Populer

Senin, 30 Mei 2016

KITAB THAHARAH [HPT]


THAHARAH


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (المائدة: 6)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu berjunub maka bersuci (mandi) lah. Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air (buang hajat) atau kamu sentuh wanita (bersetubuh), dan tidak kamu dapati air maka bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih maka usaplah mukamu dan tanganmu dengan debu itu”. Allah tidak menginginkan kesempitan kepadamu, tetapi hendak mensucikan kamu dan menyempurnakan ni’matnya kepadamu, supaya kamu bersyukur”. ( Qs. Maidah ayat 6).

اِذَا تَوَضَأْتَ فَقُلْ: بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحيْم)ِ (1) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ لِلّهِ.(2) وَاغْسِلْ كَفَّيْكَ ثّلاَثًا (3) وَاسْتَنَّ باِلاَرَاكِ اَوْ نَحْوِهِ (4) ثُمَّ تَمَضْمَضْ وَاسْتَنْشِقْ مِنْ كَفٍّ وَاحِدٍ وَاسْتَنْثِرْ تَفْعَلُ ذَالِكَ ثَلاَثًا (5) وَبَالِغْ فِيْهِمَا مَالَمْ تَكُنْ صَائِمًا (6) ثُمَّ اغْسِلْ وَجْهَكَ ثَلاَثًا بِمَسِّ المَاءَقَيْنِ (8) وَاِطَالَةِ غَسْلِهِ (9) مَعَ الدّلْكِ (10) وَتَخَلَّل لِـحْيَتَكَ (11) ثُمَّ اغْسِلْ يَدَيْكَ مَعَ المِرْفَقَيْنِ بِالدَّلْكِ ثَلاَثًا (12) وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ (13) مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهَمَا (14) وَابْدَأْ بِالْيُمْنَى (15) ثُمَّ امْسَحْ بِرَأْسِكَ (16) اَوْ بِنَاصِيَتِكِ وَعَلَى العِمَامَةِ (17) بِاِمْرَارِ اليَدَيْنِ مِنْ مُقَدَّمِهِ اِلَى القَفَا وَرَدِّهِمَا اِلَيْهِ (18) ثُمَّ امْسَحِ الاُذُنَيْنِ ظَاهِرَهُمَا بِالاِبْهَامَيْنِ وَبَاطِنَهُمَا بِالسَّبَّابَتَيْنِ (19) ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَيْكَ مَعَ الكَعْبَيْنِ بِالدَّلْكِ ثَلاَثًا (20) وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهِمَا (21) وَابْدَأْ بِاليُمْنَى (22) وَتَعَهَّدْ غَسْلَهُمَا (23) ثُمَّ قُلْ: أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ الاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ (24).

Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah: “Bismillahirrahmanirrahim”. (1) dengan mengikhlaskan niatnya karena Tuhan Allah (2) dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali (3) gosoklah gigimu dengan Kayu arok atau sesamanya. (4) kemudian berkumurlah dan isaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah; kamu kerjakan yang demikian 3 kali (5) sempurnakanlah dalam berkumur dan mengisap air itu, apabila kamu sedang tidak berpuasa (6); kemudian basuhlah mukamu tiga kali (7) dengan mengusap dua sudut matamu (8) dan lebihkanlah membasuhnya (9) dengan digosok (10)dan selai-selailah jenggotmu (11); kemudian basuhlah (kedua) tanganmu dan kedua sikumu dengan digosok tiga kali (12) dan selai-selailah jari-jarimu (13), dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu mulai tangan kanan (15); lalu usaplah ubunmu dan atas surbanmu (16); dengan menjalankan kedua telapak tangan (17) dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada permulaan (18); kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan telunjuk (19) lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan  digosok tiga kali (20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah dengan yang kanan (22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23) kemudian ucapkan “Asyhadu alla-ila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu-wa rasu-luh (24)”.


الاَدِلَّةُ
(1) لِخَبَرِ النَّسَائِى بِاسْنَادٍ جَيِّدٍ: تَوَضَّؤُا بِاسْمِ اللهِ. قَالَ الحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ فِى تَخْرِيْجِ اَحَادِيْثِ الاَذْكَارِ: هَذَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ. قَالَ النَّوَوِىُّ بَعْدَ اِيْرَادِ الحَدِيْثِ عَنْ اَنَسٍ بِطُولِهِ: وَاِسْنَادُهُ جَيِّدٌ. وَلِحَدِيْثِ: كُلُّ اَمْرٍ ذِىْ بَالٍ لاَيُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَقْطَعُ. رَوَاهُ عَبْدُ القَادِرِ الرُّهَاوِى عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ.


الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(1) Karena hadits dan Nasa’i dengan sanad yang baik : “Wudlu-lah kamu dengan membaca “Bismillah!”. Ibnu Hadjar menyatakan dalam kitab “Takhrij Ahadits al-Adzkar”, bahwa hadits ini hasan shahih, Imam Nawawi setelah membawakan hadits dari Anas seluruhnya, menyatakan bahwa hadits itu sanadnya baik. Dan menurut hadits: “segala perkara yang berguna, yang tidak di mulai dengan Bismillahirrahmanirrahim itu tidak sempurna.” (Diriwayatkan oleh Abdul-Kadir Arruhawi dari Abu Hurairah ).

(2) لِحَدِيْثِ: اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ. (3) لِحَدِيْثِ حُمْرَانَ: اِنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنَى اِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ ثُمَّ مَسَحَ بَرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى اِلَى الكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ  ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ. ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.(4) لِحَدِيْثِ: لَولاَ اَنْ اَشُقَّ عَلَى اُمَّتِى لَاَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ. اَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَاَحْمَدُ وَالنَّسَائِى وَصَحَّه.ُ وَ لِحَدِيْثٍ رَوَاهُ البُخَارِىُّ فِى تَارِيْخِهِ وَالطَّبَرَانِىُّ عَنْ اَبِى خَيْرَةَ الصُّبَاحِىِّ رَضِىَاللهُ عَنْهُ: كُنْتُ فِى وَفْدِ عَبْدِ القَيْسِ الَّذِيْنَ وَفَدُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَمَرَ لَنَا بِاَرَاكٍ فَقَالَ: امْتَاكُوا بِهَذَا.(5)  لِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ آنِفًا, وَلِحَدِيْثِ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ: ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا. اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِى. وَلِحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ, ثُمَّ اَدْخَلَ يَدَهُ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدٍ يَفْعَلُ ذَالِكَ ثَلاَثًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ: اَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَضْمَضةِ وَالاِسْتِنْشَاقِ. رَوَاهُ الدَّارُ قُطْنِىِّ.

(2) Karena hadits: “sesuangguhnya pekerjaan itu disertai dengan niyatnya. (3) Karena hadits dari Humran: “Sungguh ‘Utsman telah minta air wudlu, maka dicucinya kedua telapak tanganya tiga kali, lalu berkumur dan mengisap air dan menyemburkan, kemudian membasuhnya tiga kali, lalu membasuh tangannya yang kanan sampai sikunya tiga kali dan yang kiri seperti demikian itu pula, kemudian mengusap kepalanya lalau membasuh kakinya yang kanan sampai kepada dua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti itu pula. Lalu berkata : ”Aku melihat Rasulullah s.a.w. wudlu seperti wudlu ini. ”(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). (4) Karena hadits: ” Kalau aku tidak khawatir akan menyusahkan ummatku, niscaya aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) pada tiap wudlu”. (Diriwayatkan oleh Malik, ahmad dan Nasa’i serta dishahihkannya). Dan karena hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dalam tarikhnya dan Thabrani dari Abu Khairah Shubahi r.a.” Dahulu saya termasuk utusan Abdul Qais yang menghadap Rasulullah, maka Rasulullah menyuruh mengambilkan kayu Arok, lalu bersabda:” bersiwaklah dengan ini”. (5) Karena hadits Humran tersebut nomor 3. Dan menurut hadits dari ‘Ali r.a dalam sifatnya wudlu:” kemudian berkumur dan menyemburkannya tiga kali”. (diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i).

Dan karena hadits dari Abdullah bin Zaid dalam sifatnya wudlu: “Kemudian memasukkan tangannya, maka berkumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah: beliau mengerjakan demikian tiga kali”.(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Dan menurut hadits Abu Hurairah: “Rasulullah memerintahkan berkumur dan mengisap air”. (Diriwayatkan oleh Daraquthni).

(6) لِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ: اَسْبِغِ الوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الاَصَابِعِ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ اِلاَّ اَنْ تَكُونَ صَائِمًا. اَخْرَجَهُ الاَرْبَعَةُ وَصَحَّهُ اَبُو هُزَيْمَةَ. وَفِى رِوَايَةِ الدَّوْلاَبِى صَحَّحَ ابْنُ القَطَّانِ اِسْنَادَهَا: اِذَا تَوَضَّأْتَ فَاَبْلِغْ فِى الْمَضْمَضَةِ وَ الاِسْتِنْشَاقِ مَالَمْ تَكُنْ صَائِمًا   (7) لِلأَيَةِ المّذْكُورَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3-(ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ).

 (6) Karena hadits Laqith bin Shaburah: “Sempurnakanlah wudlu, selai‑selailah di antara  jari‑jari dan sempurnakanlah dalam mengisap air, kecuali kamu sedang berpuasa.”, (Diriwayatkan oleh Imam Empat: Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah) dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). Dan dalam riwayat Daulabi, yang dishahihkan oleh Ibnu Qaththan dalam isnad‑nya: “A­pabila kamu wudlu, maka sem­purnakanlah dalam berkumur dan mengisap air, kecuali kalau kamu berpuasa.(7) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan: basuhlah (cucilah) mukamu: dan hadits Humran tersebut no.3. Kemudian membasuh mukanya tiga kali.

(8) وَلِحَدِيْثِ اَبُو دَاوُدَ بِاِسْنَادٍ جَيِّدٍ عَنْ اَبِى اُمَامَةَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ المَاقَيْنِ فِى الوُضُوءِ (9) لِمَا ثَبَتَ مِنْ حَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ عِنْدَ مُسْلِمٍ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَنْتُمُ الغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَومَ القِيَامَةِ مِنْ اِسْبَاغِ الوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَاليُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ. (10) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ اَنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا, يَدْلُكُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ.              (11) لِحَدِيْثِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ اَنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَلَّلُ لْحِيَتَهُ فِى الوُضُوءِ. اَخْرَجَهُ التِّرْمِذِى وَصَحَّحَهُ خُزَيْمَةَ وَالدَّارُ قُطْنِى وَالحَاكِمُ.

(8) Menurut hadits Abu Dawud dengan isnad yang baik, dari Abi Umamah: “Rasulullah s.a.w. mengusap dua sudut mata dalam wudlu”.(9) Menurut hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim, bahwa Ra­sulullah s.a.w. bersabda: “Kamu sekalian bersinar: muka, kaki dan tanganmu di hari kernudian. Sebab menyempurnakan wudlu, maka siapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinarnya”. (10) Karena hadits Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim, bahwa Rasulullah s.a.w. wudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni “menggosok”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). (11) Karena, hadits ‘Utsman bin ‘Affan, bahwa Rasulullah s.a.w. mensela‑selai janggutnya dalam wudlu. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Daraquthni dan Hakim).

(12) لِلآيَةِ السَّابِقَةِ (وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى المَرَافِقِ), وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3- (ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنَى اِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ). وَلِحَدِيْثِ عَبْدِالله بْنِ زَيْدِبْنِ عَاصِمٍ آنِفًا. وَحَدِيْثِهِ اَيْضًا قَالَ: اِنَّ  النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُتِىَ بِثُلُثَىْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَيْهِ اَخْرَجَهُ اَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ.

 (12) Karena ayat dalam pendahuluan: Dan tanganmu sampai ke siku. Dan hadits Humran himpunan putusan majlis tarjih no. 3 Lalu membasuh tangannya yang kanan sampai sikunya tiga kali, dan yang kiri seperti itu pula. Dan karena hadits dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim tersebut no. 10 dan haditsnya ju­ga bahwa Nabi s.a.w. diberi air dua pertiga mud (±1,5 liter) lalu menggosok dua lengannya. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

(13) لِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-6-(وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ) (14) وَلِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-9- (فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ) (15) لِمَا وُرِىَ عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (16) لِلآيَةِ (وَامْسَحُوا بِرُؤُسِكُمْ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3-(ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ). (17) وَلِحَدِيْثِ المُغِيْرَةِ عِنْدَ مُسْلِمٍ وَاَبِى دَاوُدَ وَ التِّرْمِذِىِّ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِِ.

(13) Karena hadits Laqith tersebut no. 6: Sela‑selailah di antara jari-jari. (14) Menurut hadits Abu Hurairah tersebut nomor 9: supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kaki. (15) Menurut yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah, telah berkata: bahwa Rasulullah s.a.w. suka men­dahulukan kanannya, dalam memakai sandalnya, bersisirnya, bersucinya dan dalam segala. hal‑nya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). (16) Karena ayat: dan usaplah kepalamu, dan hadits Humran tersebut nomor 3: kemudian mengusap kepalanya. (17) Menurut hadits Mughirah pada riwayat Muslim Abu Dawud dan Tirmidzi, bahwa Nabi s.a.w.berwudlu lalu mengusap ubun-ubun dan atas surbannya.

(18) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ قَالَ: وَبَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا اِلَى المَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(18) Karena hadits Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim dalam sifat wudlu, ia berkata: “Dan memulai dengan permulaan kepalanya se­hingga menjalankan kedua tangannya sampai pada tengkuknya, kemudian mengembalikanya pada tempat memulainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhad dan Muslim).

(19) لِحَدِيْثِ  عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ فِى صِفَةِ الوُضُوءِ قَالَ:ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَ اَدْخَلَ اِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَتَيْنِ فِى اُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِاِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ اُذُنَيهِ. اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِى وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ.

(20) لِلآيَةِ (وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الكَعْبَيْنِ ) وَلِحَدِيْثِ حُمْرَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-3- ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى اِلَى الكَعْبَيْنِ ثُمَّ اليُسْرَى  مِثْلَ ذَالِكَ). وَحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ المُتَقَدِّمِ فِى-10-(يَدْلُكُ) (21) َلِحَدِيْثِ لَقِيْطِ بْنِ صَبُرَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-6-(وَخَلَّلَ بَيْنَ الاَصَابِعِ). وَحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ فِى-9-(فَليُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ).

(19) Menurut hadits Abdullah bin Umar tentang sifatnya wudlu ia berkata: “Lalu, mengusap kepalanya dan memasukkan kedua telunjuknya pada kedua telinganya dan mengusapkan kedua ibu jari pada kedua telinga yang luar, serta kedua telunjuk mengusapkan pada kedua telinga yang luar serta kedua telunjuk mengusapkan pada kedua telinga yang sebelah dalam”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasai, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

(20) Karena melihat ayat: dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan hadits Humran tersebut no. 3: lalu mencuci kakinya yang kanan sampai kedua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti  demikian itu pula. Dan hadist Abdullah tersebut no. 10: menggosok.  (21) Menurut hadits laqith bin Saburah tersebut no.6 : sela‑selailah di antara jari‑jari. Dan hadits Abu Hurairah nomor 9: (supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kakinya).

 (22) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-15- (كَانَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ). (23) لِحَدِيْثِ عُمَرَبْنِ الخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ اّنَّ رَجُلاً جَاءَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَوَضَّأَ وَتَرَكَ عَلَى قَدَمَيْهِ مِثْلَ مَوْضِعِ الظُّفْرِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ فَاَحْسِنِ الوُضُوءَ. قَالَ: فَرَجَعَ فَتَوَضَّاَ فَصَلَّى اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ. وَلِحَدِيْثِ: وَيْلٌ لَلاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ عَنِ ابْنِ عَمْرٍ وَابْنِ العَاصِ.

(22) Karena. hadits ‘Aisyah r.a: tersebut nomor 15: Rasulullah s.a.w. suka mendahulukan kanannya. (23) Menurut Hadits ‘Umar bin Khathab r.a.: “Sungguh telah datang seorang kepada Nabi s.a.w. ia telah berwudlu tetapi telah meninggalkan sebagian kecil telapak kakinya selebar kuku: maka bersabda Rasulullah s.a.w.: kembali dan perbaikilah wudlumu.” Berkata ‘Umar. “Orang itu lalu kembali berwudlu lalu shalat, ” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud) Dan karena hadits: “Neraka Wail itu bagi orang yang tidak sempurna men­cuci tumitnya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Amer bin ‘Ash).

(24) لِمَا رَوَى عُمَرُبْنُ الخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اَنَّهُ قَالَ آنِفًا: مَا مِنْكُمْ مِنْ اَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الوُضُوءَ ثُمَّ يَقُوْلُ: لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ, اِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ اَيِّهَا شَاءَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَ اَحْمَدُ وَ اَبُو دَاوُدَ.

(24) Menurut hadits dari ‘Umar bin Khathab r.a. bahwa dia telah berkata: Nabi s.a.w. tadi bersabda: “Tidak ada seorang dari kamu yang berwudlu dengan sempurna lalu mengucapkan: Asyhadu alla‑ ila‑ha illa‑Ilahu-wa-asyhadu anna- Muhammadan ‘abduhu‑wa rasu‑luh” melainkan akan dibukakanlah baginya pintu Syurga yang delapan, yang dapat dimasuki dari mana yang ia hendaki”. (Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Abu Dawud).


مَسْحُ الخُفَّيْنِ

وَامْسَحْ اَعْلا الخُفَّيْهِ اَوْ نَحْوِهِمَا بَدَلَ غَسْلِ الرِّجْلَيْنِ فِى الوُضُوءِ (25) ثَلاَثًا فِى السَّفَرِ وَيَومًا وَلَيْلَةً فِى الاِقَامَةِ, مَالَمْ تَخْلَعْهُمُا وَكَانَ لُبْسُهُمَا عَلَى طُهْرٍ (26)

25) لمِاَ رَوَى المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ رَضِىَ الُله عَنْهُ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ عَلَى الخُفَّيْنِ فَقُلْتُ: يَارَسُولُ اللهِ نَسِيتَ؟ فَقَالَ: بَلْ اَنْتَ نَسِيتَ بِهَذَا اَمَرَنِى رَبِّى. رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ.  وَلِحَدِيْثِ عَلِىٍّ عِنْد اَبِى دَاوُدَ وَ الدَّارُ قُطْنِى قَالَ: لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ اَسْفَلُ الخَفِّ اَولَّى بِالمَسْحِ مِنْ اَعْلاَهُ لَقَدْ رَاَيْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيهِ. وَلِحَدِيْثِ بِلاَلٍ قَالَ: رَاَيْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى المُوقَيْنِ وَالخِمَارِ. رَوَاهُ اَحْمَدُ. وَلِاَبِى دَاوُدَ: كَانَ يَخْرُجُ يَقْضِى حَاجَتَهُ فَاَتَيتُهُ بِالمَاءِ فَيَتَوَضَّأْ وَ يَمْسَحُ عَلَى عِمَامَتِهِ وَمُوقَيْهِ. وَلِسَعِيدِ بْنِ مَنْصُورٍ فِى سُنَنِهِ عَنْ بَلاَلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اِمْسَحُوْا عَلَى النَّصِيفِ وَالمُوقِ. وَعَنِ المُغِيْرَةِ بْنُ شُعْبَةَ: اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الجَورَبَيْنِ وَالنَّعْلَيْنِ. رَوَاهُ الْخَمْسَةِ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِى.




MENGUSAP KEDUA KHUF (SEPATU)

Dan usaplah kedua khuf atau semisalnya sebagai pengganti membasuh (mencuci) kedua kaki dalam wudlu (25), untuk tiga hari dalam perjalanan dan satu hari dalam waktu tidak bepergian, selama tidak membuka keduanya, sedang waktu memakainya di waktu suci (belum batal wudlu-nya)(26).

الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(25) Menurut yang diriwayatkan oleh Mughirah bin Syu’bah r.a. bahwa sesungguhnya Nabi s.a.w. mengusap atas kedua Khuf, ma­ka saya berkata: “Hai Rasulullah apakah tuan 1upa?” Beliau menjawab: “Bahkan kamu yang lupa: dengan ini aku telah diperintahkan oleh Tuhanku”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Dan karena hadits ‘Ali pada riwayat Abu Dawud dan Daruquthni, ia berkata: “Jika agama itu mengikuti pendapat orang, niscaya yang sebelah bawah khuf itu lebih hak diusap dari pada atasnya. Sung­guh aku telah melihat Rasulullah s. a. w. mengusap khuf yang bagian atas.” Dan karena hadits Bilal: “Aku melihat Rasulullah s.a.w. mengusap kedua, khufnya, dan tutup kepalanya”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). Dan karena hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: “Adalah Nabi s.a.w. keluar melepaskan hajatnya, maka aku datang dengan membawa air, beliau Ialu ber­wudlu dan mengusap sorban dan kedua khufnya.” Dan karena hadits dari Sa’id bin Mansur dalam Sunanya dari Bilal: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Usaplah pada ikat kepa­lamu dan atas khufmu”. Dan dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Rasulullah s.a.w. berwudlu dan mengusap atas kedua kaos kaki dan kedua sandalnya. (Diriwayatkan oleh Imam Lima: Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan dishahihkan oleh Tirmidzi).

(26) لِحَدِيثِ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ قَالَ: اَمَرَنَا (يَعْنِى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) اَنْ نَمْسَحَ عَلَى الخُفَّيْنِ اِذَا نَحْنُ اَدْخَلْنَا هُمَا عَلَى طُهْرٍ, ثَلاَثًا اِذَا سَافَرْنَا, وَيَومًا وَلَيلَةً اِذَا اَقَمْنَا, وَلاَنَخْلَعُهُمَا مِنْ غَائِطٍ وَلاَ بَولٍ وَلاَ نَومٍ وَلاَ نَخْلَعُهُمَا اِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ خُزَيمَةَ. وَقَالَ الخَطَّابِىُّ: هُوَ صَحِيحُ الاِسْنَادِ.

(26) Menurut hadits Shafwan bin ‘Assal berkata: “Nabi s.a.w. memerintah kami supaya mengusap atas kedua khuf, kalau kami me­makai keduanya diwaktu suci, tiga hari jika kami bepergian dan satu hari satu malam jika tidak bepergian. Dan kami tidak perlu membuka keduanya karena buang air besar atau kecil dan karena tidur. Dan supaya kami tidak membuka keduanya kecuali kare­na janabah.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Khuzaimah. Berkata Khaththabi: “Ini hadits shahih isnadnya)”.




الحَدَثُ
وَبَعْدَ اَنْ تَوَضَّأَ بِالكَيْفِيَّةِ المُتَقَدِّمَةِ فَأَنْتَ طَاهِرٌ. مَالَمْ يَخْرُجْ مِنْكَ شَيئٌ مِنْ اَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ (27) وَلَمْ تُلاَمِسِ المَرْأَةَ (28) وَلَمْ تَمَسَّ فَرْجَكَ (29) وَلَمْ تَنَمْ مُضْطَجِعًا نَومًا ثَقِيْلاً  (30)

HADATS

Setelah kamu berwudlu dengan cara-cara yang tersebut diatas, maka kamu dalam keadaan suci, selagi belum ada sesuatu yang keluar dari salah satu dua jalan (27) dan selama kamu tidak menyentuh wanita (setubuh) (28) dan tidak menyentuh kemaluan (29) dan tidak tidur yang nyeyak dengan miring (30).
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(27) للآيَةِ السَّابِقَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (اَو جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الغَائِطِ). وَلِحَدِيْثِ صَفْوَانَ المُتَقَدِّمِ فِى-26- وَلِمَا ثَبَتَ فِى الصَّحِيْحَيْنِ وَغَيرِهِمَا عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَيَقْبَلُ الله صَلاَةَ اَحَدِكُمْ اِذَا اَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأََ وَقَدْ فَسَّرَهُ اَبُو هُرَيْرَةَ, لَمَّا قَالَ لَهُ رَجُلٌ: مَالْحَدَثُ؟ قَالَ: فُسَاءٌ اَو ضُرَاطٌ. وَلِحَدِيثٍ: إِذَا كَانَ اَحَدُكُمْ فِى المَسْجِدِ فَوَجَدَ رِيحًا بَينَ الْيَتَيْهِ فَلاَ يَخْرُجْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوةً اَوْ يَجِدَ رِيحًا. اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِىُّ. وَلِحَدِيثِ عَلِىٍّ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ: كُنتُ رَجُلاً مَذَّاءً وَكُنْتُ اَسْتَحْيِى اَنْ اَسْأَلَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ فَاَمَرْتُ الْمِقْدَادَبْنِ الاَسْوَدَ  رَضِىَ الله عَنْهُ فَسَاَلَهُ فَقَالَ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ.

(27) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan : atau salah satu dari kamu datang dari kamar kecil. Dan hadist Safwan tersebut No 26 dan pula karena apa yang telah ditetapkan dalam Bukhari, muslim dan lainnya dari Abu Khurairah, telah berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: “Alllah tidak menerima shalat salah seorang dari kamu sekalian, jika ia berhadats kecuali ia berwudlu”. Dan Abu Khurairah telah menerangkan kepada orang yang telah bertanya kepadanya:” Apakah Hadats itu?” Jawabnya: “ Ialah kentut yang berbunyi atau yang tidak berbunyi”. Dan menurut hadits:” apabila salah seorang dari kamu ada dalam masjid maka ia merasa ada angin diantara pantatnya, maka jangan keluar sehingga mendengar suara atau mendapat bau (Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi). Dan menurut hadits Ali pada Bukhari dan Muslim : “Aku adalah orang yang sering mengeluarkan Madzi, maka aku malu menanyakan pada Rasulullah s.a.w. karena putrinya menjadi istriku, maka aku menyuruh Miqdad bin Aswad supaya menanyakannya”. Maka bersabda Nabi s.a.w. “ Hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudlu”.

(28) لِلآيَةِ (اَوْ لمَسْتُمُ النِّسَاءَ) بِتَفْسِيْرِ بْنِ عَبَّاسٍ, مِنْ اَنَ اللَّمْسَ مَعْنَاهُ الْجِمَاعُ, كَمَا هُوَ الصَّحِيحُ المُخْتَارُ. وَلِحَدِيثِ النَّسَائِىِّ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اِنْ كَانَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُصَلِّى وَ اِنِّى لَمُعْتَرِضَةٌ بَينَ يَدَيهِ اِعْتِرَاضَ الجَنَازَةِ, حَتَّى اِذَا اَرَادَ اَنْ يُوتِرَ مَسَّنِى بِرِجْلِهِ (وَاِسْنَادُهُ صَحِيحٌ). وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَالتَمَسْتُهُ فَوَضَعْتُ يَدَىَّ عَلَى بَاطِنِ قَدَمَيهِ (الحَدِيثُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالتِّرْمِذِىُّ وَصَحَّحَهُ.

(28) Menurut arti ayat dalam pendahuluan: atau kamu sentuh wanita, dengan tafsirnya Ibnu Abbas, bahwa menyentuh itu artinya bersetubuh, menurut pendapat yang terpilih oleh ahli bahasa. Dan karena hadits Nasa’i dari Aisyah r.a., berkata: “Sungguh Rasulullah s.a.w. bershalat dan aku berbaring di mukanya melintang seperti mayat, sehingga ketika beliau akan witir, beliau menyentuh aku dengan kakinya”. (Isnadnya shahih). Dan karena hadits ‘Aisyah r.a. yang berkata: “Aku kehilangan Rasulullah s.a.w. pada suatu malam dari tempat tidur, maka aku mencari dan memegang/meletakkan kedua tanganku pada telapak kakinya”…. seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dan dishahihkan oleh-nya).

(29) لِحَدِيْثِ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا: اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. اَخْرَجَهُ الاَرْبَعَةُ. وَلِحَدِيْثِ طَلْقٍ بْنِ عَلِىٍّ: مَنْ مَسَّ فَرْجَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ. اَخْرَجَهُ الطَّبْرَنِى وَصَحَّحَهُ. وَلِحَدِيْثِ عَمْرِ وَابْنِ شُعَيبٍ عَنْ اَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَيُّمَا رَجُلٍ مَسَّ فَرْجَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ. اَيُّمَا امْرَأَةٍ مَسَّتْ فَرْجَهَا فَلْيَتَوَضَّأْ. رَوَاهُ اَحْمَدُ. وَلِحَدِيْثِ أَبِى هُرَيرَةَ: اِذَا اَفْضَى اَحَدُكُمْ بِيَدِهِ اِلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ وَلاَ سَتْرٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيهِ الوُضُوءُ. اَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِى صَحِيحِهِ وَصَحَّحَهُ الحَاكِمُ وَابْنُ عَبْدُ البَرِّ. (30) لِحَدِيْثِ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:قَالَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العَينَانِ وِكَاءُ السَّهِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ اَخْرَجَهُ اَبُو دَاوُدَ. وَحَدِيْثِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ رَاَى رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ وَهُوَ سَاجِدٌ حَتَّى غَطَّ وَنَفَخَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّى فَقُلْتُ يَا رَسُولَ الله اِنَّكَّ نِمْتَ قَالَ: اِنَّ الوُضُوءَ لاَ يَجِبُ اِلاَّ عَلَى مَنْ نَامَ مُضْطَجِعًا فَاِنَّهُ اِذَااضْطَجَعَ اسْتَرْخَتْ مَفَاصِلُهُ. اَخْرَجَهُ اَصْحَابُ السُّنَنِ.

(29) Karena hadits Busrah binti, Shafwan r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa menyentuh kemaluannya, maka jangan shalat sebelum berwudlu. (Diriwayatkan oleh Ampat Imam). Dan karena hadits Thalq bin ‘Ali: “Barang siapa menyentuh kemaluanya, maka berwudlulah”. (Diriwayatkan oleh Thabrani dan dishahihkannya). Dan karena ha­dits ‘Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Ra­sulullah s.a.w. bersabda: “Siapa saja orang laki‑laki yang menyentuh kemaluannya maka berwudlulah dan siapa saja orang perempuan yang menyentuh kemaluannya, maka berwudlulah”. (Diriwayatkan oleh Ahmad). Dan karena hadits Abu Hurairah; “Apabila seorang dari kamu sekalian memegang kemaluannya dengan tidak pakai tutup (alas), maka wajiblah berwudlu”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan dishahihkan o1eh Hakim dan Ibnu ‘Abdil‑Bar).

(30) Karena hadits ‘Ali r.a. bersabda Rasulullah s.a.w.: “Kedua mata itu bagaikan tali dubur. Maka siapa telah tidur, berwudlulah”.[1]) (Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Dan karena hadits Ibnu ‘Abbas r. a. bahwa ia melihat  Rasulullah s.a.w. tidur sedang beliau bersujud sehingga mendekur, kemudian berdiri shalat., Maka aku berkata:”Hai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah tertidur”. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya wudlu itu tidak wajib (tidak batal) melainkan bagi orang yang tidur berbaring: karena jika berbaring lemaslah sendi‑sendinya”. (Diriwayatkan oleh Imam‑lmam yang mempunyai kitab sunnah)[2])




الغُسْلُ
اِذَا اَجْنَبْتَ بِخُرُوجِ المَنِىِّ (31) اَوِالْتِقَاءِ الخِتَانَيْنِ (32) اَو اَرَدْتَ حُضُوْرَالجُمُعَةِ (33) اَوْ نَقَيْتِ مِنَ الحَيْضِ (34) اَوِ النِّفَاسِ (35) فَلْتَغْتَسِلْ وَابْدَأْ بِالغُسْلِ يَدَيْكَ (36) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ لله (37) ثُمَّ اغْسِلْ فَرْجَكَ بِشِمَالِكَ وَادْلُكْهَا فِى الاَرْضِ اَوْ مَا يَقُومُ مَقَامَهَا (38) ثُمَّ تَوَضَّأْ كَمَا تَقَدَّمَ ثُمَّ خُذِ المَاءَ وَاَدْخِلْ اَصَابِعَكَ فِى اُصُولِ الشَّعَرِ بِشَيْئٍ مِنَ الطِّيْبِ (39) بَعْدَ نَقْضَمِِه ِ(40) وَابْدَأْ بِالشِّقِّ الاَيْمَانِ (41) ثُمَّ اَفْرِغِ المَاءَ عَلَى رَأْسِكَ ثَلاَثًا, ثُمَّ اَفِضِ المَاءَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِكَ (42) مَعَ الدَّلْكِ (43) بِتَقْدِيْمِ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى (44) وَلاَ تُسْرِفْ فِى اسْتِعْمَالِ المَاءَ (45).



MANDI

Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani (31) atau bertemunya kedua persunatan (32) atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah (33) atau kamu baru selesai dari Haid (34) atau Nifas (35), maka hendaklah kamu mandi dan mulailah dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu (36) dengan ikhlas niatmu karena Allah (37) lalu basuhlah (cucilah) kemaluanmu dengan tangan kirimu dan gosoklah tanganmu dengan tanah atau apa yang menjadi gantinya (38) lalu berwudlulah seperti yang diatas; kemudian ambillah air dan masukkanlah jari-jarimu pada pangkal rambut dengan sedikit wangi-wangian (39), sesudah dilepaskan rambut-nya (40). Dan mulalilah dengan yang kanan (41), lalu tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu semuanya (42), serta di gosok (43), kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri (44), dan jangan berlebih-lebihan dalam menggunakan air (45).

الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)

(31) لِلآيَةِ (وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا) وَلِحَدِيْثِ اِنَّمَا لمَاءُ مِنَ المَاءِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ اَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِى. وَلِمَا رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَةْ وَالتِّرمِذِىُّ عَنْ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَسَاَلَتْ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: فِى المّذِىِّ الوُضُوءُ وَفِى المَنِىِّ الغُسْلُ. وَلِحَدِيْثِ اُمُّ سَلَمَةَ عِنْدَ البُخَارِىِّ وَمُسْلِمٍ قَالَتْ: يَا رَسُولَ الله اِنَّ الله لاَيَسْتَحْيِى مِنَ الحَقِّ فَهَلْ عَلَى المَرْاَةِ الغُسْلُ اِذَا احْتَلَمَتْ؟ قَالَ: نَعَمْ اِذَا رَاَتِ المَاءَ.

(31) Karena ayat yang tersebut dalam pendahuluan: dan jika kamu junub, maka bersuci mandi)‑lah kamu. Dan hadits: “Sesungguhnya air itu dari air.” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Sa’id Khudri). Dan hadits dari Ali r.a. berkata: “Adalah aku se­orang yang sering mengeluarkan madzi, maka aku bertanya kepa­da Nabi s.a.w. maka jawabnya:”Keluar madzi harus wudlu, dan keluar mani harus mandi”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, lbnu Majah dan Tirmidzi). Dan hadits Ummi Salamah tersebut dalam Bukhari dan Muslim, berkata: “Hai Rasulullah s.a.w., sesungguhnya Allah tidak malu (sungkan) dari suatu kebenaran, apakah wajib mandi bagi wanita kalau bermimpi?”. Beliau menjawab: “Ya, kalau melihat, cairan”.

(32) لِحَدِيْثِ: اِذَا جَلَسَ بَينَ شُعَبِهَاالاَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ عَلَيهِ الغَسْلُ. اَخْرَجَهُ البُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ وَغَيْرُهُمَا مِنْ حَدِيثِ اَبِى هُرَيْرَةَ

(32) Menurut hadits: “Apabila seorang bersetubuh, maka wajiblah mandi”. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan lain‑lainnya dari Abu Hurairah).

(33) لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ عِنْدَ مُسْلِمٍ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِذَا اَرَادَ اَحَدُكُمْ اَنْ يَأْتِيَ الجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ.

 (33) Karena hadits Ibnu ‘Umar pada riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w.bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu sekalian akan menghadiri shalat Jum’ah, maka hendaklah mandi”.

(34-35) لِمَا دَلَّ عَلَى وُجُوبِهِمَا نَصُّ القُرْأَنِ (وَلاَ تَقْرَبُو هُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ, فَاِذَا تَطَهَّرْنَ……). وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِىَالله عَنْهَا قَالَتْ: اِنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ اَبِى حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَاَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ذَالِكَ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالحَيْضَةِ فَاِذَا اَقْبَلَتِ الحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ. وَاِذَا اَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِى فَصَلِّى. رَوَاهُ البُخَارِىُّ.

(34-35) Yang menunjukkan wajib mandi dalam keduanya, ialah nas dari Quran, surat Baqarah ayat 222: Dan janganlah kamu mendekati Isteri (yang sedang haid) sehigga bersuci, dan apabila sudah bersuci (mandi)….. Dan hadist dari ‘Aisyah r.a. bahwa Fathimah binti Abi Hubaisy istihadlah, lalu menanyakan kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda: “Itulah darah penyakit, bukan haidl maka kalau kamu berhaidl maka tinggalkanlah shalat dan kalau sudah selesai maka mandilah, lalu shalatlah.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).

(36) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَااغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيهِ ثُمَّ يَفْرِغُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْتَسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوئَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ المَاءَ وَيُدْخِلَ اَصَابِعَهُ فِى اُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى اِذَا رَاَى اَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيهِ. اَخْرَجَه البُخَارِىُّ وَ مُسْلِمٌ.

(36) Karena hadits ‘Aisyah r.a.bahwa Nabi saw. itu apabila mandi karena junub, ia mulai membasuh kedua tangannya, kemudian menuangkan dengan kanannya pada kirinya, lalu mencuci kemaluannya, lalu berwudlu sebagaimana beliau wudlu untuk shalat; kemudian mengambil air dan memasukkan jari‑jarinya di pangkal rambutnya sehingga apabila ia merasa bahwa sudah merata, ia siramkan air untuk kepalanya tiga tuangan, lalu meratakan seluruh badannya; kemudian membasuh kedua kakinya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(37) وَلِحَدِيْثِ: اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ المُتَقَدِّمِ. (38) لِحَدِيْثِ مَيْمُونَةَ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ ثُمَّ اَفْرَغَ عَلَى فَرْجِهِ وَغَسَلَهُ بِشِمَالِهِ ثُمَّ ضَرَبَ بِهَا الاَرْضَ. وَفِى رِوَايَةٍ فَمَسَحَهَا بِالتُّرَابِ.

(37) Karena hadits: “Sesungguhnya semua pekerjaan itu dengan niyat, tercantum pada No 2 diatas. (38) Karena menurut hadits Maimunah pada Bukhari dan Muslim: “Kemudian menuangkan air pada kemaluannya dan memba­suhnya dengan tangan kirinya, lalu digosokkan tangannya pada tanah”. Dan dalam riwayat lain: “maka ia mengusap tangannya dengan tanah

(39) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَااغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ دَعَا بِشَيْئٍ نَحْوَ الحِلاَبِ فَأَخَذَ بِكَفِّهِ بَدَاَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الاَيْمَنِ ثُمَّ الاَيْسَرِ. ثُمَّ اَخَذَ بِكَفَّيْهِ فَقَالَ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ. اَخْرَجَه الشَّيْخَانِ. وَعَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَسْمَاءَ سَاَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ المَحِيْضِ فَقَالَ: تَأْخُذُ اِحْدَا كُنَّ مَائَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ  عَلَيهَا المَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فُرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتُطَهِّرُبِهَا. الحَدِيْث. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

(39) Lihat hadits ‘Aisyah r.a.:  jika Nabi s.a.w. mandi karena janabah, beliau minta suatu wa­dah, (seperti ember) lalu mengambil air dengan telapak ta­ngannya dan memulai dari sisi kepalanya yang sebelah kanan lalu yang sebelah kiri, lalu mengambil air dengan kedua telapak tangannya, maka ia, membasuh kepalanya dengan keduanya.(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dan dari hadist ‘Aisyah r.a  “Sesungguhnya Asma menanyakan kepada Nabi s.a.w. tentang mandinya orang haidl, maka bersabda s.a.w.: “Ambillah seorang dari kamu sekalian air dan daun bidara, lalu mandilah dengan sebaik-baiknya, lalu curahkan air lagi dari  atas kepalanya dan gosok dengan sebaik‑baiknya, sehingga sampai ke dasar kepalanya, lalu curahkan air lagi dari atasnya, kemudian ambil sepotong kapas (kain yang diberi minyak kesturi), lalu usap­lah dengan kain itu…….seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Muslim).

(40) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا وَكَانَتْ حَائِضًا: اُنْقُضِى شَعَرَكِ وَاغْتَسِلِى. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ بِاِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

(40) Karena hadits ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda kepadanya padahal dia sedang haidl: “Lepaskanlah rambutmu dan mandilah.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan isnad atau rangkaian yang shahih).

(41) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ فِى التَّيَامُنِ المُتَقَدَّمِ فِى-15-.
(42) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-36-(حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ).

(41) Lihatlah hadits ‘ Aisyah r.a. tersebut nomor 15, yang menerangkan tentang mendahulukan yang kanan.

(42) Menurut hadits ‘Aisyah r.a tersebut  nomor 36: menyiram. untuk kepalanya tiga tuangan, lalu menyiramkan air pada semua badannya.

(43) لِاِفَادَةِ عِبَارَةِ الْآ يَةِ بِالتَّطَهُّرِ الَّتِى تَزِيْدُ عَلَى مُسَمَّى الغُسْلِ.
(44) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ المُتَقَدَّمِ فِى-36- (ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ) وَحَدِيْثِهَا فِى التَّيَامُنِ.
(45)لِمَارَوَى اَنَسٍ: كَانَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ اِلَى خَمْسَةِ اَمْدَادٍ, وَيَتَوَضَّاُ بِالمُدِّ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(43) Karena arti kata “tathahhur” dalam surat Maidah ayat 6, menegaskan arti lebih dari pada mandi biasa, ialah dengan “gosokan”.

(44) Lihatlah hadits ‘Aisyah r.a tersebut nomor 36: (kemudian membasuh kedua kakinya), dan haditsnya tentang mendahulukan bagian kanan.

(45) Dan haditsnya tentang mendahulukan yang kanan. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Anas:” Adalah Nabi s.a.w. mandi dengan satu sha’ sampai lima mud dan wudlu dengan satu mud[3] ( Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

(46) لِحَدِيْثِ عَمْرُو بْنِ العَاصِ اَنَّهُ لَمَّا بُعِثَ فِى غَزْوَةِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ قَالَ: اِحْتَلَمْتُ فِى لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ شَدِيْدَةِ البَرْدِ فَاَشْفَقْتُ اِنِ اغْتَسَلْتُ اَنْ اَهْلَكَ فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَلَّيْتُ بِاَصْحَابِى صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرُوا ذَالِكَ لَهُ. فَقَالَ: يَاعَمْرُو! صَلَّيْتَ بِاَصْحَابِكَ وَاَنْتَ جُنُبٌ؟ فَقُلْتُ: ذَكَرْتُ قَولَ الله تَعَالَى وَلاَ تَقْتُلُوا اَنْفُسَكُمْ اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَّلَّيتُ فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُلْ شَيئًا. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبَو دَاوُدَ وَالدَّارُ قَطْنِى.




التَّيَمُّمُ

وَاِذَا تَعَذَّرْتَ مِنِ اسْتِعْمَالِ المَاءِ لِمَرَضٍ أَوْخَوْفِ ضَرَرٍ (46) اَوْ كُنْتَ فِى سَفَرٍ فَلَمْ تَجِدِ المَاءَ فَتَيَمَّمْ صَعِيْدًا طَيِّبًا بَدَلَ الوُضُوءِ وَالغُسْلِ (47). فَاضْرِبْ بِيَدَيْكَ الاَرْضَ وَانْفُخْهُمَا (48) مُخْلِصًا نِيَّتَكَ للهِ (49) وَقُلْ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (50) ثَمَّ امْسَحْ بِهِمَا وَجْهَكَ وَكَفَّيْكَ (51) وَمَتَى اَمْكَنَكَ اسْتِعْمَالُ المَاءِ فَلْتَتَطَهَّرْبِهِ (52)



TAYAMMUM

Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat madlarat (46), atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi (47), maka letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya (48) dengan ikhlas niatmu karena Allah (49) dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim (50) kemudian usaplah kedua  tanganmu pada mukamu dan kedua telapak tanganmu (51). Dan apabila kamu dapat menggunakan air maka bersucilah dengan air itu (52).

(36) Menurut hadits ‘Amr bin Ash bahwa sesungguhnya ia diutus ke medan perang Dza-tussalasil, ia berkata: “Aku mimpi (mengeluarkan air mani) pada suatu malam yang amat dingin, maka aku takut jika aku mandi akan berbahaya, lalu aku tayammum; kemudian aku shalat Shubuh bersama shahabat‑shahabatku. Tatkala kami datang pada Nabi s.a.w. mereka menceritakan hal itu, kepadanya; maka beliau bersabda padanya: “Hai ‘Amr, engkau shalat bersama sahahabat‑sahabatmu sedang engkau junub?” Maka aku menyahut: “Saya ingat akan firman Tuhan Allah s.w.t.: dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah itu maha belas kasih kepadamu, maka aku bertayammum dan lalu shalat”. Maka tertawalah Rasulullah s.a.w., dan tidak bersabda apa-apa (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Daruqutni)
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(47) لِلاَيَةِ السَّابِقَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (فَلَمْ تَجِدُا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيْدًا طَيِّبًا). وَلِحَدِيْثِ جَابِرٍ قَالَ: خَرَجْنَا فِى سَفَرٍ فَاَصَابَ رَجُلاً مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِى رَأْسِهِ ثُّمَّ احْتَلَمَ فَسَاَلَ اَصْحَابَهُ: هَلْ تَجِدُوْنَ لِى رُخْصَةً فِى التَّيَمُّمِ ؟ فَقَلُوْا: مَ نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَاَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى المَاءِ. فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ. فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُخْبِرَ بِذَالِكَ فَقَالَ: قَتَلُوهُ قَتَلُهُمُ اللهُ اَلاَ سَاَلُوا اِذَا لَمْ يَعْلَمُوا؟ فَاِنَّّمَا شِفَاءُ العَيِّ السُّؤَالُ. اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْهِ اَنْ يَتَيَمَّمَ. رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ وَالدَّارُ القُطْنِى.

(37) Menurut ayat tersebut dalam pendahuluan: (sedang kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kamu dengan debu yang suci). Dan menurut hadits Jabir ia berkata: “Kami sedang dalam bepergian (musafir) lalu seorang dari kami terkena batu sehingga melukai kepalanya; kemudian ia bermimpi (mengelu­arkan air mani), maka ia berta­nya kepada teman‑temannya: Apakah kamu berpendapat bahwa aku mendapat kemudahan bertayammum?. Dijawab oleh mereka: “Kami tidak berpendapat bahwa kamu mendapat kemudahan, sedang kamu kuasa memakai air”. Maka mandilah ia lalu meninggal dunia. Tatkala kami datang kepada Nabi s.a.w., kami khabarkan yang demikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: ”mereka membunuh dia,  mereka dikutuk oleh Allah”. Mengapa mereka tidak bertanya sedang mereka tidak mengerti? Obat untuk kebodohan adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya bertayammum”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Daraquthni).

(48) لِحَدِيْثِ عَمَّارٍ قَالَ: اَجْنَبْتُ فَلَمْ اُصِبِ المَاءَ فَتَمَعَّكْتُ فِى الصَّعِيْدِ وَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ ذَالِكَ لِلنَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا: وَضَرَبَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْاَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(48) Menurut hadits ‘Ammar r.a. ber­kata: “Aku Pernah berjanabat dan tidak   mendapatkan air, kemudian aku berguling-guling di tanah dan shalat. Maka aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda: “Sesungguhn‑ya cukup bagimu begini : lalu beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian meng­usap muka dan kedua telapak tangannya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(49) لِعُمُومِ حَدِيثِ اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ.
(49) Karena keumuman hadits: Sesungguhya semua pekerjaan itu dengan niyat

(50) لِحَدِيْثِ كُلُّ اَمْرٍ ذِى بَالٍ.

(50) Karena menurut hadits: Segala perkara yang berguna…….yang tercantum pada nomor 1.

(51) لِحَدِيْثِ عَمَّارٍآنِفًا (ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ).

(51) Menurut hadits ‘Ammar tersebut nomor 48: kemudian mengusap mukanya.

(52) لِمَفْهُومِ الاَيَةِ السَّابِقَةِ (فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً).

   (52) Karena mengingat arti ayat yang tersebut di dalam pendahuluan: sedang kamu tidak mendapat air.




اِزَالَةُ النَّجَاسَةِ
وَمَتَى اَصَابَتِ النَّجَاسَةُ بَعْضَ بَدَنِكَ اَوْ ثِيَابِكَ اَوْ مُصَلاَّكَ فَاغْسِلْهُ عَنْهَا (بِالحَتِّ وَالقَرْصِ مِنْ دَمِ الحَيْض)ِ (53) حَتَّى تُزِيْلَ اَوْصَافَهَا مِنْ لَوْنٍ وَرِيْحٍ وَطَعْمٍ بِالمَاءِ الطَّهُورِ (54) وَيُعْفَى بَقَاءُ اَثَرِهَا مِنْ اَحَدِ اَوْصَافِهَا (55) وَانْضَحْ بَوْلَ الغُلاَمِ مَالَمْ يَطْعَمْ (56) وَاغْسِلْ مِنْ لُعَابِ كَلْبٍ سَبْعَ مَرَّاتٍ اِحْدَى هُنَّ بِالتَّرَابِ الطَّاهِرِ (57).



MENGHILANGKAN NAJIS

Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat terkena najis hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan menghilangkannya kalau itu darah haid) (53), sehingga hilanglah sifat-sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci (54), dan tidak mengapa tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi (55). Dan untuk menghilangkan najis kencing anak laki-laki yang belum makan-makanan, percikkan dengan air sampai basah (56). Dan apa yang terkena oleh liur anjing cucilah tujuh kali, salah satunya dengan debu yang bersih (57).
الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(53) لِحَدِيْثِ اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ قَالَتْ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ اِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: اِحْدَانَا يُصِيبُ ثَوْبَهَا مِنْ دَمِ الحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ؟ فَقَالَ: تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّى فِيهِ. اَخْرَجَهُ السِّتَّةُ.

(53) Dengan alasan hadits Asma’ puteri Abu Bakar r.a. berkata: “Datang kepada Nabi s.a.w. seorang wanita, lalu berkata: seorang dari kami pakaiannya terkena darah haidl, bagaimana seharusnya dilakukan? Maka bersab­da Nabi s.a.w.: “Supaya dia ‘menghilangkan dan mencuci pakaian itu dengan air, kemudian disiramnya lalu dipakai shalat.” (Diriwayatkan oleh Imam Enam Ahli hadist)

(54) لِقَولِهِ تَعَالَى: وَيُنَزِّلُ عَلَيكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ. (الأَنْفَال:11)
(54) Karena firman Tuhan Allah dalam Al Quran surat Anfal ayat 11: “Dan Tuhan menurunkan air dari langit kepada kamu, agar membersihkan kamu dengannya.”

(55) لِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ خُولَةَ بِنْتَ يَسَارٍ قَالَتْ: يَارَسُولُ الله ! لَيْسَ لِى إِلاَّ ثَوْبٌ وَحِدٌ وَأَنَا أَحِيْضُ فِيْهِ. قَلَ: فَإِذَ طَهُرْتِ فَاغْسِلِى مَوْضِعَ الدَّمِ ثُمَّ صَلِّى فِيْهِ. قَلَتْ: يَارَسُولُ الله ! اِنْ لَمْ يَخْرُجْ اَثَرُهُ ؟ قَالَ: يَكْفِيْكِ الْمَاءُ وَلاَ يَضُرُّكِ أَثَرُهُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُودَاوُدَ وَالتِّرْمِذِىُّ.

(55) Karena hadits Abu Hurairah, bahwa Khaulah binti Yasar telah berkata: “Hai Rasulullah, saya tidak mempunyai pakaian kecuali selembar yang kupakai sedangkan saya berhaidl”. maka Jawab Nabi s.a.w.: “Jika kamu telah ber­sih (dari haidl), maka cucilah  tempat yang kena darah, lalu shalatlah dengan pakaian itu. Kemudian Khaulah bertanya lagi: “‘Hai Rasulullah, bagaimana jika bekas darah tadi tidak hilang? Jawab Nabi saw.: “Cukup bagi kamu dengan memakai air, dan tidak mengapa (tidak masalah) dengan bekas darah tadi.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).

(56) لِحَدِيْثِ اُمِّ قَيسٍ بِنْتِ مُحْصَنٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا: اَنَّهَا اَتَتْ بِاِبْنٍ لَهَا صَغِيْرٍ لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ اِلَى رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَجْلَسَهُ فِى حِجْرِهِ فَبَالَ عَلَىثَوبِهِ فَدَاعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ. رَوَاهُ الجَمَاعَةُ.

(56) Karena hadits Ummu Qais binti Muhshan r.a.: “bahwa ia bersama anaknya laki‑laki yang masih kecil dan belum pernah makan makanan, telah datang kepada Rasulullah s.a.w. Lalu      Nabi Mendudukkan anak tadi diatas pangkuannya: tiba‑tiba anak itu kencing pada pakaian beliau: kemudian        beliau meminta Air, lalu dipercikkan dan tidak dicucinya. (Diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli hadits)[4].

(57) لِحَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ: طَهُورُ اِنَاءِ اَحَدِكُمْ اِذَا وَلَغَ فِيْهِ الكَلْبُ اَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ اُوْلاَ هُنَّ اَوْ اُخْرَاهُنَّ بِالتُّرَابِ.

(57) Karena menurut hadits, Abu Hurairah: “Sucinya bejana salah seorang dari kamu sekalian, apabila digunakan minum (dijilat) oleh anjing, supaya dicuci tujuh kali, permulaannya dengan debu, (Diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad). Dan Tirmidzi meriwayatkannya dengan tambahan: “Permulaannya atau pengbabis­annya dengan debu”.



الاِسْتِنْجَاءُ
وَاسْتَنْجِ بِالمَاءِ (58) اَوْ بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ (59) اَوْ نَحْوِهَا غَيْرِ عَظْمٍ اَوْ رَجِيْعٍ (60).



ISTINJA’
Hendakalah beristinja’ dengan air (58) atau dengan tiga batu (59) atau lainnya., yang bukan tulang atau kotoran (60)


الاَدِلَّةُ
ALASAN (DALIL)
(58) لِحَدِيْثِ اَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ الخَلاَءَ. فَاَحْمِلُ اَنَا وَغُلاَمٌ نَحْوِى اِدَاوَةً مِنْ مَاءٍ وَعَنَزَةً فَيَسْتَنْجِى بِالمَاءِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

(58) Karena menurut hadits Anas r.a. berkata: “Rasulullah s.a.w. masuk ke jamban, maka aku ber­sama anak yang sebaya dengan aku membawa tempat air dan tongkat, maka beliau beristinja’ dengan air”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

(59) لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِذَا ذَهَبَ اَحَدُكُمْ اِلَى الغَائِطِ فَلْيَسْتَنْطِبْ بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ فَاِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَالنَّسَائِى وَغَيرُهُمَا. لِحَدِيْثِ سَلْمَانِ قَالَ: لَقَدْ نًَهَانَا رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نَسْتَقْبِلَ القِبْلَةَ بِغَائِطٍ اَوْ بَولٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِاليَمِينِ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِاَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَة ِاَحْجَارٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيْعٍ اَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

(59) Karena hadits ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu sekalian pergi ke jamban, maka bersucilah dengan tiga batu. Sesungguhnya tiga batu itu telah mencukupi”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan lainnya). Dan karena hadits Salman, berkata: “Rasulullah s.a.w. melarang kami menghadapkan qiblat waktu buang air (besar atau kecil) atau istinja’ dengan batu yang kurang dari tiga butir, atau istinja’dengan kotoran atau dengan tulang”. (Diriwayatkan oleh Muslim)

(60) لِحَدِيْثِ المُتَقَدَّمِ آنِفًا (فِى 59) وَحَدِيْثِ سَلْمَانِ قَالَ: اَمَرَنَا يَعْنِى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ لاَ تَكْتَفِى بِدُوْنِ ثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ لَيْسَ فِيْهَا رَجِيْعٌ وَ لاَ عَظْمٌ (رَوَاهُ اَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَه وَ مُسْلِمٌ). وَلَو اَنَّهُ اَرَادَ الحَجَرَ وَمَا كَانَ نَحْوَهُ فِى الاِنْقَاءِ لَمْ يَكُنْ لاِسْتِثْنَاءِ (العَظْمِ وَالرََوْثِ مَعْنًى).

(60) Menurut hadits yang tersebut No 59; dan mengingat hadits Salman, katanya: “Kami diperintah oleh Rasulullah s.a.w. agar jangan mencukupkan batu yang kurang dari tiga buah, tidak termasuk kotoran dan tulang. (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah dan Muslim).        Sebab andaikan Nabi s.a.w. dalam sabdanya mengenai batu-batu itu, tidak dimaksudkan memasukkan benda‑benda lainnya pula yang sama dapat membersihkan, maka dalam membedakan “tulang dan kotoran” tidak ada artinya.



[1] Sebab orang yang tidur tidak merasa apabila mengeluarkan kentut.

[2] Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Madjah, Daruqudhni dan Darimi.

[3] Satu Sha’ + 3 liter satu mud +3/4 litar

[4] Bukhari, Muslim, ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah.

Tidak ada komentar: