkaian yang shahih).

(41) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ فِى التَّيَامُنِ المُتَقَدَّمِ فِى-15-.
(42) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-36-(حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ).

(41) Lihatlah hadits ‘ Aisyah r.a. tersebut nomor 15, yang menerangkan tentang mendahulukan yang kanan.

(42) Menurut hadits ‘Aisyah r.a tersebut  nomor 36: menyiram. untuk kepalanya tiga tuangan, lalu menyiramkan air pada semua badannya.

(43) لِاِفَادَةِ عِبَارَةِ الْآ يَةِ بِالتَّطَهُّرِ الَّتِى تَزِيْدُ عَلَى مُسَمَّى الغُسْلِ.
(44) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-36- (ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ) وَحَدِيْثِهَا فِى التَّيَامُنِ.
(45)لِمَارَوَى اَنَسٍ: كَانَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ اِلَى خَمْسَةِ اَمْدَادٍ, وَيَتَوَضَّاُ بِالمُدِّ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(43) Karena arti kata “tathahhur” dalam surat Maidah ayat 6, menegaskan arti lebih dari pada mandi biasa, ialah dengan “gosokan”.

(44) Lihatlah hadits ‘Aisyah r.a tersebut nomor 36: (kemudian membasuh kedua kakinya), dan haditsnya tentang mendahulukan bagian kanan.

(45) Dan haditsnya tentang mendahulukan yang kanan. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Anas:” Adalah Nabi s.a.w. mandi dengan satu sha’ sampai lima mud dan wudlu dengan satu mud[3] ( Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

(46) لِحَدِيْثِ عَمْرُو بْنِ العَاصِ اَنَّهُ لَمَّا بُعِثَ فِى غَزْوَةِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ قَالَ: اِحْتَلَمْتُ فِى لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ شَدِيْدَةِ البَرْدِ فَاَشْفَقْتُ اِنِ اغْتَسَلْتُ اَنْ اَهْلَكَ فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَلَّيْتُ بِاَصْحَابِى صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرُوا ذَالِكَ لَهُ. فَقَالَ: يَاعَمْرُو! صَلَّيْتَ بِاَصْحَابِكَ وَاَنْتَ جُنُبٌ؟ فَقُلْتُ: ذَكَرْتُ قَولَ الله تَعَالَى وَلاَ تَقْتُلُوا اَنْفُسَكُمْ اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَّلَّيتُ فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُلْ شَيئًا. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبَو دَاوُدَ وَالدَّارُ قَطْنِى.




التَّيَمُّمُ

وَاِذَا تَعَذَّرْتَ مِنِ اسْتِعْمَالِ المَاءِ لِمَرَضٍ أَوْخَوْفِ ضَرَرٍ (46) اَوْ كُنْتَ فِى سَفَرٍ فَلَمْ تَجِدِ المَاءَ فَتَيَمَّمْ صَعِيْدًا طَيِّبًا بَدَلَ الوُضُوءِ وَالغُسْلِ (47). فَاضْرِبْ بِيَدَيْكَ الاَرْضَ وَانْفُخْهُمَا (48) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ للهِ (49) وَقُلْ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (50) ثَمَّ امْسَحْ بِهِمَا وَجْهَكَ وَكَفَّيْكَ (51) وَمَتَى اَمْكَنَكَ اسْتِعْمَالُ المَاءِ فَلْتَتَطَهَّرْبِهِ (52)



TAYAMMUM

Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat madlarat (46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas niatmu karena Allah (49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian usaplah kedua  tanganmu pada mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan apabila kamu dapat menggunakan air maka bersucilah dengan air itu (52).

(36) Menurut hadits ‘Amr bin Ash bahwa sesungguhnya ia diutus ke medan perang Dza-tussalasil, ia berkata: “Aku mimpi (mengeluarkan air mani) pada suatu malam yang amat dingin, maka aku takut jika aku mandi akan berbahaya, lalu aku tayammum; kemudian aku shalat Shubuh bersama shahabat‑shahabatku. Tatkala kami datang pada Nabi s.a.w. mereka menceritakan hal itu, kepadanya; maka beliau bersabda padanya: “Hai ‘Amr, engkau shalat bersama sahahabat‑sahabatmu sedang engkau junub?” Maka aku menyahut: “Saya ingat akan firman Tuhan Allah s.w.t.: dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah itu maha belas kasih kepadamu, maka aku bertayammum dan lalu shalat”. Maka tertawalah Rasulullah s.a.w., dan tidak bersabda apa-apa (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Daruqutni)
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(47) لِلاَيَةِ السَّابِقَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (فَلَمْ تَجِدُا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيْدًا طَيِّبًا). وَلِحَدِيْثِ جَابِرٍ قَالَ: خَرَجْنَا فِى سَفَرٍ فَاَصَابَ رَجُلاً مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِى رَأْسِهِ ثُّمَّ احْتَلَمَ فَسَاَلَ اَصْحَابَهُ: هَلْ تَجِدُوْنَ لِى رُخْصَةً فِى التَّيَمُّمِ ؟ فَقَلُوْا: مَ نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَاَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى المَاءِ. فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ. فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُخْبِرَ بِذَالِكَ فَقَالَ: قَتَلُوهُ قَتَلُهُمُ اللهُ اَلاَ سَاَلُوا اِذَا لَمْ يَعْلَمُوا؟ فَاِنَّّمَا شِفَاءُ العَيِّ السُّؤَالُ. اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْهِ اَنْ يَتَيَمَّمَ. رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ وَالدَّارُ القُطْنِى.

(37) Menurut ayat tersebut dalam pendahuluan: (sedang kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kamu dengan debu yang suci). Dan menurut hadits Jabir ia berkata: “Kami sedang dalam bepergian (musafir) lalu seorang dari kami terkena batu sehingga melukai kepalanya; kemudian ia bermimpi (mengelu­arkan air mani), maka ia berta­nya kepada teman‑temannya: Apakah kamu berpendapat bahwa aku mendapat kemudahan bertayammum?. Dijawab oleh mereka: “Kami tidak berpendapat bahwa kamu mendapat kemudahan, sedang kamu kuasa memakai air”. Maka mandilah ia lalu meninggal dunia. Tatkala kami datang kepada Nabi s.a.w., kami khabarkan yang demikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: ”mereka membunuh dia,  mereka dikutuk oleh Allah”. Mengapa mereka tidak bertanya sedang mereka tidak mengerti? Obat untuk kebodohan adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya bertayammum”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Daraquthni).

(48) لِحَدِيْثِ عَمَّارٍ قَالَ: اَجْنَبْتُ فَلَمْ اُصِبِ المَاءَ فَتَمَعَّكْتُ فِى الصَّعِيْدِ وَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ ذَالِكَ لِلنَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا: وَضَرَبَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْاَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(48) Menurut hadits ‘Ammar r.a. ber­kata: “Aku Pernah berjanabat dan tidak   mendapatkan air, kemudian aku berguling-guling di tanah dan shalat. Maka aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda: “Sesungguhn‑ya cukup bagimu begini : lalu beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian meng­usap muka dan kedua telapak tangannya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(49) لِعُمُومِ حَدِيثِ اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ.
(49) Karena keumuman hadits: Sesungguhya semua pekerjaan itu dengan niyat

(50) لِحَدِيْثِ كُلُّ اَمْرٍ ذِى بَالٍ.

(50) Karena menurut hadits: Segala perkara yang berguna…….yang tercantum pada nomor 1.

(51) لِحَدِيْثِ عَمَّارٍآنِفًا (ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ).

(51) Menurut hadits ‘Ammar tersebut nomor 48: kemudian mengusap mukanya.

(52) لِمَفْهُومِ الاَيَةِ السَّابِقَةِ (فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً).

   (52) Karena mengingat arti ayat yang tersebut di dalam pendahuluan: sedang kamu tidak mendapat air.




اِزَالَةُ النَّجَاسَةِ
وَمَتَى اَصَابَتِ النَّجَاسَةُ بَعْضَ بَدَنِكَ اَوْ ثِيَابِكَ اَوْ مُصَلاَّكَ فَاغْسِلْهُ عَنْهَا (بِالحَتِّ وَالقَرْصِ مِنْ دَمِ الحَيْض)ِ (53) حَتَّى تُزِيْلَ اَوْصَافَهَا مِنْ لَوْنٍ وَرِيْحٍ وَطَعْمٍ بِالمَاءِ الطَّهُورِ (54) وَيُعْفَى بَقَاءُ اَثَرِهَا مِنْ اَحَدِ اَوْصَافِهَا (55) وَانْضَحْ بَوْلَ الغُلاَمِ مَالَمْ يَطْعَمْ (56) وَاغْسِلْ مِنْ لُعَابِ كَلْبٍ سَبْعَ مَرَّاتٍ اِحْدَى هُنَّ بِالتَّرَابِ الطَّاهِرِ (57).



MENGHILANGKAN NAJIS

Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah haid) (53), sehingga hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci (54), dan tidak mengapa tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi (55). Dan untuk menghilangkan najis kencing anak laki-laki yang belum makan-makanan, percikkan dengan air sampai basah (56). Dan apa yang terkena oleh liur anjing cucilah tujuh kali, salah satunya dengan debu yang bersih (57).
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(53) لِحَدِيْثِ اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ قَالَتْ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ اِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: اِحْدَانَا يُصِيبُ ثَوْبَهَا مِنْ دَمِ الحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ؟ فَقَالَ: تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّى فِيهِ. اَخْرَجَهُ السِّتَّةُ.

(53) Dengan alasan hadits Asma’ puteri Abu Bakar r.a. berkata: “Datang kepada Nabi s.a.w. seorang wanita, lalu berkata: seorang dari kami pakaiannya terkena darah haidl, bagaimana seharusnya dilakukan? Maka bersab­da Nabi s.a.w.: “Supaya dia ‘menghilangkan dan mencuci pakaian itu dengan air, kemudian disiramnya lalu dipakai shalat.” (Diriwayatkan oleh Imam Enam Ahli hadist)

(54) لِقَولِهِ تَعَالَى: وَيُنَزِّلُ عَلَيكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ. (الأَنْفَال:11)
(54) Karena firman Tuhan Allah dalam Al Quran surat Anfal ayat 11: “Dan Tuhan menurunkan air dari langit kepada kamu, agar membersihkan kamu dengannya.”

(55) لِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ خُولَةَ بِنْتَ يَسَارٍ قَالَتْ: يَارَسُولُ الله ! لَيْسَ لِى إِلاَّ ثَوْبٌ وَحِدٌ وَأَنَا أَحِيْضُ فِيْهِ. قَلَ: فَإِذَ طَهُرْتِ فَاغْسِلِى مَوْضِعَ الدَّمِ ثُمَّ صَلِّى فِيْهِ. قَلَتْ: يَارَسُولُ الله ! اِنْ لَمْ يَخْرُجْ اَثَرُهُ ؟ قَالَ: يَكْفِيْكِ الْمَاءُ وَلاَ يَضُرُّكِ أَثَرُهُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُودَاوُدَ وَالتِّرْمِذِىُّ.

(55) Karena hadits Abu Hurairah, bahwa Khaulah binti Yasar telah berkata: “Hai Rasulullah, saya tidak mempunyai pakaian kecuali selembar yang kupakai sedangkan saya berhaidl”. maka Jawab Nabi s.a.w.: “Jika kamu telah ber­sih (dari haidl), maka cucilah  tempat yang kena darah, lalu shalatlah dengan pakaian itu. Kemudian Khaulah bertanya lagi: “‘Hai Rasulullah, bagaimana jika bekas darah tadi tidak hilang? Jawab Nabi saw.: “Cukup bagi kamu dengan memakai air, dan tidak mengapa (tidak masalah) dengan bekas darah tadi.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).

(56) لِحَدِيْثِ اُمِّ قَيسٍ بِنْتِ مُحْصَنٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا: اَنَّهَا اَتَتْ بِاِبْنٍ لَهَا صَغِيْرٍ لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ اِلَى رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَجْلَسَهُ فِى حِجْرِهِ فَبَالَ عَلَىثَوبِهِ فَدَاعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ. رَوَاهُ الجَمَاعَةُ.

(56) Karena hadits Ummu Qais binti Muhshan r.a.: “bahwa ia bersama anaknya laki‑laki yang masih kecil dan belum pernah makan makanan, telah datang kepada Rasulullah s.a.w. Lalu      Nabi Mendudukkan anak tadi diatas pangkuannya: tiba‑tiba anak itu kencing pada pakaian beliau: kemudian        beliau meminta Air, lalu dipercikkan dan tidak dicucinya. (Diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli hadits)[4].

(57) لِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ: طَهُورُ اِنَاءِ اَحَدِكُمْ اِذَا وَلَغَ فِيْهِ الكَلْبُ اَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ اُوْلاَ هُنَّ اَوْ اُخْرَاهُنَّ بِالتُّرَابِ.

(57) Karena menurut hadits, Abu Hurairah: “Sucinya bejana salah seorang dari kamu sekalian, apabila digunakan minum (dijilat) oleh anjing, supaya dicuci tujuh kali, permulaannya dengan debu, (Diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad). Dan Tirmidzi meriwayatkannya dengan tambahan: “Permulaannya atau pengbabis­annya dengan debu”.



الاِسْتِنْجَاءُ
وَاسْتَنْجِ بِالمَاءِ (58) اَوْ بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ (59) اَوْ نَحْوِهَا غَيْرِ عَظْمٍ اَوْ رَجِيْعٍ (60).



ISTINJA’
Hendakalah beristinja’ dengan air (58) atau dengan tiga batu (59) atau lainnya., yang bukan tulang atau kotoran (60)


الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(58) لِحَدِيْثِ اَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ الخَلاَءَ. فَاَحْمِلُ اَنَا وَغُلاَمٌ نَحْوِى اِدَاوَةً مِنْ مَاءٍ وَعَنَزَةً فَيَسْتَنْجِى بِالمَاءِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(58) Karena menurut hadits Anas r.a. berkata: “Rasulullah s.a.w. masuk ke jamban, maka aku ber­sama anak yang sebaya dengan aku membawa tempat air dan tongkat, maka beliau beristinja’ dengan air”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(59) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِذَا ذَهَبَ اَحَدُكُمْ اِلَى الغَائِطِ فَلْيَسْتَنْطِبْ بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ فَاِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَالنَّسَائِى وَغَيرُهُمَا. لِحَدِيْثِ سَلْمَانِ قَالَ: لَقَدْ نًَهَانَا رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نَسْتَقْبِلَ القِبْلَةَ بِغَائِطٍ اَوْ بَولٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِاليَمِينِ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِاَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَة ِاَحْجَارٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيْعٍ اَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

(59) Karena hadits ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu sekalian pergi ke jamban, maka bersucilah dengan tiga batu. Sesungguhnya tiga batu itu telah mencukupi”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan lainnya). Dan karena hadits Salman, berkata: “Rasulullah s.a.w. melarang kami menghadapkan qiblat waktu buang air (besar atau kecil) atau istinja’ dengan batu yang kurang dari tiga butir, atau istinja’dengan kotoran atau dengan tulang”. (Diriwayatkan oleh Muslim)

(60) لِحَدِيْثِ المُتَقَدَّمِ آنِفًا (فِى 59) وَحَدِيْثِ سَلْمَانِ قَالَ: اَمَرَنَا يَعْنِى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ لاَ تَكْتَفِى بِدُوْنِ ثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ لَيْسَ فِيْهَا رَجِيْعٌ وَ لاَ عَظْمٌ (رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَه وَ مُسْلِمٌ). وَلَو اَنَّهُ اَرَادَ الحَجَرَ وَمَا كَانَ نَحْوَهُ فِى الاِنْقَاءِ لَمْ يَكُنْ لاِسْتِثْنَاءِ (العَظْمِ وَالرََوْثِ مَعْنًى).

(60) Menurut hadits yang tersebut No 59; dan mengingat hadits Salman, katanya: “Kami diperintah oleh Rasulullah s.a.w. agar jangan mencukupkan batu yang kurang dari tiga buah, tidak termasuk kotoran dan tulang. (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah dan Muslim).        Sebab andaikan Nabi s.a.w. dalam sabdanya mengenai batu-batu itu, tidak dimaksudkan memasukkan benda‑benda lainnya pula yang sama dapat membersihkan, maka dalam membedakan “tulang dan kotoran” tidak ada artinya.



[1] Sebab orang yang tidur tidak merasa apabila mengeluarkan kentut.

[2] Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Madjah, Daruqudhni dan Darimi.

[3] Satu Sha’ + 3 liter satu mud +3/4 litar

[4] Bukhari, Muslim, ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah.

KITAB IMAN [ HIMPUNAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH ]




بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحيْمِ


لاَاِله الاّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِهِ الحَوْلُ وَالقُوَّةُ. الحَمْدُللهِ المُبْدِئِ لِلعَوَالِمِ وَالمُعِيْدِ الاَرْوَحَ اِلَى الأَجْسَامِ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَاَفْضَلِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أَلِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَقَدْ وَرَدَ فِىالْحَدِيْثِ عَنْ عُمَرَ رَضِىَ الله عَنْهُ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ الله (صلعم) ذَاتَ يَومٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لاَيُرَى عَلَيهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِىِّ (صلعم) فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. قَالَ رَسُوْلُ الله (صلعم): الإِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِى عَنِ الإِيْمَانِ. قَالَ: اَنْ تُؤْمِنَ بِا للهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ وَالْيَومَ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. (الحديث رواه مسلم).


PENDAHULUAN

“Bismillahirrohmanirrohim”

( Dengan nama Allah, Maha Penyayang, Maha Pengasih)

Tiada tuhan selain Allah sendiri, tiada bersekutu dan dengan-Nyalah adanya daya-kekuatan. Segala puji untuk Allah yang menciptakan semua ‘alam dan yang mengembalikan ruh kepada jasadnya di hari Kiamat. Rahmat dan Salam semoga terlimpah pada junjungan Nabi Muhammad s.a.w. penutup para Nabi dan seutama-utamanya Utusan, serta pada sekalian keluarganya.

Tersebut dalam hadist, dari shahabat ‘Umar r.a: “ Saat kami duduk pada suatu hari bersama-sama Rasulullah s.a.w. datanglah seorang laki-laki, putih bersih pakaiannya hitam bersih rambutnya, tak terkesan padanya tanda orang yang sedang bepergian dan tiada seorangpun diantara kami yang mengenalnya; kemudian ia bersimpuh dihadapan Nabi dengan merapatkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha Nabi. Lalu ia berkata: ”Hai Muhammad, terangkanlah padaku tentang Islam!”. Nabi menjawab: ”Islam ialah engkau mempersaksikan: tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan pergi Haji bila kamu mampu melakukannya”. Kata orang itu:  ”Benar engkau”. Maka kami terheran, kenapa ia bertanya lalu ia membenarkan. Orang itu bertanya lagi: terangkanlah padaku tentang Iman!” Nabi menjawab: “Iman ialah bahwa engkau percaya akan Allah, malaikatnya, kitab-kitab-nya, Rasul-rasulnya, hari kemudian dan percaya akan takdir baik dan takdir buruk”. Orang itu berkata :” Benar engkau!”.(Hadist riwayat Muslim).


اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1) مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ اللهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2) وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ اللهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3) وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.


Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.
الاَدِلَّةُ

(1) عَنْ اَبِى هُرَيرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلعم قَالَ: تَفَرَّقَتِ اليَهُودُ عَلَى اِهْدَى وَسَبْعِيْنَ أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَالِكَ وَتَفَرَّقَتْ اُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً  (رَوَاهُ التِّرْمِذِى وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).



ALASAN (DALIL)

 (1) Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:             ”Ummat Yahudi telah bercerai berai menjadi 71 atau 72 golongan; dan ummat Nasranipun demikian pula. Dan ummatku akan bercerai berai menjadi 73 golongan.” (diriwayatkan oleh Turmudzi, dan mengatakan : “Hadits Hasan Shalih)”.



عَنْ عَبْدِ اللهِ بنُ عَمْرُو قَالَ رَسُولُ اللهِ صلعم: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى اُمَّتِى مَا أَتَى عَلَى بَنِى اِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ اَتَى اُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِى اُمَّتِى مَنْ يَصْنَعُ ذَالِكَ. وَإِنَّ بَنِى إِِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى اثْنَتَيْنِ سَبْعِيْنَ مِلَّةً تَفَرَّقَتْ اُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَنْ هِىَ يَارَسُوْلَ الله؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيهِ وَاَصْحَابِى (رَوَاهُ التِّرْمِذِى).

Dan dari Abdullah bin ‘Amr, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscaya akan datang kepada ummatku apa yang telah datang kepada Bani Israil, teladan ceripu dengan ceripu-ceripu sampai kalau ada orang yang menggagahi ibunya dengan terang-terangan, pastilah diantara ummatku ada pula yang berbuat demikian. Dan bahwasanya Bani Israil telah bercerai-berai menjadi 72 golongan dan ummatku akan bercerai-berai menjadi 73 golongan; semuanya masuk neraka , kecuali satu golongan”. Para sahabat bertanya: ”Siapakah golongan yang satu itu ya Rasululllah?. Jawab beliau: “Ialah mereka yang mengikuti jejakku dan jejak sahabat-sahabatku”. (diriwayatkan oleh Turmudzi).

(2) ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوْهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلٌ  (الانعام:102)

(2) Itulah Allah, Tuhanmu sekalian, tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah, yang menciptakan segala sesuatu, maka hambakanlah dirimu pada-Nya dan Dialah yang mengurusi segala sesuatu”. (An’am:102).

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (القصص: 88)

“Dan janganlah engkau memohon kepada Tuhan selain Allah, sebab tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, segala sesuatu akan binasa kecuali Dia yang menentukan hokum, dan kepada-Nya kamu dikembalikan”. (Qashash: 88).

(3) اَفَلَم يَنْظُرُوا  ِإلَى السَّمَآءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَالَهَا مِنْ فُرُوْجٍ. وَالاَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَالقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِى وَاَنْبَتْنَا فِيْهَامِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيْجٍ. تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيْبٍ. وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَاَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيْدِ. وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيْدٌ. رِزْقًا لِلعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَالِكَ الخُرُوجُ. (ق: 6-11).



(3) “Tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atasnya bagaimanakah aku telah membangunnya dan menghiasinya dengan tiada retak. Dan bumi telah kubentangkan dan kuletakkkan padanya gunung-gunung dan kutumbuhkan padanya segala jenis berjodoh yang serasi; kesemuanya itu menjadi ibarat dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang mau kembali (kepada Allah). Dan Aku turunkan air dari langit yang banyak manfaatnya, dan kutumbuhkan beberapa kebun dan biji-biji ketaman; begitu juga pohon kurma yang tingggi bermayang yang tersusun menjadi rizki bagi segenap hamba; dengan demikian Aku hidupkan tanah yang tandus (mati) dan sedemikianlah (hal) kebangkitan (dari kubur)”, (Qaf: 6-11).

أَفَلاَ يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18 ) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20) (الغاشية: 17-20).



“Tidaklah mereka memperhatikan kepada unta, bagaimana ia dijadikan?, kepada langit, bagaimana ia ditinggikan?, kepada gunung-gunung bagaimana ia dibentangkan?” (Ghasyiyah: 17-20).



قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لاَ يُؤْمِنُونَ (يونس: 101)



“ Katakanlah (hai Muhammad)! Perhatikanlah apa yang ada dibeberapa langit dan bumi; tidaklah berguna beberapa bukti dan peringatan itu bagi golongan yang tidak beriman”. (Yunus:101).



إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآ يَاتٍ لأُولِي الأَ لْبَاب  (ال عمران:190)



“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dengan siang, sungguh menjadi bukti bagi orang-orang yang berakal.” (Ali’ Imran: 189).

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (البقرة: 164)



“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, adanya perahu (kapal) yang berlayar di laut membawa barang yang berfaedah bagi manusia, air yang diturunkan Allah dari langit yang digunakan untuk menyuburkan bumi sesudah mati dan membiakkan binatang-binatang serta pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, benar-benar menjadi tanda bukti bagi orang-orang yang berfikir”.(Baqarah 164).




الإِيْمَانُ بِا للهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِا للهِ رَبِّنَا (4) وَهُوَ الْإِلَهُ الْحَقُّ الَّذِى خَلَقَ كُلَّ شّيْئٍ وَهُوَ الواَجِبُ الوُجُوْدِ (5) وَ اْلأَوَّلُ بِلاَ بِدَايَةٍ وَاْلآخِرُ بِلاَ نِهَايَةٍ (6) ولاَ يُشْبِهُهُ شَيئٌ مِنَ الكَائِنَاتِ (7) الاَحَدُ فِىأُلُوْهِيَّتِهِ وَصِفاَتِهِ وَ اَفْعَالِهِ (8) اَلْحَىُّ القَيُّوْمُ (9)السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (10) وَهُوَ عَلَى كُلَِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ (11) إِنَّمَا اَمْرُهُ اِذَا اَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ (12) وَهُوَ عَلِيْمٌ بِمَا يَفْعَلُوْنَ (13) اَلْمُتَّصِفُ بِالْكَلاَمِ وَكُلِّ كَمَالٍ. المُنَزَّهُ عَنْ كُلِّ نَقْصٍ وَمُحَالٍ (14) يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ. بَِيَدِهِ اْلأَمْرُ كُلُّهُ وَإِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ (15).
IMAN KEPADA ALLAH YANG MAHA MULIA

Wajib kita percaya akan Allah Tuhan kita (4). Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya (5). Dialah yang pertama tanpa permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan (6). Tiada sesuatu yang menyamai-Nya (7). Yang Esa tentang ketuhanan-Nya (8). Yang hidup dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada (9). Yang mendengar dan yang melihat (10). Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu (11). Perihal-Nya apabila ia menghendaki sesuatu Ia firmankan: “Jadilah”! maka jadilah sesuatu itu (12). Dan dia mengetahui segala sifat kesempurnaan. Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan (14). Dialah yang menjadikan sesuatu menurut kemauan dan kehendakNya. Segala sesuatu ada ditangan-Nya dan kepada-Nya akan kembali (15).


(4) فَآمِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (التّغابن: 8 )



(4) “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasulnya serta cahaya (Quran) yang telah aku turunkan. Dan Allah maha mengetahui akan perbuatanmu”. (Thaghabun:8).

(5) فَذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَ لُ فَأَ نَّى تُصْرَفُونَ   (يونس: 32)



(5) “Itulah Allah Tuhanmu yang hak tidak ada kebenaran di luar itu, melainkan kesesatan, maka mengapakah kamu berpaling”? (Yunus:32).



(6) هُوَ الأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (الحديد: 3)



(6) “Dialah yang Awal dan Yang akhir, yang Dhahir dan yang   bathin dan Dia mengetahui segala sesuatu.”(Hadid:3).



كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَام ِ(الرحمن: 26-27)



“Segala yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap Kekallah tuhanmu yang maha agung dan maha mulia”. (Rahman : 26-27)



(7) فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير ُ(الشورى: 11)

(7) “Yang menciptakan langit dan bumi. Diapun menjadikan dari jenismu berjodohan (berpasang-pasangan), begitu juga dari binatang ternak (diciptakan) berpasangan, yang Dia perkembangkan diatas bumi. Tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya dan Dialah maha mendengar dan maha melihat.” (Syura:11).



(8) قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ . (الاخلاص: 1-4).



(8) “Katakanlah: Dialah Yang Maha Esa, Allahlah pusat permohonan, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak sesuatu yang menyamainya”. (Ikhlas:1-4)



أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأ َنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ  (النّمل: 60)



“Atau siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan telah menurunkan air dari langit untukmu, lalu aku tumbuhkan dengan air itu beberapa kebun yang indah serasi, yang kamu tidak dapat tumbuhkan pohon-pohonnya. Adakah Tuhan lain disamping Allah? Memang mereka itu orang-orang yang menyimpang” (Naml: 60).

(9) اللهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (البقرة: 255).



(9) “Allah, yang tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, yang hidup dan berdiri sendiri…”. (Baqarah:255).

(10) وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير  ُ(الشورى: 11)

(10) “Dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”. (Syura:11).

(11) تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  (الملك: 1)

(11) “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.” (Mulk:1).

(12) إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (النحل: 40)

(12) “Sesungguhnya firman-ku kepada sesuatu, apabila aku menghendaki adanya, Aku hanya mengatakan : Jadilah, maka jadilah ia.”(Nahl:40).

(13) وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (البقرة: 29)

(13) “Dan Dia itu Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Baqarah:29)

وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا (الإعراف: 89)

“Pengetahuan Tuhan kami, meliputi segala sesuatu”. (A’raf: 89).

إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُون َ(النحل: 91)

“Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(Nahl : 91).

(14) فَسُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُون َ(المؤمنون: 91)

(14) “Maha suci Allah dari pada apa yang mereka sifati”.(Mu’minun: 91)

(15) وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ (القصص: 68)

(15) “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih”. (Qashah:68).


لِلَّهِ الأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ (الروم: 4)

“Bagi Allah-lah segala perkara, pada sebelum dan sesudahnya.”(Rum:4).


تَنْبِيْهٌ
مَا كَلَّفَنَا اللهُ بِالْبَحْثِ فِى اْلاِعْتِقَادِ بِمَا لاَ تَصِلُ إِلَيْهِ عُقُوْلُنَا (16) لأَنَّ عَقْلَ الاِنْسَانِ لاَيَسْتَطِيعُ أَنْ يَصِلَ اِلَى مَعْرِفَةِ ذَاتِ اللهِ وَكَيْفِيَّةِ اِتِّصَافِهِ بِصِفَاتٍ فَلاَ تَبْحَثْ عَنْهُ (17) وَلَيْسَ فِى وُجُوْدِهِ  تَعَالَى شَكٌّ. أَفِى اللهِ شّكٌّ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضِ ؟ (اِبْرَاهِيم:10).


(16) لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا (البقرة : 286).

(16) “Allah tidak membebani seseorang melainkan seimbang dengan kekuatannya.” (Baqarah: 286(.



(17) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ قَومًا تَفَكَّرُوْا فِى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ النَّبِىُّ ص م: تَفَكَّرُوْا فِى                 الْخَلْقِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِى اللهِ فَاِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا قَدْرَهُ. وَعَنْهُ اَيْضًا بِلَفْظٍ آخَرَ: تَفَكَّرُوْا فِى الْخَلْقِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِى الْخَالِقِ فَاِنَّكُمْ لاَ تَقْدِرُونَ قَدْرَهُ  (رَوَاهُ اَبُوالشّيخِ).

(17) “Hadits dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya orang banyak (sedang) memikirkan keadaan Allah Yang Maha Mulia dan Agung, maka Nabi s.a.w. bersabda: “Berfikirlah kamu sekalian tentang mahkluk Allah dan janganlah kamu sekalian berfikir tentang dzat-Nya, karena kamu sekalian tidak akan mampu menggapai-Nya”. Dan dari Ibnu “Abbas juga dengan lain perkataan: “Berfikirlah kamu sekalian tentang makhluk (ciptaan-Nya) dan janganlah kamu berfikir tentang Khaliq (Allah), karena kamu sekalian tidak akan mampu menggapai-Nya.” (Diriwayatkan oleh Abu Syaikh).

وَمَا قَدَرُوْا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوْا مَا أَنْزَلَ اللهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا أَنْتُمْ وَلا ءَابَاؤُكُمْ قُلِ اللهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ (الانعام: 91)

“Dan mereka tidak menghargai kepada Allah sebagaimana mestinya, dikala mereka berkata : Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang di bawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi ummat manusia, yang kamu jadikan lembaran-lembaran, (sebagian) kamu memperlihatkan dan banyak diantara kamu yang menyembunyikan, padahal telah diajarkan kepada kamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak ketahui. Katakanlah:”Allahlah (yang menurunkan-nya) kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatan.”(An’am:91).

PERHATIAN

Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai oleh akal dalam hal kepercayaan (16). Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang Dzat Allah dan hubungannya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah engkau membicarakan hal itu (17). Tak ada kesangsian tentang adanya. ”Adakah orang ragu tentang Allah yang menciptakan langit dan bumi”? (Surat Ibrahim:10).

وَقَدْ سَدَّ القُرْآنُ عَلَى الْعُقُولِ بَابَ الْخَوضِ فِيْمَا لاَ تَبْلُغُهُ الْمَدَارِكُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ. وَنَصَّ عَلَى اَنَّ قُوَّةَ الْعَقْلِ مَحْدُودَةٌ وَاَنَّهُ مُحِيْطٌ بِالنَّاسِ فِى قَوْلِهِ: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِهِ عِلْمًا. وَكَفَى بِالْمُؤمِنِيْنَ شُغْلاً أَنْ يَتَدَبَّرُوْا فِى مَخْلُوْقَاتِهِ لِيَسْتَدِلُّوْا عَلَى وُجُودِهِ وَقُدْرَتِهِ وَحِكْمَتِهِ (18).

Memang Al-Qur’an telah menutup pintu pemikiran dalam membicarakan hal yang tak mungkin tercapai oleh akal dengan firman-Nya yang berbunyi: ”Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya”. (QS.Syura: 11). Diapun telah menjelaskan bahwa kekuatan akal itu terbatas dan bahwa Dia meliputi semua manusia, dalam firman-Nya: “Dia tahu segala yang ada dimuka dan dibelakang mereka sedang pengetahuan mereka tak mungkin mendalami-Nya.” (Surat Thaha ayat 110). Bagi orang mukmin cukuplah bila mereka memikirkan segala makhluk-Nya, guna membuktikan ada-Nya, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.(18)



الإِيمَانُ بِالمَلَائَِكَةِ

يَجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نُؤْمِنَ بِأَنَّ اللهَ تَعَالَى مَلاَئِكَةً اُوْلِى أََجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ (19)  وَأَنَّهُمْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ لاَ يَعْصُوْنَ اللهََ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ (20) وَلاَ يَأْكُلُوْنَ وَلاَ يَشْرَبُوْنَ (21) وَلاَ يَتَزَوَّجُوْنَ وَلاَ يَنَامُوْنَ (22) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لاَ يَفْتَرُوْنَ (23) وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنهُم مَقَامٌ مَعْلُوْمٌ (24) فَمِنهُمْ حَمَلَةُ الْعَرْشِ (25) وَمِنهُمْ سَفَرَةٌ  (26) كَجِبْرِيْلَ (27) وَمِيْكَائِيْلَ (28) وَمِنهُمْ حَفَظَةٌ وَمِنهُمْ كَتَبَةٌ (29) وَلاَ يَجُوْزُ لَنَا أَنْ نَصِفَ مَلاَئِكَةَ إِلاَّ بِمَا وَرَدَ عَنِ الشَّرْعِ (31).

IMAN KEPADA MALAIKAT

Kita wajib percaya, Allah itu mempunyai malaikat yang bersayap, ada yang dua, ada yang tiga dan ada yang empat (19). Dan mereka adalah hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah menentang perintah-Nya dan mereka senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan (20). Mereka tidak makan dan tidak minum (21). Tidak menikah dan tidak tidur (22). Dan sepanjang masa tidak putus-putusnya mereka mensucikan Tuhan (23). Dan masing-masing dari mereka mempunyai kedudukan atau tugas tertentu (24). Ada yang memikul Arsy tuhan (25) ada yang menjadi utusan (26), seperti Jibril (27), dan Mikail (28) dan ada yang mengamati serta mencatat (amal manusia) (29). Kita tidak boleh menggambarkan tentang malaikat kecuali dengan apa yang diterangkan oleh syara’ (30).

(18) لِمَا تَقَدَّمَ فِى رَقْمِ-17.

(18) Sebagaimana yang terdapat dalam nomer 17 di atas.

(19) الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ  (فاطر: 1).

(19) “Segala Puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan yang bersayap, ada yang dua, tiga dan ada yang empat”(Fathir:1).

(20) بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُون َ (27) (الانبياء 26-27).

(20) “Bahkan para Malaikat itu hamba yang di muliakan (terhormat) yang tidak mendahului firman Allah, sedang mereka selalu mengerjakan perintah-Nya.”(Anbiya’:26-27).

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (التّحريم: 6)

“Wahai orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya adalah para Malaikat yang kasar, yang keras dan yang tidak pernah menentang perintah Allah, dan mereka senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Tahrim:6).

(21) فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لاَ تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوْا لاَ تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوْطٍ (الهود: 70)

(21) “Maka ketika Nabi Ibrahim melihat tangan malaikat tidak menjamah hidangan, yang memandang aneh dan merasa takut, berkatalah para Malaikat: Janganlah kamu Takut, sesungguhnya kami diutus untuk menghadapi kaum Luth”. (Hud:70).

(22) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ (الانبياء: 20)

“Sepanjang masa tiada putus-putusnya mereka mensucikan Tuhan.” (Anbiya:20).

أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِيْنَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُوْلُوْنَ قَوْلًا عَظِيْمًا (الاسراء: 40)

“Adakah Tuhanmu telah memilih kamu sekalian sebagai anak laki-laki dan menjadikan anak perempuan kepada para Malaikat ?”Sesungguhnya kamu telah mengatakan ucapan yang besar (dosanya). (isra’: 40).

(23) يُسَبِّحُوْنَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لاَ يَفْتُرُوْنَ (الانبياء: 20)

(23) “Sepanjang masa tiada putus-putusnya mereka mensucikan Tuhan.” (Anbiya’:20)

(24) وَمَا مِنَّا إِلاَّ لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ (الصّافّات: 164)

(24) “Dan tidak ada daripada kami (Malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu”. (Shaffat:164).

(25) وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ ( الحاقة: 17)

(25) “Dan pada hari itu ada delapan Malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas mereka.” (Haqqah: 17).

(26) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ. مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ. بِأَيْدِي سَفَرَةٍ. كِرَامٍ بَرَرَةٍ (عبس: 13-15).

(26) “Di dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan, dijunjung dan disucikan, di tangan para utusan (Malaikat) yang mulia lagi berbakti.”(Abasa:13-16).

(27) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ اْلأَمِيْنُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (الشعراء:  193-194)

(27) “Al-Qur’an dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril), kepada hatimu agar kamu menjadi golongan orang yang menyampaikan peringatan”. (Syu’ara:193-194)

(28) مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلاَ ئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكَالَ فَإِنَّ اللهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِيْنَ (البقرة: 98)

(28) “Barang siapa memusuhi Allah, Malaikat-malaikat-Nya, utusan-utusan-Nya serta Jibril dan Mikail, maka Allah akan memusuhi orang-orang kafir”. (Baqarah:98).



عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ….وَاَمَّا هَذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ وَأَنَا جِبْرِيْلُ وَهَذَا مِكَائِيلَ…. (رَوَاهُ البُخَارِى). (رِيَاضُ الصَّالِحِيْنَ صَفْحَة 507).

“Hadist dari samurah bin Jundub: “Adapun rumah ini adalah rumahnya para syuhada’ dan aku adalah Jibril dan ini Adalah Mikail”……dan seterusnya. (diriwayatkan oleh bukhari, tersebut dalam kitab Riyadlus Shalihin, Halaman 507).

(29) وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ. كِرَامًا كَاتِبِيْنَ. يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ (الانفطار: 10-12)

(29) “Sungguh di atasmu itu ada pengawas (Malaikat) yang mulia yang selalu mencatat, mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan (Infithar:10-12).

(30) وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً. ( الاسراء: 36).

(30) “Jangan engkau mengikuti apa-apa yang tidak kamu ketahui, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu kesemuanya akan ditanyai.”(Isra’:36).

تَنْبِيْهٌ

لَمْ يُطَالِِبْنَا الله بِأَنْ نَعْلَمَ مَاهِيَّةَ مَلاَئِكَةِ بَلْ اَمَرَنَا الله بِالإِيْمَانِ بِوُجُوْدِهِمْ وَقَدْ رَآهُمُ الأَنْبِيَاءُ فِى صُوْرَةٍ بَشَرِيَّةٍ وَغَيرِهَا (31) وَقَدْ تَوَاتَرَ خَبَرُ ذَالِكِ وَلاَ يُمْكِنُنَا أَنْ نَصِفَ مَلاَئِكَةَ اِلاَّ بِمَا وَرَدَ عَنِ المَعْصُومِ صَلّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ بِنَقْلٍ صَحِيحٍ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ (مُدَثِّر: 31)

PERHATIAN

Oleh Allah kita dituntut untuk mengetahui hakekat Malaikat, kita hanya diperintahkan agar percaya akan adanya, adapun para Nabi, mereka pernah melihatnya dalam rupa manusia ataupun lain-lainnya (31). Tentang hal ini beritanya telah mutawattir (menyakinkan). Namun kita tidak boleh menggambarkan tentang Malaikat, kecuali dengan dasar keterangan dari Nabi s.a.w. yang sampai kepada kita dengan pemberitaan yang menyakinkan.” Dan tiada seorangpun yang mengetahui hakekat tentara (Malaikat) Tuhannmu selain Dia.” (Surat Mudatstsir:31)

(31) عَنْ عُمَرَ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص م ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدٌ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدٌ سُوَادِ الشَّعَرِ لاَيُرَى عَلَيهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ. حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِىِّ ص م فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَامُحَمَّدُ اَخْبِرنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ص م: الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَأََنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ استَطَعْتَ إِلَيهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. الحَدِيثَ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ).

(31) “Dari Umar r.a. berkata : “Pada saat kami duduk pada suatu hari bersama Rasulullah s.a.w. datanglah seorang laki-laki putih bersih pakaiannya, hitam bersih rambutnya, tak terkesan padanya tanda orang yang sedang bepergian dan tiada seorang pun diantara kami yang mengenalnya, kemudian bersimpuh dihadapan Nabi dengan merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tanganya pada paha Nabi. Lalu ia berkata: “Hai Muhammad terangkanlah kepadaku tentang Islam”, Nabi menjawab “Islam ialah engkau mempersaksikan, tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan pergi haji bila engkau mampu melakukannya”. Kata orang itu: “Benar engkau….dan seterusnya. (diriwayatkan oleh Muslim).

عَنْ جَابِرِبْنِ عَبْدِاللهِ الاَنْصَارِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الوَحْىِ فَقَالَ فِى حَدِيْثِهِ: بَيْنَا أَنَا أَمْشِى إِذْ سَمِعْتُ صَوتًا مِنَ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ رَأْسِى فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِى جَاءَنِى بِحِرَاءَ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِىٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُوْنِى. فَاَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ. وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ. وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ. وَحَمِىَ الوَحْىَ وَتَتَابَعَ (البخارى).

“Dari Jabir bin Abdullah Anshari, dan dia menceritakan tentang periode wahyu, katanya: “sewaktu aku (Nabi) sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, maka aku mengangkatkan kepalaku. Tiba-tiba tampak Malaikat yang pernah datang di gua Hira’ dahulu duduk diatas kursi diantara langit dan bumi, maka takutlah aku dan kembali pulang, sesampai di rumah aku berkata: “Selimutilah aku, selimutilah aku”. Lalu Allah menurunkan ayat: Hai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatan. Agungkanlah tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah perbuatan dosa “Kemudian lancarlah dan beruntun turunannya wahyu.” (diriwayatkan oleh Bukhari).

وَكَمَا فَسَّرَهُ الشَّوكَانِىُّ فِى تَفْسِيْرِهِ قَوْلَهُ تَعَالَى: وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (النّجم: 13-14)

Dan sebagaimana yang ditafsirkan oleh Syaukani dalam tafsirnya mengenai firman Allah swt.: “Dan sesungguhnya Nabi telah melihat Malaikat Jibril pada kesempatan lain di sidratul Muntahaha”. (Najm:13-14).




الإِيمَانُ بِالكُتُبِ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِأَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ اَنْزَلَ كُتُبًا عَلَى رَسُوْلِهِ لِإِصْلاَحِ الْبَشَرِ فِى دِيْنِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ (32) مِنْهَا الزَّبُوْرُ لِدَاوُدَ (33) وَالتَّورَاةُ لِمُوسَى (34) وَالإِنْجِيلُ لِعِيسَى (35) وَالقُرْانُ لِمُحَمَّدٍ (36) خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاّمُ (37) وَأَنَّ الْقُرْآنَ كَلاَمُ اللهِ وَآخِرُ الْكُتُبِ الْمُنَزَّلَةِ وَاَنَّهُ يَشْتَمِلُ عَلَى مَالَمْ يَشْتَمِلْ عَلَيهِ غَيْرُهُ مِنَ الشَّرَائِعِ وَمَكَارِمِ الأَخْلاَقِ وَفَضَائِلِ الأَحْكَامِ (38).

IMAN KEPADA KITAB

Kita wajib percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada Rasul-rasulNya untuk memperbaiki manusia tentang urusan dunia dan agama mereka (32). Di antara kitab-kitab itu, ialah Zabur kepada Nabi Dawud (33), Taurat kepada Nabi Musa (34), Injil kepada Nabi ‘Isa (35) dan qur’an pada Nabi Muhammad (36) yang menjadi penutup sekalian Nabi ‘alaihimus shalatu was salam (37). Dan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah dan kitab terakhir yang diturunkan, yang memuat apa yang tidak termuat pada lainnya, mengenai syaria’t, budi luhur dan kesempurnan hukum (38).



(32) لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ. (الحديد: 25).

(32) “Sungguh Kami telah Mengutus Utusan-utusan-Ku dengan membawa bukti dan beserta mereka itu aku berikan Kitab dan Neraca (timbangan) agar orang-orang menegakkan keadilan”.(Hadid:25).

فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. أُوْلَئِكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِمَّا كَسَبُوْا (البقرة: 200-202).

“Maka ada sebagian orang yang berdo’a : Ya Tuhanku, berilah hamba (kebaikan) di dunia ini maka ia tidak mendapat bahagian di akhirat. Dan diantara mereka ada yang berdo’a: Ya Tuhan berilah hamba kebaikan di dunia dan di Akhirat dan jauhkanlah hamba dari api neraka. Mereka itulah yang mendapat bagian dari apa yang telah mereka lakukan”.(Baqarah: 200-202).

(33) وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا (النّساء: 163)

(33) “Dan aku telah memberikan kitab Zabur kepada Nabi Dawud.”(Nisa’:136).

(34) وَاَخْرَجَ أَحْمَدُ وَ مُسْلِمُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ الْمُنْذِرِ عَنِ البَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: مَرَّ النَّبِىُّ ص م بِيَهُودِىٍّ مُحَمَّمًا مَجْلُوْدًا فَدَاعَاهُمْ فَقَالَ: اَهَكَذَا تَجِدُوْنَ حَدَّ الزَّانِى فِى كِتَابِكُمْ ؟ قَالُوا: نَعَم. فَدَعَا رَجُلاً مِنْ عُلَمَائِهِمْ فَقَالَ: اُنْشِدُكَ بِاللهِ الَّذِى أَنْزَلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوْسَى اَهَكَذَا تَجِدُوْنَ حَدَّ الزَّانِى فِى كِتَابِكُمْ ؟ قَالَ: أَللَّهُمَّ لاَ. وَلَوْلاَ أَنَّكَ نَشَدْتَنِى بِهَذَا لَمْ أُخْبِرْكَ. نَجِدُ حَدَّ الزَّانِى فِى كِتَابِنَا الرَّجْمَ. الحديث.

(34) “Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnul Jarir, dan Ibnul Mundzir dari Bara bin ‘Azib berkata: ”Nabi telah lewat di dekat seorang Yahudi yang berlumuran darah karena hukum dera, maka Nabi memanggil orang-orang Yahudi dan bertanya: “Beginilah hukuman orang berzina di dalam kitabmu?” Mereka menjawab: Ya. Maka Nabi memanggil seorang dari ‘ulama mereka dan bertanya: Atas nama Allah yang telah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa, beginikah hukuman orang Zina di dalam kitabmu?. Ia menjawab: Oh tidak, dan seandainya tuan tidak mendesak atas nama Allah kepadaku, niscaya tak kukatakan kepada tuan, di dalam kitab kami, hukuman orang zina itu ranjam”……………..dan seterusnya.



(35) وَقَفَّيْنَا عَلَى ءَاثَارِهِمْ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَءَاتَيْنَاهُ اْلإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ (المائدة: 46).

(35) “Dan sesudah mereka itu Aku susulkan Isa bin Maryam untuk membenarkan kitab Taurat yang ada sebelumnya. Dan ia Ku-beri kitab Injil berisi petunjuk dan cahaya…..” (Maidah: 46).

(36) اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ القُرْآنَ تَنْزِيْلاً. (الدّهر: 23).

(36) “Sungguh aku telah menurunkan Qur’an, dengan sebenar-benarnya kepadamu (Muhammad)”. (dahr: 23).

(37) مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُوْلَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ (الاحزاب: 40).

(37) “Muhammad itu tidak menjadi ayah dari seorang laki-laki diantaramu, akan tetapi ia adalah utusan Allah dan penghabisan (penutup) sekalian Nabi.”(Ahzab:40).

(38) لِقَولِهِ تَعَالَى: وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: 4)

(38) “Karena firman Allah Ta’ala:”Dan engkau (Muhammad) memang benar-benar berbudi luhur”. (Qalam:4).

وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ كَانَ خُلُقُهُ القُرْآنَ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ).

“Dan karena Hadits ‘Aisyah r.a. bahwa akhlaq Nabi itu adalah Qur’an”. (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud).

تَنْبِيْهٌ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِمَا جَاءَ بِهِ النَّبِىُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الْقُرْآنُ وَمَا تَوَاتَرَ الْخَبَرُ عَنهُ تَوَاتُرًا صَحِيحًا مُسْتَوْفِيًا لِشُرُوْطِهِ وَإِنَّمَا يَجِبُ الإِعْتِقَادُ عَلَى مَا هُوَ صَرِيْحٌ فِى ذَالِكَ فَقَطْ وَلاَ تَجُوْزُ الزِّيَادَةُ عَلَى مَاهُوَ قَطْعِىٌّ بِظَنِّىٍّ لِقَوْلِهِ تَعَالَ: إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا (يُونُس: 36). وَشَرْطُ صِحَّةِ الإِعْتِقَادِ فِى ذَالِكَ أَنْ لاَ يَكُونُ فِيهِ شَيئٌ يَمَسُّ التَّنْـزِيْهَ وَعُلُوَّ الْمَقَامِ الْاِلهِىِّ عَنْ مُشَابَحَةِ الْمَخْلُوْقِينَ فَاِنْ وَرَدَ مَا يُوْهِمُ ظَاهِرُهُ ذَالِكَ فِى الْمُتَوَاتِرِ وَجَبَ الإِعْرَاضُ عَنْهُ بِالتَّسْلِيْمِ لِلّهِ فِى العِلْمِ بِمَعْنَاهُ مَعَ الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ الظَّاهِرَ غَيْرُ المُرَادِ أََوْ بِتَأْوِيلٍ تَقُومُ عَلَيهِ القَرَائِنُ الْمَقْبُوْلَةُ.



PERHATIAN

Kita wajib percaya akan hal yang di bawa oleh Nabi s.a.w. yakni Al-Qur’an dan berita dari Nabi s.a.w yang mutawattir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang wajib kita percayai hanyalah yang tegas-tegas saja, dengan tidak boleh menambah – nambah keterangan yang sudah tegas – tegas itu dengan keterangan berdasarkan pertimbangan (perkiraan), karena firman Allah: “Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” (Surat Yunus:36). Adapun syarat yang benar tentang kepercayaan, dalam hal ini ialah jangan ada sesuatu yang mengurangi keangungan dan keluhuran Tuhan, dengan mempersamakan-Nya dengan makhluk. Sehingga andaikata terdapat kalimat-kalimat yang kesan pertama mengarah kepada arti yang demikian, meskipun berdasarkan berita yang mutawattir (menyakinkan), maka wajiblah orang mengabaikan makna yang tersurat dan menyerahkan tafsir arti yang sebenarnya kepad Allah dengan kepercayaan bahwa yang terkesan pertama pada pikiran bukanlah yang dimaksudkan, atau dengan takwil yang berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima.



الإِيمَانُ بِالرُّسُلِ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنُ بِاَنَّ الله الحَكِيْمَ اَرْسَلَ رُسُلاً لِهِدَايَةِ النَّاسِ إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ (39) وَ الرُّسُلُ هُمْ بَشَرٌ مِثْلُنَا يَأْكُلُونَ وَيَشْرَبُونَ وَيَمْشُونَ فِى الأَسْوَاقِ (40) اِصْطَفَاهُمْ الله لِرِسَالَتِهِ وَاخْتَصَّهُمْ بِالْوَحْىِ وَهُمْ صَادِقُونَ (41) أُمَنَاءُ (42) مُبَلِّغُونَ الرِّسَالَةَ (43) فُطَنَاءُ يَفْهَمُونَ وَ يُفْهِمُونَ (44) وَاَنَّهُمْ بَشَرٌ يَعْتَرِيْهِمْ مَايَعْتَرِى سَائِرُ الاَفْرَادِ مِمَّا لاَ يَمَسُّ كَرَامَتَهُمْ فِى مَرَاتِبِهِمُ العاَلِيَةِ (45). وَمِنَ الرُّسُلِ الَّذِيْنَ وَرَدَتْ اَسْمَاءُ هُمْ فِى القُرْآنِ هُمْ اَدَمُ, إِدْرِيْسُ, نُوْحٌ, هُوْدٌ, صَالِحٌ, إِبْرَاهِيمُ, اِسْمَاعِيْلُ, اِسْحَاقُ, يَعْقُوبُ, يُوسُفُ, لُوطٌ, اَيُّوبُ, شُعَيْبٌ, مُوسَى, هَارُونُ, ذُوالكِفْلِ, دَاوُدَ, سُلَيمَانُ, اِلْيَاسُ. اَلْيَسَعُ, يُونُسُ, زَكَرِيَّا, يَحْيَى, عِيسَى, مُحَمَّدٌ عَلَيهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ (46) وَمِنهُمْ مَنْ لَمْ يَقْصُصْهُمُ الله عَلَيْنَا(47) وَاِنَّ مِنْ اُمَّةٍ اِلاَّ خَلاَفِيْهَا نَذِيْرٌ. (48) وَقَدْ اَيَّدَهُمُ الله بِالآيَاتِ وَالمُعْجِزَاتِ البَاهِرَةِ (49).

IMAN KEPADA RASUL

Kita wajib percaya bahwa Allah Yang Maha Bijaksana telah mengutus para rasul untuk memberi petunjuk ummat manusia akan jalan yang lurus. Mereka adalah pembawa berita gembira dan peringatan, agar bagi manusia tiada alasan untuk membantah Allah setelah diutusnya para Rasul (39). Para rasul itu adalah manusia seperti kita: makan, minum dan pergi ke pasar (40). Yang telah dipilih oleh Allah, menjadi utusan-Nya dan mengistimewakan mereka dengan diberi wahyu. Mereka adalah orang-orang yang jujur (41), terpercaya (42) menyampaikan tugas mereka (43) dan cerdas, dapat memhami dan memahamkan (44). Mereka adalah manusia yang mengalami yang biasa dialami oleh orang lain selagi tidak mengurangi kehormatan mereka dalam martabat mereka yang luhur (45). Diantara para Rasul yang tersebut nama mereka dalam qur’an adalah: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa. Yunus, Zakariya, Yahya, Isa dan Muhammad ‘alaihimus-shalatu wassalam (46).

Dan ada Rasul-rasul-Nya yang tidak diberitakan Allah kepada kita (47). Tiada ummat yang terdahulu melainkan pernah kedatangan Nabi (48). Dan Allah telah mengokohkan mereka dengan beberapa pembuktian dan segala macam mu’jizat yang nyata (49).



(39) وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلاً لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيْمًا. رُسُلاً مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ. (النّساء: 164-165).

(39) “Dan (Kami telah mengutus) beberapa Rasul yang telah Kuceritakan kepadamu dan ada pula yang tidak Ku-ceritakan kepadamu. Dan Allah telah berbicara benar-benar kepada Nabi Musa. (Mereka Kami utus ) selaku Rasul-Rasul yang memberi kabar gembira dan kabar yang menakutkan …..”.(An-nisa’:164-165)



(40) وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِي اْلأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً. (الفرقان: 20).

(40) “Dan tidaklah Aku mengutus beberapa utusan sebelummu, kecuali mereka itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Aku jadikan cobaan sebagianmu kepada yang lain.”(Al-Furqan: 20).

(41) وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوْا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ (الاحزاب: 22).

(41) “Dan ketika orang-orang mukmin melihat lawan-lawan bersekutu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan utusan-Nya dan benar-benar (tidak dusta)-lah Allah dan utusan-Nya itu.”(Ahzab:22).

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (مريم: 41)

“Perhatikanlah akan Nabi ibrahim dalam kitab, sesungguhnya ia benar dan menjadi Nabi.” (Maryam:41).

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولاً نَبِيًّا (مريم: 54)

“Perhatikanlah akan Isma’il dalam kitab, sesungguhnya ia benar janjinya dan ia adalah utusan dan Nabi.” (Maryam 54).

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (مريم: 56)

“Perhatikanlah akan Idris di dalam kitab, sesungguhnya ia adalah benar dan menjadi Nabi”. (Maryam:56).

(42) وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِيْنٍ (التّكوير: 24)

(42) “Dan tidaklah ia (Muhammad) menyembunyikan berita ghaib”. (At-Takwir:24).

(43) الَّذِينَ يُبَلِّغُوْنَ رِسَالاَتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلاَ يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلاَّ اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيْبًا (الاحزاب: 39)

(43) “Mereka yang telah menyampaikan risalah-risalah Allah dan takut kepada-Nya, serta tidak ada sesuatu yang ditakuti kecuali Allah, dan cukuplah Allah yang menghitung”. (Ahzab:39).



لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوْا رِسَالاَتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا (الجنّ: 28)

“Supaya ia mengetahui, bahwa mereka telah menyampaikan risalah-risalah tuhan mereka, dan pengetahuan-Nya meliputi apa yang ada di antara mereka dan menghitung bilangan segala sesuatu.”(Jin:28).

(44) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (القيامة: 19)

(44) “Kemudian atas tanggung jawab-Ku penjelasan Qur’an itu”.(Qiyamah:19)

(45) قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (الكهف: 110)

(45) “Katakanlah (olehmu Muhammad): Bahwasaya aku hanyalah manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: bahwasanya Tuhan kamu sekalian hanyalah Tuhan yang Esa. Maka barang siapa yang ada mengharap bertemu dengan Tuhannya, maka hendaklah beramal shaleh dan janganlah menyekutukan sesuatupun dalam berbakti kepada Tuhan-Nya”. (Kahfi:110).

(46) إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوْحٍ وَالنَّبِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَعِيْسَى وَأَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهَارُوْنَ وَسُلَيْمَانَ وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْرًا (النّساء: 163)

Sungguh telah Aku memberi wahyu kepadamu (Muhammad) sebagaimana yang telah Ku-berikan kepada Nabi Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya, begitu juga Aku telah memberikan wahyu-wahyu kepada Nabi-Nabi: Ibrahim, Ishaq, Yaqub, serta turunannya, serta Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan kepada dawud Kuberikan kitab Zabur”. (Nisa’:163).



وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلاً لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوْسَى تَكْلِيمًا (النّساء: 164)

“Dan (Kami telah mengutus) beberapa Rasul yang telah kuceritakan kepadamu dari yang sebelumnya dan ada pula beberapa Rasul yang tidak Ku-ceritakan kepadamu. Dan Allah benar-benar berbicara kepada Nabi Musa.” (Nisa’:164).

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ (الانعام: 83)

“Dan itulah Hujjah (pembuktian)-Ku yang Ku-berikan kepada Nabi Ibrahim untuk mengalahkan kaumnya, Aku mengangkat beberapa derajat orang yang Aku kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu maha bijaksana lagi maha mengetahui”.(An’am: 84).

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ كُلاًّ هَدَيْنَا وَنُوْحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوْسُفَ وَمُوْسَى وَهَارُوْنَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ (الانعام: 84)

“Dan Aku telah karuniakan kepada Ibrahim (keturunan) yaitu Nabi Ishaq dan Ya’qub, masing-masing Ku-berikan petunjuk kepada Nabi Nuh dan diantara keturunanya yakni Nabi Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikian juga Aku menganugerahi orang-orang yang berbuat baik.”(An’am: 85).

وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيْسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِيْنَ (الانعام: 85)

Dan Nabi Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas; kesemuanya dari orang-orang yang sahalih.”(An’am:86).

وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلاًّ فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِيْنَ (الانعام: 86)

“Dan Nabi Isma’il, Ilyasa’, Yunus dan Luth; dan kesemuanya telah Ku-berikan dari semua orang.”(An’am:87).

وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (الانبياء: 85)

“Dan Nabi Ismail, Idris dan Dzulkifli; kesemuanya dari orang-orang yang sabar”. (Anbiya’: 84).

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا (هود: 84).

“Dan kepada penduduk Madyan Aku telah mengutus saudara mereka yaitu Nabi Syu’aib. (Hud:84).

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا (هود: 61)

“Dan kepada kaum Tsamud Aku telah mengutus saudara mereka yaitu Nabi Shalih.” ( Hud: 61).

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا (هود: 50)

“Dan kepad kaum ‘Ad. Aku telah mengutus saudara mereka yaitu Nabi Hud.” (Hud: 50).

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيْسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَبِيًّا (مريم: 56)

“Perhatikanlah Nabi Idris dalam kitab, sesungguhnya ia benar lagi menjadi Nabi”. ( Maryam:56).

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى ءَادَمَ وَنُوْحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيْمَ وَءَالَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِيْنَ (ال عمران: 33)

“Sungguh Allah telah memilih Nabi Adam, Nuh, dan keturunan Nabi Ibrahim, keturunan Imran (melebihi) semua orang.” (Ali Imran: 33).

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ (الفَتح: 29)

“Muhammad adalah Utusan Allah dan orang-orang yang mengikutinya, sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan kasih sayang diantara sesama mereka…….”. (Fath:29).

(47) لِمَا تَقَدَّمَ فِى رَقْمِ

(47) “Sebagaimana yang tersebut pada nomer 39 di atas.

(48) إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلاَّ خَلاَ فِيْهَا نَذِيْرٌ (فاطر: 24)

(48) “Sungguh Aku telah mengutus engkau ( Muhammad) dengan membawa kebenaran untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Dan tidak ada sesuatu ummat yang dahulu, kecuali ada seorang (Nabi) yang memberi peringatan.” (Fathir:24)

(49) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيْهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوْا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيْدُ الْعِقَابِ (المؤمن: 22)

(49) “Yang demikian itu karena mereka telah kedatangan para utusan yang membawa tanda bukti, kemudian mereka kafir, maka Allah menimpakan siksanya.” (Mukmin:22).




تَنْبِيْهٌ

لَقَدْ ثَبَتَ بِاَنَّ مِمَّا تَتَنَا وَلُهُ القُدْرَةُ الاِلهِيَّةُ أَنْ تُصْدِرَ أُمُوْرًا خَارِقَةً لِلعَادَةِ حَصَلَتْ لِاَنْبِيَاءِالله, تَأْيِيْدًا لِرِسَالَتِهِمْ وَاِعْجَازًا لِمُعَارِضِيْهِمْ وَاَيَةً عَلَى مُنْكِرِيْهِمْ مِثْلَ مَاوَرَدَ فِى القُرْآنِ مِنْ عَدَمِ اِحْرَاقِ النَّارِ لِاِبْرَاهِيْمَ (50) وَانْقِلاَبِ العَصَا ثُعْبَانًالِمُوسَى (51) وَاِحْيَاءِ المَوْتَى لِعِيْسَى(52) واِنْزَالِ القُرْاَنِ لِمُحَمَّدٍ (53) وَغَيرِ ذَالِكَ مِمَّا وَرَدَ فِى مَوَاضِعَ مُتَعَدِّدَةٍ وَكُلُّ مَاوَرَدَ مِنْ ذَالِكَ فَهُوَ حَقٌّ يَجِبُ الإِيْمَانُ بِهِ.



PERHATIAN

Adalah suatu kebenaran, bahwa kekuasaan Allah dapat mengadakan hal-hal yang menyimpang dari hukum kebiasaan yang pernah berlaku bagi para Nabi untuk menguatkan penugasan dan menundukkan lawan-lawan mereka dan tanda kebenaran mereka terhadap mereka yang mengingkari, misalnya apa yang tersebut dalam Qur’an : api yang tak membakar Nabi Ibrahim (50), tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular (51), Nabi Isa yang dapat menghidupkan kembali orang mati (52), dan diturunkannya al-Qur’an bagi Nabi Muhammad (53) ,dan lain sebagainya yang tersebut dalam beberapa ayat, dan semua itu adalah hal yang wajib diimani.

(50) قُلْنَا يَانَارُ كُوْنِي بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيْمَ (الانبياء: 69)

(50) “Aku berkata: Hai api! Jadilah dingin dan selamatkanlah Ibrahim“. (Anbiya’: 69).

(51) فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِيْنٌ (الاعراف: 107)

(51) “Kemudian Nabi Musa melemparkan tongkatnya, seketika menjadi ular yang nyata.” (A’raf:107).

(52) وَرَسُوْلاً إِلَى بَنِي إِسْرَائِيْلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّيْنِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ اْلأَكْمَهَ وَاْلأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ فِي بُيُوْتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ (ال عمران: 49)

(52) “Dan sebagai utusan kepada Bani Israil ( berkata): Sungguh aku telah datang kepadamu dengan membawa bukti dari tuhanmu, bahwasanya aku membuat untukmu seperti burung dari tanah lalu aku tiup, maka akan jadilah burung atas idzin Allah. Aku menyembuhkan orang buta dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah; begitu juga aku memberitakan kepadamu akan apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di dalam rumah-rumahmu. Yang demikian itu adalah menjadi bukti bagimu, kalau kamu beriman”.(Ali Imran:49).

(53) قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لاَ يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا (الاسراء: 88)

(53) “ Katakanlah : Kalaupun manusia dan jin berkumpul untuk mengadakan seperti Quran ini, tentulah tidak akan mampu mengadakannya meskipun sebagian menolong sebagian yang lain”. (Isra’:88).



الإِيْمَانُ بِا لْيَوم ِالآخِرِ

يَجِبُ عَلَيْنَا اَنْ نُؤْمِنَ بِا لْيَوم ِالآخِرِ وَمَا اشْتَمَلَ عَلَيهِ مِنْ خَرَابِ هَذِهِ العَوَالِمِ وَمَا اَخْبَرَ بِهِ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَتَوَاتَرَ مِنَ البَعْثِ (54) وَالنَّشْرِ (55) وَالحِسَابِ   (56) وَالجَزَاءِ (67) فَيَقْضِى الله بَيْنَهُمْ فَمِنْهُمْ مَنْ يَدْخُلُ النَّارَ خَالِدًا فِيْهَا وَلاَ يَخْرُجُ مِنْهَا وَهُمُ الكَافِرُوْنَ وَالْمُشْرِكُوْنَ (58) وَمِنْهُمْ مَنْ يَدْخُلُ فِيْهَا ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْهَا وَهُمُ الْمُؤْمِنُونَ العَاصُوْنَ (59) وَمِنْهُمْ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ فَيَخْلَدُ وَهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ الصَّادِقُونَ    (60)



IMAN PADA HARI KEMUDIAN

Kita wajib percaya tentang adanya hari akhir dan segala yang terjadi di dalamnya tentang kerusakan ‘alam ini’, serta percaya akan hal-hal yang diberitakan oleh Rasulullah dengan riwayat mutawattir tentang kebangkitan dari kubur (54), pengumpulan di Makhsyar (55), pemeriksaan (56) dan pembalasan (57). Maka Allah memberi keputusan tentang perbuatan orang, lalu ada yang masuk neraka selama-lamanya tidak keluar dari padanya, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik (58), dan ada yang masuk kemudian keluar dari neraka, yaitu orang-orang mukmin yang berbuat dosa (59) dan ada yang masuk sorga dan kekal, yaitu orang-orang mukmin yang benar-benarnya (60).


(54) زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوْا (التغابن: 7)

(54) “Orang-orang kafir beranggapan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan.” ( Taghabun: 7).

وَنُفِخَ فِي الصُّوْرِ فَإِذَا هُمْ مِنَ اْلأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ. قَالُوْا يَاوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ. إِنْ كَانَتْ إِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ (يس: 51-53)

“Dan setelah sangkakala di tiup mereka keluar dari kubur bergegas ke Tuhan mereka. Mereka berkata: celakalah kami, siapakah kami yang membangkitakan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang telah dijanjikan oleh Yang Maha Pemurah, dan benarlah Rasul-rasul. Tidak adalah tiupan itu kecuali hanya sekali, maka tiba-tibalah mereka semua dihadapan-Ku”. (Yasin:51-53).

ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُوْنَ (المؤمنون: 16)

“Kemudian kamu semua dibangkitkan kelak pada hari kiamat”. (Mukminun: 16).

(55) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ ذَلُوْلاً فَامْشُوْا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ(الملك: 15)

(55) “Dia (Allah) itulah yang telah menjadikan bumi mudah (digarap) oleh kamu, maka jelajahilah pelosok-pelosoknya dan makanlah dari rizki-Nya. Dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (Mulk: 15

(56) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ (ابْرَاهيم: 41).



(56) “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua ayah-bundaku dan orang-orang mukmin pada hari berlakunya pengadilan( Hari Qiyamat).” (Ibrahim:41).

وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لاَ يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (المؤمن: 27)

“Dan berkata Nabi Musa: sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang takabbur (sombong) yang tidak percaya pada Hari hisab” (Qiyamat). (Mu’min 27).



(57) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لاَ ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ (المؤمن: 17)

(57) “Pada Hari ini (Qiyamat) dibalaslah tiap-tiap orang atas segala perbuatannya, pada hari itu tidak ada kezhaliman. Sesungguhnya Allah itu sangat cepat penghisabannya”.(Mu’min:17).

(58) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (البيّنة: 6)

(58) “Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik itu, di dalam neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka itulah sejahat-jahat makhluk.”( Bayyinah:6).

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ص م: إِذَا صَارَ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَى الْجَنَّةِ وَأَهْلُ النَّارِ إِلَى النَّارِ جِئَ بِالْمَوْتِ حَتَّ يَجْعَلَ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُذْبَحُ ثُمَّ يُنَادِى مُنَادٍ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُوْدٌ فَلاَ مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُوْدٌ فَلاَ مَوْتَ. فَيَزْدَادُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَرَحًا إِلَى فَرَحِهِمْ وَ أَهْلُ النَّارِ حُزْنًا إِلَى حُزْنِهِمْ. (أَخْرَجَهُ الشَّيْخَانِ وَاللَّفْظُ لَهُمَا وَالتِّرْمِذِىُّ بِمَعْنَاهُ) تَيْسِيْرُ الوُصُوْلِ جُزْءُ: 4 ص 121 طبعة 1346, الفَصْلُ الخَامِسُ فِى ذِكْرِ الشَّفَاعَةِ مِنْ كِتَابِ الْقِيَامَةِ).

Hadist dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “ Apabila penghuni Syurga itu telah menuju ke Syurga dan penghuni Neraka menuju ke Neraka, maka (diperagakan) ”kematian” dibawa di antara Syurga dan Neraka, lalu disembelih, kemudian diserukan (Malaikat); Hai penghuni Syurga, kekallah kamu dan tidak akan mati. Maka bertambah gembiralah penghuni Syurga dan bertambah sedihlah penghuni Neraka”. (Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, begitu juga dengan Tirmidzi dengan lafal yang sama maknanya). Tersebut dalam Kitab Taisirul-Wushul, Juz IV, halaman 21, cetakan tahun 1346 H, fasal 5 tentang Dzikir –Syafa’ah dari bab Qiyamat.

(59) عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ رَضِىَ الله عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ ص م قَالَ اِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ يَقُوْلُ اللهُ: مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ فَاَخْرِجُوْهُ لِيَخْرُجُوْنَ. (رواه البخارى).

(59) “Dari Abi Sa’id al Khudri r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. telah bersabda: Apabila ahli syurga itu telah masuk Neraka,” maka Allah berfirman: Barang siapa di dalam hatinya ada iman sekalipun sebesar biji sawi, keluarkanlah ia (dari Neraka), lalu mereka keluar…..”.( Diriwayatkan oleh Bukhari ).

(60) إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُوْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ (التّوبة: 111).

(60) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin, jiwa dan harta benda mereka dengan syurga; mereka berperang pada jalan Allah, lalu ada yang membunuh dan ada yang terbunuh….” (Taubah11).

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيْهَا نَعِيْمٌ مُقِيْمٌ. خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا (التّوبة: 21-22)

“Tuhan menggembirakan mereka dengan rahmat, keridhaan dan syurga mereka memperoleh kesenangan yang tetap, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” ( TAubah : 21-22)



الاِيمَانُ بِالقَضَاءِ وَالقَدَرِ

يَجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نُؤْمِنَ بِأَنَّ اللهَ خَلَقَ كُلَّ شَيئٍ (6) وَأَمَرَ وَنَهَى (62) وَكَانَ أَمْرُاللهِ قَدَرًا مَقْدُوْرًا (63) وَأَنَّ اللهَ قَدَّرَ كُلَّ شَيئٍ قَبْلَ خَلْقِ الْخَلْقِ يُصَرِّفُ الكَائِنَاتِ عَلَى مُقْتَضَى عِلْمِهِ وَاخْتِيَارِهِ وَحِكْمَتِهِ وَإِرَادَتِهِ (64) وَالاَفْعَالُ الصَّادِرَةُ عَنِ الْعِبَادِ كُلُّهَا بِقَضَاءِ اللهِ وَقَضَرِهِ (65) وَلَيْسَ لِلعِبَادِ اِلاَّ الإِخْتِيَارِ.

فَالتَّقْدِيْرُ مِنَ اللهِ وَالكَسْبُ مِنَ الْعِبَادِ فَحَرَكَةُ الْعَبْدِ بِاعْتِبَارِ نِسْبَتِهَا إِلَى قُدْرَتِهِ تُسَمَّى كَسْبًا لَهُ (66) وَ بِاعْتِبَارِ نِسْبَتِهَا قُدْرَةِ اللهِ خَلْقًا (67) وَالْعِبَادُ يَتَصَرَّفُ نَصِيْبَهُ مِمَّا اَنْعَمَ اللهُ بِهِ عَلَيْهِ مِنَ الرِّزْقِ وَغَيْرِهِ (68).

IMAN KEPADA QADLA DAN QADAR

Kita wajib percaya bahwa Allahlah yang telah menciptakan segala sesuatu (61) dan dia telah menyuruh dan melarang (62). Dan perintah Allah adalah kepastian yang telah ditentukan (63). Dan bahwasanya Allah telah menentukan segala sesuatu sebelum Dia menciptakan segala kejadian dan mengatur segala yang ada dengan pengetahuan, ketentuan, kebijaksanaan dan kehendak-Nya (64). Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya atas Qadla’dan Qadar-Nya (65), sedangkan manusia sendiri hanya dapat berikhtiar.

Dengan demikian, maka segala ketentuan adalah dari Allah dan usaha adalah bagian manusia. Perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan hasil usaha sendiri (66). Tetapi ditilik dari segi kekuasaan Allah, perbuatan manusia itu adalah ciptaan Allah (67). Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya berupa rizki dan lain-lain (68).


(61) ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوْهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلٌ (الانعام:102)

(61) “Itulah dia Allah kamu sekalian, tidak ada tuhan berhak disembah selain Allah, yang menciptakan segala sesuatu.”(An’am:102).

(62) إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ (النحل: 90)

(62) “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebaikan dan memberi kepada sanak kerabat, serta melarang kekejian, kemunkaran dan kedurhakan. Allah menasehatkan kepadamu, agar kamu selalu ingat”. (Nahl:90).

(63) مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيْمَا فَرَضَ اللهُ لَهُ سُنَّةَ اللهِ فِي الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللهِ قَدَرًا مَقْدُوْرًا (الاحزاب: 38)

(63) “Sama sekali tiada rasa sempit bagi Nabi terhadap apa yang ditentukan oleh Allah, demikianlah sunnah Allah (hukum qudrat iradat Allah) terhadap orang-orang sebelumnya. Dan hukum Allah itu adalah ketentuan yang pasti.”(Ahzab:38).

(64) مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيْرٌ (الحديد: 22)

(64) “Tidaklah ada musibah yang menimpa di bumi dan tidak ada musibah yang menimpa dirimu, kecuali tertulis di dalam kitab, sebelum Aku menciptakan. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”. (Hadid:22).

اِنَّا كُلَّ شَيئٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ (القمر: 49).

“Sungguh segala sesuatu itu Aku  jadikan dengan ketentuan (ukuran)”. (Qamar:49).

(65) وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ (الصَّافَّات: 96)

(65) “Allah yang telah menjadikan kamu dan apa yang telah kamu kerjakan”.(Shaffat: 96).

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ (القصص: 68)

“Dan Allah itu yang menjadikan apa yang Ia kehendaki dan apa yang ia pilih. Tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan maha luhur dari apa yang mereka sekutukan. (Qashaah : 68).

(66) وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ (البلد: 10)

(66) “Dan kami telah menunjukkan manusia dengan dua jalan.”(Balad: 10).

فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَاهَا (الشمس: 

“Lalu mengilhamkan kepadanya kejahatannya dan kebaikannya”. (Syams:8).

(67) لِمَا تَقَدَّمَ فِى رَقْمِ 65
(67) “Sebagaimana tersebut  pada nomer 65.

(68) يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ (البقرة: 168)

(68) “Hai semua manusia, makanlah apa yang ada di bumi ini, yang halal lagi yang baik; dan jangan kamu mengikuti langkah syetan. “Sesungguhnya syetan itu musuhmu yang paling nyata”. (Baqarah:168)

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ (البقرة:172)

“Hai orang-orang yang beriman makanlah kamu dari rizki yang baik yang telah kuberikan kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada Allah, bila benar-benar kamu berbakti kepada-Nya”. (Baqarah:172).

فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَ لاً طَيِّبًا وَاشْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ (النّحل: 114)

“Maka makanlah kamu apa yang telah diberikan oleh Allah. Yang halal lagi baik dan bersyukurlah atas segala ni’mat Allah, bila kamu benar-benar hanya berbakti kepadanya.”(Nahl:114).




خَاتِمَةٌ

هَذِِهِ هِىَ أُصُوْلُ الْعَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ وَرَدَبِهَا القُرْآنُ وَالسُّنَّةُ وَشَهِدَتْ بِهَا الاَثَارُ المُتَوَاتِرَةُ. فَمَنِ اعْتَقَدَ جَمِيْعَ ذَالِكَ مُوْقِنًا بِهِ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْحَقِّ وَالسُّنَّةِ وَفَارَقَ أَهْلَ الْبِدْعَةِ وَالضَّلاَلِ. فَنَسْأَلُ اللهَ كَمَالَ الْيَقِيْنِ وَالثَّبَاتَ فِى الدِّيْنِ لَنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ, اِنَّهُ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.


PENUTUP


Inilah pokok-pokok ‘aqidah yang benar terdapat dalam quran dan hadits yang dikuatkan oleh pemberitaan-pemberitaan yang mutawattir. Maka barang siapa percaya akan semua itu dengan kenyakinan yang teguh, masuklah ia kepada golongan mereka yang memegang kebenaran dan tuntunan Nabi serta lepas dari golongan ahli bid’ah dan kesesatan. Selanjutnya kita mohon kepada Allah kenyakinan yang kuat dan keteguhan menjalankan agama-Nya. Kita berdo’a untuk kita seluruh ummat Islam. Sesungguhnya Tuhanlah Yang Maha Penyayang.  Semoga Allah melimpahkan kemurahan kepada junjungan Nabi Muhammmad s.a.w. penutup para Nabi dan Rasul serta kepada keluarga dan sahabatnya.